logo blog
Selamat Datang Di Blog Kompi Males
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Kompi Males,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.
loading...

Sinopsis My Unfortunate Boyfriend Episode 4 Part 2


Tak ingin ketahuan kalau dia sedang menjadi tamu palsu, Ji Na pun langsung mengajak Tae Woon keluar dari ruang resepsi untuk bicara berdua. Pada Tae Woon, Ji Na pun mengaku kalau dia datang ke acara pernikahan itu karena dia adalah teman dari pengantin. Tae Woon tentu saja percaya, namun tepat disaat itu... seorang tamu mengajak Ji Na makan dengan menggunakan dialek Jeolla. Mendengar itu, Tae Woon bertanya2 kenapa tamu itu berbicara denga dialek Jeolla padahal kampung halaman Ji Na bukan di Gwangju. Semakin takut Tae Woon bisa mengungkap kepalsuan dirinya, JiNa pun tanpa pikir panjang langsung menyeret Tae Woon ke toilet, untuk membicarakan semuanya. 


Ji Na dan Tae Woon sekarang sudah berada di dalam toilet berdua. Tak ingin Tae Woon berteriak sehingga mengundang banyak orang datang, jadi Ji Napun membekap mulutnya. 



Disisi lain, Mal Sook terlihat begitu senang karena sudah mendapatkan bayaran sebagai tamu palsu. Dia kemudian berjalan menuju tempat makanan sambil membawa sebuah kupon, tiba2 seseorang menabraknya sehingga membuat kupon yang dia pegang terjatuh. Melihat kupon itu, pria yang menabraknya tadi malah dengan gesit mengambil kupon itu dan memilikinya. Ternyata pria yang menabrak Mal Sook itu adalah pria berkaca mata teman Tae Woon. Mal Sook berkata pada pria itu kalau kupon itu adalah miliknya, tapi belum sempat dia menyelesaikan kata2nya, pria itu malah dengan gaya cool-nya menyuruh Mal Sook diam dengan menempelkan telunjuknya ke bibir Mal Sook. Diperlakukan seperti itu malah membuat Mal Sook terdiam, dia terpesona pada pria berkaca mata. 



Pria berkaca mata sudah duduk di meja tamu dengan makanan yang penuh di piringnya. Dia dengan lahap memakan semua makanan yang dia ambil. Mal Sook yang baru saja mengambil makanannya, sengaja mengambil meja yang berada di depan meja pria berkaca mata. Saat di pria berkaca mata melihat kearahnya, Mal Sook pun mulai melakukan aksinya. Dia makan dengan gaya seksinya. Mengerti maksud Mal Sook pria berkaca mata itu pun  langsung menghampiri Mal Sook dan memberikan kartu namanya. Setelah memberikan kartu namanya, pria berkaca mata itupun berjalan pergi. Akhirnya dapat nama si pria berkaca mata itu, namanya adalah Bom Man Soo.



Kita beralih pada Ji Na dan Tae Woon yang masih berada di toilet. Ji Na memberitahu Tae Woon kalau dia adalah teman temannya temannya temannya dari mempelai, jadi tak masalah baginya untuk datang ke acara pernikahannya. Tanpa Ji Na sadari, ada seorang pria yang sedang berada di toilet sebelah mendengar semua yang dia katakan.Dan ternyata bukan hanya satu pria yang mendengarnya, namun ada banyak pria yang mendengar Ji Na berkata seperti itu. Ya.... Ji Na sudah membawa Tae Woon ke toilet pria. Semua pria itu langsung berpikir macam2 saat Tae Woon dengan mulut dibekap berkata kalau dia sudah tak tahan lagi. Jadi dia meminta Ji Na melepaskannya.

Ji Na keluar toilet, dia tentu saja merasa malu saat menyadari banyak yang sudah menguping pembicaraan mereka. hahahha... selalu saja begini.... Ji Na selalu melakukan sesuatu yang tak dia pikirkan terlebih dahulu saat berhadapan dengan Tae Woon, sehingga membuat banyak orang menjadi salah paham pada apa yang mereka berdua lakukan. Padahal kan bisa aja dia mengajak Tae Woon bicara di tempat lain yang lebih aman, misalnya atap gedung. Euuum.....


Malamnya Ji Na tak bisa tidur gara2 kepikiran pada apa yang baru saja terjadi padanya. Sedangkan Tae Woon masih dengan kebiasaannya setiap malam, dia menulis apa yang sedang terjadi pada dirinya hari ini. Dia menulis tentang Ji Na yang bisa lari dengan menggunakan sepatu hak tinggi dan bisa berbicata dengan penuh keberanian dimanapun dia berada. 

Ji Na sudah siap berangkat bekerja, karena tugas barunya adalah mengambil bunga dari toko Tae Woon setiap pagi, jadi diapun harus pergi ke sana lagi. Namun sebelum berangkat, Ji Na bertekad untuk tidak memberikan kesempatan pada Tae Woon untuk bicara sepatah katapun. 


Di rumah, Tae Woon sedang merangkai bunga. Euum... dia terus melihat ke arah luar, sepertinya dia memang sedang menunggu kedatangan Ji Na. Setelahmengucapkan “hallo”... Ji Na meminta bunga yang harus dia bawa. Tae Woon memberikan bunga yang mempunyai duri, jadi dia memberitahu Ji na untuk berhati2 saat membawanya. Dengan senyum diwajahnya, Tae Woon berkata kalau bunga yang indah pasti punya duri. 


Mendengar ucapan itu, Ji Na tidak berkata apa2, dia hanya langsung berjalan keluar. Di luar, Ji Na bertanya2 tentang kenapa Tae Woon berkata kalau dia tertusuk duri, maka sakitnya hanya akan sebentar saja. Ji Na berkomentar kalau Tae Woon sedang ingin membuat sebuah lagu. 


Hee Chul sudah berada di ruang rapat bersama semua staf-nya. Dia kemudian meminta ide yang sudah mereka semua siapkan, orang yang pertama ditanya adalah Hye Mi. Dengan percaya diri Hye Mi menjawab, “Jadilah berani. Harapan ada disisi anda.” Mendengar pendapat itu, semua orang langsung menghela nafas. 

Hee Chul lalu bertanya pada Ji Na tentang idenya. Ji Na yang notabennya belum mendapat ide apapun, tiba2 teringat pada kata2 Tae Woon yang berkata, “hanya bunga2 indah yang punya duri.” Dan Ji Na pun mengungkapkan hal itu di dalam rapat dengan ditambahkan kata, “duri memang akan menyakiti sebentar, tapi bunga yang punya durilah yang indah.”

“Terakhir kali, kedelai yang difermentasi dan sekarang duri.... apa yang ada di dalam kepalamu?” tanya Hee Chul dan Ji Na tak bisa menjawab apa karena dia mengira Hee Chul tak suka, tapi ternyata Hee Chul malah  mengambil ide Ji Na. Dan dia meminta Ji Na untuk membuat semua rinciannya untuk rapat berikutnya. 

Ji Na pergi ke taman dengan membawa dua gelas kopi. Saat melihat Tae Woon, Ji Na sempat ingin pergi, namun dia merasa kalau dia tidak melakukan sesuatu yang salah pada Tae Woon, jadi tak ada alasan buatnya untuk menghindari Tae Woon.


Ji Na lalu memutuskan duduk di bangku panjang yang berada tak jauh dari tempat Tae Woon bekerja. Tepat di saat itu Hee Chul muncul dan Ji Na memberikan satu gelas kopi miliknya pada Hee Chul. Mereka berdua sekarang duduk bersama. Ji Na berkata kalau dia sedang meniru kebiasaan Hee Chul yang pergi ke taman dengan membawa dua kopi. 

Hee Chul berkomentar kalau ide yang disampaikan Ji Na pada saat rapat sangatlah bagus. Saat Hee chul mengulang kata2 Ji Na tentang duri, Ji Na langsung merasa tak nyaman, dia takut Tae Woon mendengarnya. Dia takut ketahuan kalau semua itu sebenarnya adalah ide Tae Woon. 


Hee Chul lalu bertanya Ji Na mendengar semua itu dari mana. Dengan cepat Ji Na menjawab kalau dia mendengar kata2 itu dari temannya. Saat Ji Na berteriak kata teman, Tae Woon mendengarnya. Ji Na menambahkan kalau temannya itu sangat mengetahui tentang duri sehingga bisa mendapatkan kata2 itu. 

“Jika kau terus seperti ini, ada kemungkinan besar kau akan tetap bersama kami.” Ucap Hee Chul dan tentu saja Ji Na senang mendengarnya. Hee Chul lalu bertanya apa Ji Na punya rencana makan malam, malam ini?

“Apa?” tanya Ji na untuk memastikannya lagi.


“Kali ini bukan makan malam berkelompok lagi.... denganku....” ucap Hee Chul memastikan. Tepat disaat itu Hee Chul mendapat telepon dari atasannya, sehingga membuat dia harus meninggalkan Ji Na sendirian. Saat sendirian, Ji Na tersenyum senang karena akan diajak Hee Chul makan malam berdua. Namun kebahagiaan Ji Na harus lenyap begitu saja, karena Hee Chul malam ini harus melakukan sesuatu yang lebih mendesak, jadi dia pun membatalkan rencananya dengan Ji Na. Tapi ternyata Ji Na tidak begitu kecewa karena Hee Chul mengatakannya permintaan maafnya dengan sangat baik.  


Setelah Hee Chul pergi, Ji Na mengkhawatirkan tentang Tae Woon. Dia takut Tae Woon mendengar semuanya yang dia obrolkan dengan Hee Chul. Ji Na pun menghampiri Tae Woon dan berusaha menjelaskan tentang kata2 duri itu. Setelah panjang lebar berbicara, akhirnya Ji Na sadar kalau Tae Woon tidak mendengarkan apa yang dia katakan, karena Tae Woon memakai earphone. Mengetahui hal itu, Ji Na merasa lega dan diam2 dia berjalan pergi. 



Setelah Ji Na pergi, ekspresi wajah Tae Woon berubah murung. Euuum.... ternyata dia dengar semuanya, dia tadi hanya pura2 tak mendengar apa yang Ji Na katakan, karena yang sebenarnya earphone milik Tae Woon tidak di tancapkan ke mana2. 

Hee Chul bertemu dengan seseorang yang memberitahunya kalau Ketua Yoon akan segera bertemu denga  Jaksa Hwang. Karena hal tersebut, orang itu yakin kalau Ketua Yoon pasti akan melakukan pensiun dini. 


Euuum ternyata orang yang Hee Chul temui itu adalah ayah Hye Mi, karena tak lama kemudian Hye Mi datang dan bergabung bersama mereka berdua. Ayah Hye Mi lalu bercerita tentang perubahan sikap Hye Mi yang menjadi lebih dewasa setelah bekerja. Dia mengungkapkan semua itu dengan rasa bangga pada Hee Chul. Sang ayah lalu meminta Hee Chul untuk tidak pernah membantu Hye Mi sedikitpun agar dia mengerjakan semuanya sendirian. Hee Chul pun menjawab kalau saat ini Hye Mi sepertinya sedang marah padanya, jadi dia harus terus berbuat baik pada Hye Mi. Mendengar jawaban Hee Chul yang seperti itu tambah membuat sang ayah senang dan mengungkapkan kalau hal itulah yang membuat dia menyukai Hee Chul.

Saat Hye Mi menuangkan minuman ke dalam gelas Hee Chul, sang ayah berkata di zaman sekarang orang2 memang sangat suka menunda pernikahan, coba saja mereka masih hidup di zaman dulu, pasti Hye Mi dan Hee Chul sudah menikah. Mendengar hal itu, Hye Mi terlihat malu dan berkata pada ayahnya kalau saat ini dia sedang memfokuskan diri pada pekerjaan daripada pernikahan. 


Tak seperti biasanya, malam ini Tae Woon pulang ke rumah dengan perasaan sedih. Melihat tumpukan surat yang ada di kotak pos suratnya, Tae Woon masih terlihat tak bersemangat. Saat melihat nama2 pengirim surat yang tertera di setiap amplop surat, Tae Woon terus teringat pada kata2 Ji Na yang berkata kalau kata2 duri itu dia dengar dari seorang temannya, Ji Na tak pernah mau mengaku kalau kata2 duri itu sebenarnya dari Tae Woon. Tanpa melihat isi amplop surat itu, Tae Woon langsung meletakkannya ke tong sampah. 

Sepertinya perasaan Tae Woon terluka saat menyadari kalau Ji Na tak menyukai dirinya.


Pagi ini, semua staf melakukan rapat lagi, dimana mereka akan mendengarkan presentasi dari Ji Na dan Hye Mi untuk menentukan siapa yang akan ikut dalam proyek baru mereka. Kesempatan pertama di berikan pada JI Na yang mengangkat tema, “Alam sebagai relaksasi nyata.” Di akhir presentasi Ji Na menyimpulkan kalau sebuah taman adalah tempat dimana manusia dan alam dapat berinteraksi. 

“Nona Ji Na, kau tidak pernah ke Central Park?” ucap Hye Mi dan kemudian mengambil alih presentasi. Tentu saja Ji Na ta bisa menjawab, dia hanya diam saja dan kemudian kembali ke tempat duduknya.


“Central Park lebih dari sekedar taman kota. Ini menjadi model untuk semua taman kota besar. Kenapa? Mari kita lihat.” Ucap Hye Mi yang kemudian menunjukkan gambar yang sudah dia kumpulkan di layar. “Taman tidak lagi hanya bagian dari alam. Ini menjadi kawasan dimana yang satu dapat menikmati budaya dan seni. Dalam rangka bersaing dengan taman global lainnya. Konsep saya untuk hari ini.... adalah hutan kora dimana budaya dan seni dapat berkembang.” Ucap Hye Mi menutup presentasi dan semua orang terlihat senang pada presentasi Hye Mi.

Setelah itu Manager Choi mengumumkan siapa pekerja magang yang bisa ikut dalam proyek dan tentu saja orang yang diajak adalah Hye Mi. Semua orang istirahat selama 30 menit dan setelag itu semua anggota proyek harus berkumpul lagi untuk melakukan rapat. Ji Na terlihat sedih karena gagal mendapat kesempatan ikut dalam proyek. 


Istirahat selesai, Hee Chul muncul untuk mengajak semua anggota proyek rapat. Saat yang lain sibuk pergi ke ruang rapat, Hee Chul menghampiri Hye MI dan mengatakan kalau dia punya harapan yang tinggi pada pratisipasi Hye Mi dalam proyek itu. Tentu saja melihat hal itu tambah membuat Ji Na sedih. 


Saat semua sudah pergi keruang rapat, manager Oh baru muncul dan dia berkata pada Ji Na kalau dia pikir dia tak punya waktu untuk pergi. Ji Na pun bertanya alasannya. Manager Oh menjawab kalau Park Noo Ri mengeluhkan seluruh personil kolaboratif adalah orang asing, jadi mereka meminta perusahaan mereka mengirim satu pegawai Korea lagi. 

“Dr Seed kalau tidak salah....  dia dapat memberitahu identitasnya hanya dengan melihat benih...  jadi mereka memanggilnya dr Seed. Gaya bekerjanya benar2 unik. Selain yang bertanggug jawab tak seorangpun melihat wajahnya. Aku hampir tidak bisa mendapatkan kontaknya, tapi dia berada di pedesaan. Aku harus menemuinya hari ini bagaimanapun caranya.” Ucap Manager Oh panjang lebar dan akhirnya karena dia tak bisa pergi menemui orang bernama dr Seed itu, dia meminta Ji Na untuk menggantikannya hari ini. Walaupun Ji Na tak menyukai pekerjaan itu, tapi dia tetap menerimanya dengan wajah yang di paksa tersenyum. Manager Oh tentu saja merasa senang dan dia langsung memberikan alamat dr Seed itu pada Ji Na. 


Ji Na pun pergi menemui dr Seed. Karena tidak tahu dimana tepatnya dr Seed tinggal, jadi dia bertanya pada seorang satpam yang sedang berjaga. Satpam itu menjawab kalau yang dimaksud dr Seed sebenarnya bernama dr Yoon dan dia kebetulan juga sedang ada di tempat itu. Ji Na lalu berjalan menuju arah yang di tunjukkan oleh pak satpam. 


Walaupun awalnya, Ji Na tak menyukai tugas itu, tapi sekarang dia begitu menikmatinya karena disekeliling tempat itu punya pemandangan yang indah. Ji Na lalu bertemu dengan seseorang yang menjaga tempat dimana dr Yoon bekerja. Karena orang itu tak dapat membantu Ji Na untuk memanggilkan dr Yoon, maka Ji Na pun harus pergi sendiri untuk mencarinya. Orang itu hanya memberi petunjuk kalau dr Yoon sekarang sedang bekerja di lahan bagian jeruk mandarin dan agar Ji Na tidak tersesat, orang itu memberikan peta kebunnya. 


Dengan berbekal peta tersebut, Ji Na pun mulai mencarinya. Karena sepatu hak tinggi yang dia pakai, diapun sudah merasa kelelahan sebelum menemukan orang yang bernama dr Yoon. Sudah sangat kelelahan, Ji Na pun berteriak2 memanggil dr Yoon. 

Ji Na menghampiri seseorang dan bertanya keberadaan dr Yoon. Orang yang dia tanya itu menunjuk ke arah seorang kakek yang sedang duduk karena kelelahan. Melihat kakek itu, Ji Na pun merasa senang karena akhirnya dia menemukan dr Yoon. Dengan perasaan riang, Ji Na terus berlari menghampiri sang kakek. 




Saat sudah berada di dekat sang kakek, Ji Na memanggilnya dengan nama dr Yoon namun sang kakek tidak menjawab, dia malah melihat ke arah lain. Siapa yang kakek itu lihat? Ternyata dia adalah Tae Woon. Oh iya...... nama Tae Woon kan Yoon Tae Woon.... apakah dia yang dimaksud dr Yoon? Kita tunggu saja jawabannya di episode selanjutnya. 

Bersambung
Sinopsis My Unfortunate Boyfriend Episode 5

Enter your email address to get update from Kompi Ajaib.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

2 komentar

ha ha ha, Gokil tu si tae won.

Balas

ditunggu kelanjutannya ya.. ^_^
kamsahamnida..

Balas

loading...
Copyright © 2013. Drama Populer - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger