logo blog
Selamat Datang Di Blog Kompi Males
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Kompi Males,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.
loading...

Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 11

Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 11. Sinopsis ini sengaja saya teruskan di blog lain, biar lebih fresh, hehheh. Di blog saya yang sebelumnya, saya sudah membuat sinopsis Jung Yi sampai part 2 dan pada postingan kedua blog ini, saya akan meneruskan Sinopsis Jung Yi episode 11. Di postingan sinopsis Jung Yi episode 11 part 2, berakhir di cerita Kang Chun yang teringat pada Yeon Ok dan Jung Yi, dua wanita yang mempunyai keinginan kuat sebagai pengrajin tembikar dan berakhir tragis.



Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 11 Part 3


Jung Yi berjalan mengelilingi Bun Won, saat dia melintas tiga sahabatnya melihatnya. Mereka bertiga sama-sama tak mengira kalau Tae Pyung yang suka mereka jahili adalah seorang perempuan yang cantik. Terlebih karena sikap dan tingkah Jung Yi yang cuek. Cara Jung Yi saat tidur yang seperti laki-laki, tenaga Jung Yi yang kuat dan cara makan Jung Yi yang rakus, semua itu tidak mencirikan seorang perempuan. Dengan penampilan Jung Yi yang sekarang, mereka begitu terpesona. 


Ma Pong melapor pada Kang Chun kalau Yook Do menemui Utusan Ming. Dengan segera Kang Chun langsung menyusulnya. Pada Utusan Ming Yook Do mengaku kalau dia lah yang bertanggung jawab atas pembuatan cangkir itu.


Tak mau anaknya dalam masalah, Kang Chun langsung meminta pengampunan atas kelancangan Yook Do pada Utusan Ming dengan mengatakan kalau ambisi Yook Do lah sebagai pengrajin tembikar yang mendorong dia  berbohong seperti itu.  Kang Chun juga berjanji akan membalas semua kebaikan Utusan Ming, jika dia mau melepaskan Yook Do. 

“Saya pasti akan membalas kebaikan Anda, Saat Anda kembali ke Ming, Anda perlu dua kali lipat orang yang membawa barang bawaan Anda.” 

“Dua kali lipat?” Utusan Ming mengerti apa maksud Kang Chun yang berusaha menyuapnya, agar mau melepaskan Yook Do. Tentu saja Utusan Ming menerimanya dengan senang hati.


Di luar, tanpa basa basi lagi Kang Chun langsung memberi Yook Do tamparan keras. Yook Do yang tak tau apa-apa tentu saja terbingung-bingung dengan sikap ayahnya. 

“Sebenarnya apa salahku? Ketika aku masih kecil, ayah mengajariku untuk tidak kompromi dan mengalah pada mereka. Bukankah begitu?” tanya Yook Do.

Kang Chun membenarkan apa yang telah dia ajarkan, “tapi saat aku menyuruhmu untuk melepaskan ini, apa aku tak tau alasannya? Hampir saja, hampir saja kau akan mati.”


Mendengar itu jelas saja Yook Do sangat terkejut. Kang Chun menjelaskan kalau cangkir yang berhasil dia buat bersama Tae Pyung sudah sangat menyinggung harga diri Utusan Ming. Yook Do baru menyadari kalau ayahnya sudah menjadikan Tae Pyung sebagai penggantinya untuk mati di tangan Utusan Ming. 


Kang Chun mengingatkan Yook Do kalau nyawa Yook Do, seseorang yang akan menggantikannya sebagai Ran Chong lebih berharga di banding nyawa Tae pyung yang hanya pekerja kasar di Bun Won. Namun tetap saja yook Do yang mempunyai hati baik, tidak bisa menerimanya begitu saja, dia langsung sangat merasa bersalah pada Tae Pyung. 

“Jika kau bertindak ceroboh, kau akan mati ditanganku, ingat itu!” ancam Kang Chun dan pergi meninggalkan Yook Do yang shock.


Orang yang sedang Yook Do pikirkan sedang melakukan latihan tata krama bersama P Gwang Hee, dia di ajari cara memberi hormat dengan baik. Namun sayang, Jung Yi yang memang tak terbiasa melakukan itu, sangat sulit memperlajarinya, sampai-sampai P Gwang Hee marah dibuatnya. 


Setelah belajar cara memberi hormat yang benar, Jung Yi selanjutnya belajar cara berjalan dengan baik. Dia berlatih jalan dengan membawa piring di kepala dan kedua pundaknya. Namun karena Jung Yi hanya fokus untuk tidak menjatuhkan piring-piring itu, cara berjalannya pun jadi seperti jalannya robot. 


Jung Yi mencoba berjalan lagi dan kali ini dia tersandung roknya sendiri, alhasil piring-piring yang ada di pundak dan kelapanya jatuh dan pecah.  


P Gwang Hee merasa putusa asa melihat Jung Yi yang susah belajar seperti itu. Dia kemudian memutuskan untuk pergi dan menyuruh Jung Yi belajar sendiri. 

Melihat piring-piring yang sudah dia pecahkan, Jung Yi langsung memungutinya. Tengah memunguti pecahan piring, Jung Yi melihat Yook Do. Yook Do yang masih merasa sangat bersalah pada Jung Yi langsung berusaha menghindar namun Jung Yi mengejarnya. 


Jung Yi mengatakan kalau dia ingin sekali bertemu dengan Yook Do. Pada Yook Do, Jung Yi mengaku kalau dia merasa tidak enak sudah mengambil alih penghargaan yang seharusnya untuk Yook Do. Tak ingin membahas tentang masalah itu, Yook Do bertanya tentang pelajaran etika yang sedang Jung Yi pelajari. 


Dengan polosnya, Jung Yi menjawab kalau pekerjaan yang sesuai dengan dia hanya membantu pekerjaan Yook Do, kalau dia tau dia harus berpakaian seperti itu dan belajar pelajaran etika, Jung Yi pasti tidak akan menerima penghargaan itu. 

Jung Yi juga berjanji pada Yook Do, jika dia berada di Ming, dia akan belajar dengan baik tentang tembikar Ming. Setelah itu  nanti dia akan berbagi ilmu dengan Yook Do. Mendengar itu Yook Do tak bisa berkata apa-apa. Perasaan bersalah pada Jung Yi semakin besar dia rasakan.


Malamnya, Jung Yi sedang sibuk  memperbaiki piring-piring yang sudah dia pecahkan, tepat di saat kakek Moon masuk. Pada kakek Moon yang pernah pergi ke Ming, Jung Yi bertanya bagaimana dan seperti apa negara itu. 


Kakek Moon menjawab kalau itu adalah negara yang besar, tungku disana sangat besar bahkan cukup untuk 5 atau 6 pria dewasa. “tembikar di Joseon menitikberatkan ruang kosong. Sedangkan tembikar Ming tidak ada ruang kosong, dan menawarkan bentuk yang mewah,” tambah kakek Moon.


Kakek Moon menemui Ketua Son. Pada Ketua Son, kakek Moon meminta tolong untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena kakek Moon mengerti benar orang seperti apa Kang Chun itu. Kang Chun bukan tipe orang yang bisa begitu saja menyingkirkan anaknya sendiri dan memberikan penghargaan itu pada Tae Pyung. Ketua Son mengerti dan dia memerintah Hwa ryung untuk mencari tahunya.


Tentu saja cara Hwa Ryung untuk mencaritahu semua itu lewat Yook Do. Hwa Ryung mengajak Yook Do ketemua di tempat favorite Yook Do. Di hadapan Hwa Ryung, Yook Do tak bisa menyembunyikan semuanya, dia mengaku pada Hwa Ryung kalau dia adalah orang yang sangat pengecut. 


“aku sudah melakukan sesuatu yang tidak boleh di lakukan oleh manusia, tapi karena aku takut kehilangan nyawa, aku mengabaikannya. Ketika kami sedang membuat perlengkapan teh, kau juga pasti melihat Tae Pyung. Anak itu bukan dikirim untuk mendapatkan penghargaan. Jika dia sampai ke Ming, dia akan kehilangan nyawanya.” Mendengar itu tentu saja Hwa Ryung sangat terkejut. 

Yook Do meralatnya, kalau Tae Pyung akan di bunuh sebelum dia sampai ke Ming. Dengan ekspresi menyesal dan sangat sangat merasa bersalah, Yook Do meminta bantuan Hwa Ryung untuk menghentikan semuanya. 


P Gwang Hee memanggil Tae Do untuk menemuinya. Pada Tae Do, P Gwang Hee mengungkapkan kalau dia merasa tidak tenang jika mengirim Tae Pyung sendirian ke Ming, karena itu dia meminta Tae Do mengawalnya sampai ke Ming. Tentu saja Tae Do tidak menolaknya.


Beralih ke Jung Yi yang sedang berlatih sendiri pelajaran tata krama yang sudah dia pelajari. Tepat di saat itu, Tae Do datang menemuinya. Jung Yi mengungkapkan kalau dia sebenarnya berniat menemui Tae Do dan mengucapkan selamat tinggal, tapi Tae Do lebih dulu menemuinya. Tae Do mengatakan pesan P Gwang Hee pada Jung Yi, kalau dia diberi perintah untuk mengawal Jung Yi sampai dengan selamat di Ming. Jung Yi senang mendengarnya, karena sebelumnya dia mengira Tae Do marah padanya.


Tae Do berpesan pada Jung Yi untuk tetap mengikuti kata hatinya, dan dia sendiri akan selalu menjaga Jung Yi. Jung Yi menangis haru. Tepat di saat, Tae Do memegang pundak Jung Yi dan mengusap air mata Jung Yi, Hwa Ryung datang dan melihat semuanya. 


Niat mengungkapkan kebenaranpun kalah dengan rasa cemburu, Hwa ryung pergi tanpa mengatakan sepatah katapun, dia pergi berjalan tak tentu arah. 


P Gwang Hee mengantarkan Jung Yi ke tempat Utusan Ming. Dengan baik dan lancar, Jung Yi memberi hormat dan mengenal kan diri. Utusan Ming merasa senang, akhirnya dia bisa bertemu dengan orang yang berhasil membuat cangkir Cheong Ja. Utusan Ming juga mengatakan kalau mereka akan berangkat ke Ming, pagi2 sekali karena itu dia meminta Jung Yi untuk menginap di tempatnya. Tanpa curiga sedikitpun, Jung Yi mengiyakannya. 


Di luar, P Gwang Hee mengungkapkan salam perpisahan, dia berpesan pada Jung Yi untuk melakukan yang terbaik dan belajar sebanyak mungkin. Jung Yi berterima kasih atas semua yang sudah P Gwang Hee lakukan untuknya.


Setelah berjalan2 dan menenangkan diri, Hwa Ryung pulang juga. Ketua Son mengatakan kalau Tae Pyung sudah menunggu lama untuk berpamitan dengan Hwa Ryung, mendengar itu tentu saja Hwa Ryung terkejut. Ketua Son menambahkan kalau malam ini Tae Pyung menginap di Mo Hwa Gwan, dan pagi-pagi sekali Tae Pyung dan rombongan Ming akan segera berangkat menuju Ming.

Mendengar itu, HwA Ryung teringat kembali pada apa yang sudah Yook Do katakan, dia menyadari kalau dia sudah melakukan sesuatu yang salah. Hwa ryung langsung bergegas pergi tanpa berkata sepatah katapun pada Ketua Son. 


Di jalan, Hwa Ryung bertemu dengan Tae Do. Pada Tae Do, Hwa Ryung menceritakan semuanya. Tanpa banya kata lagi, Tae Do pun langsung pergi menemui P Gwang Hee dan mengatakan kebenaran kalau Tae Pyung di bawa bukan untuk diberi penghargaan, tapi untuk dibunuh. Tae Do meminta P Gwang Hee menyelamatkan Tae Pyung, dan jika P Gwang Hee tidak mau menyelamatkan Tae Pyung, dia sendiri yang akan menyelamatkannya.

Tak ingin bertindak tergesa-gesa, P Gwang Hee meminta Tae Do menunggu di ruangannya, dan dia akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Orang yang P Gwang Hee temui adalah Raja.


P Gwang Hee menceritakan semuanya pada Raja, namun sangat di sayangkan, sikap yang diperlihatkan Raja, bukannya men cari pemecahan masalahnya, Raja malah tertawa terbahak-bahak sambil berkata kalau itu adalah bukti kemenangannya. Raja juga merasa bahagia karena sudah melukai harga diri Utusan Ming.

P Gwang Hee mengingatkan kembali kalau mereka harus menyelamatkan Tae Pyung yang merupakan salah satu rakyat mereka. 

Dengan tegas raja berkata, “Raja negeri ini tak dapat di ganggu oleh kehidupan seorang Gong Che Geum. Aku tak punya waktu untuk hal seperti itu.”

“Ayah...”


“biarkan mereka membunuhnya. dengan begitu aku akan punya senjata lain, untuk melawan utusan itu. Hidup demi raja adalah tugas rakyat. Dengan begitu dia dapat memenuhi kewajibannya sebagai warga negara, biarkanlah. “

P Gwang Hee benar-benar tak percaya pada apa yang ayahnya katakan, “anakmu tidak bisa mengabaikannya.”

“Gwang Hee... kau! Jika kau menyebabkan masalah, aku akan menghukummu. Ingat itu dan pergilah!” ucap Raja dan kemudian meneruskan tawanya. 


P Gwang Hee benar-benar merasa tak setuju dengan sikap Raja kali ini. P Gwang Hee kembali ke ruangannya, dan dia tak menemukan Tae Do disana. Tak mau Tae Do melakukan sesuatu yang gegabah, P Gwang Hee langsung menyusulnya. 


P Gwang Hee sekuat tenaga memacu kudanya, dan Tae Do juga berlari dengan sekuat tenaga menuju Mo Hwa Gwan. 


Di Mo HwA gwan, Jung Yi sedang menikmati keindahan malam. Tiba-tiba beberapa orang datang menyeretnya. Di luar sudah terlihat Tae Do yang menyiapkan pedangnya, dalam hati dia berkata, “Yang Mulia silahkan khawatirkan seluruh rakyat Anda, aku.... hanya khawatir pada Jeong”.



Enter your email address to get update from Kompi Ajaib.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
This is the oldest page

1 komentar:

Yeeiii....
Senangnya bsa baca yg part 3
kamshamnida eunni...

Balas

loading...
Copyright © 2013. Drama Populer - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger