Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 12 Part 2. Lagi-lagi harus tertunda lama pemostingan part 2 ini, dikarenakan saya sibuk ngurusin persiapan CPNS. hehehhe.... coba-coba... itung-itung buat pengalaman pertama ikut CPNS tahun ini, ternyata persiapannya cukup njlimet. hehhehe. Oke kita akhiri sesi curhatnya sekarang kita bahas Jung Yi episode 12 nya ini, untuk pembaca sinopsis Jung Yi di blog ini, pasti bertanya-tanya, apakah P Gwang Hee akan tahu kalau Tae Pyung adalah Jung Yi? jawabannya ada di part ke 2 ini. Maaf sebelumnya, gambar menyusul, malam ini dah ngantuk... hehehhe
Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 12 Part 2
Dengan perasaan marah, P Gwang Hee berlatih pedang, dia teringat kembali pada kenangan bersama Jung Yi dan Tae Do. Ayunan pedang kayu P Gwang Hee terhenti saat mendengar suara Tae Do. Tanpa melihat kearah Tae Do karena untuk menyembunyikan ekspresi marahnya, P Gwang Hee bertanya tentang Tae Pyung pada Tae Do. Tentu saja Tae Do yang tak tahu kalau P Gwang Hee sudah mengetahui semuanya, masih bersikap biasa saja dan mengatakan kalau sekarang Tae Pyung sudah berada di Bun Won.
“Kudengar kau dan Tae Pyung bukan saudara kandung? Meskipun dia bukan adikmu, kau sangat memperhatikannya,” tanya P Gwang Hee lagi, dan masih membelakangi Tae Do.
“Sejak kecil kami sudah saling mengandalkan, jadi bagi hamba dia lebih dari sekedar saudara kandung”
Setelah mendengar itu, P Gwang Hee berbalik dan berkata, “aku.... pernah bertemu dengan kakak beradik seperti kalian. Ketika aku bertemu denganmu, mengingatkanku pada mereka.”
Mendengar ucapan P Gwang Hee yang seperti itu, membuat Tae Do langsung merasa tak nyaman, diapun langsung minta pamit jika tak ada yang P Gwang Hee ingin katakan padanya. Tepat disaat Tae Do membalikkan badannya, P Hwang Hee berkata, “aku ingin bertarung denganmu, tarik pedangmu!”
Mendengar itu, tentu saja Tae Do berbalik lagi menghadap P Gwang Hee, P Gwang Hee melanjutkan kata-katanya, “aku pernah bilang... suatu hari akan bertarung menggunakan pedang sungguhan denganmu. ...Tae Do....” Tae Do benar-benar shock mendengarnya, “hari ini bukan pedang kayu melawan pedang sungguhan... kita akan lihat siapa siapa pemenangnya.”
Mau tak mauTae Do pun mengikuti keinginan P Gwang Hee, mereka bertarung. P Gwang Hee bertarung dengan kemarahan, sedangkan Tae Do hanya melakukan perlindungan diri. Masih sedang bertarung, P Gwang Hee bertanya, kenapa Tae Do tidak mengungkapkan dirinya yang sebenarnya pada P Gwang Hee, Tae Do menjawab kalau mereka hanya kenalan di masa lalu, jadi tak perlu memperkenalkan diri.
“Apakah hanya itu alasannya? Bukan karena Jeong?” Mendengar itu Tae Do terkejut dan kehilangan konsentrasi, P Gwang Hee langsung mendorongnya. “Apa demi menyembunyikan kenyataan bahwa Tae Pyung adalah Jeong?”
“Yang Mulia....”
“Aku tidak bisa mengampuni kau dan Jeong karena telah menipuku!” ucap P Gwang Hee sambil menghunuskan pedang.
“Jeong tak bersalah, hambalah yang menyuruhnya!” jawab Tae Do yang langsung berlutut meminta pengampunan. Semua adalah kesalahan hamba. Mohon marahlah dengan hamba saja. Mohon hukumlah hamba. “
P Gwang Hee menurunkan pedangnya, “Apa alasanmu? Kenapa kau menipuku dengan berpura-pura mati?”
“Karena ingin memutuskan hubungan dengan Yang Mulia.”
“Memutuskan hubungan denganku?”
“Setelah Yang Mulia datang menemui Jeong, terjadi banyak perubahan. Jeong hampir menjadi pengkhianat negeri ini. Dia kehilangan ayahnya. Dan dia kehilangan keceriaannya. Demi memutuskan hubungan dengan Anda... demi hidup... hamba melakukannya.”
“Seharusnya dia pergi jauh. Seharusnya dia menghindariku. Kenapa dia muncul di depanku lagi?”
“Itu juga karena salah hamba. Hamba tidak bisa menghentikannya menjadi pengrajin tembikar. Hamba tidak bisa menghentikannya menjadi pengrajin tembikar di Bun Won.”
“Kau tidak berubah sama sekali. Bahkan sekarang yang paling berharga bagimu adalah Jeong.”
“Mohon jangan hukum Jeong. Karena Anda sudah tahu, hamba akan membawanya pergi diam-diam.”
“Apa Jeong akan mendengarkan kata-katamu? Jangan biarkan Jeong tahu.... kalau aku mengetahuinya.”
“Yang Mulia....”
“INI! Adalah hukumanku untukmu.”
Yups! Tentu saja Tae Do tak bisa menolaknya.
Di ruangannya, P Gwang Hee menatapi sepatu Jung Yi yang dia temukan di sungai dulu, “aku sedih mengingat kau sudah mati. Tapi semua itu bohong. Saat memikirkan kau sudah mati... aku berduka sendirian. “
P Gwang Hee berusaha menenangkan dirinya. Dia teringat lagi saat mereka berdua berada di dalam lubang, saat itu Jung Yi berkata, “Meskipun di sekitar kotoran anjing, masih hidup saja sudah bagus.” Mengingat kata-kata itu, P Gwang Hee meyakinkan dirinya, karena Jung Yi masih hidup, itu sudah bagus.
Namun tiba-tiba, P Gwang Hee teringat lagi kata-kata Jung Yi yang berkata, “Kau berbohong setiap kau buka mulut. Itulah sebabnya kau jatuh dalam perangkap untuk binatang.”
Mengingat itu juga, keyakinan P Gwang Hee untuk tidak mempermasalahkan kebohongan Jung Yi pun sirna. “Kau yang bilang setiap buka mulut hanya kebohongan. Bagaimana bisa kau menipuku? Bukan hanya sekali tapi dua kali! Kau berbohong kalau kau pria, lalu kau berbohong kalau namamu adalah Tae Pyung.”
P Gwang Hee kembali ke kursinya dan berkata, “apapun yang terjadi, jangan salahkan aku. Itulah yang kau minta.”
P Gwang Hee lalu duduk diluar untuk melihat semua pekerja Bun Won bekerja, namun pandangan P Gwang Hee hanya tertuju pada Jung Yi yang sedang menyusun kayu bakar.
“Tae Pyung-ah!” panggil P Gwang Hee.
“Ya.. Yang Mulia!” jawab Jung Yi sambil masih merapikan kayu bakar.
“Tidak bisakah kau datang hanya dengan sekali panggilan?”
“Ya.” Jung Yi langsung berlari menghampiri P Gwang Hee.
“Sungguh lambat! Apa kau dipanggil Tae Pyung karena kau lambat?” Jung Yi tak dapat menjawab apa-apa, dia hanya diam. P Gwang Hee mulai mengeluarkan rasa kesalnya pada Jung Yi, “Kenapa laintai ini sangat kotor? Jangan hanya berdiri, segera bersihkan lantai ini.”
Tae Pyung pun langsung melakukan apa yang diperintakan P Gwang Hee. Belum selesai Jung Yi membersihkan, P Gwang Hee sudah memanggilanya lagi, “ Tae Pyung-ah!” dan dia meminta Jung Yi mengambilkan air untuknya. Dengan segera Jung Yi mengambilkan semangkuk air.
Namun P Gwang Hee tidak meminumnya, dia hanya mengangkat mangkuk itu dan langsung menurunkannya lagi. Seakan tahu kalau P Gwang Hee minta di ambilkan yang baru, Jung Yi langsung mengambil mangkuk itu dan membawanya pergi, belum ada dua langkah Jung Yi akan pergi. P Gwang Hee memanggilnya lagi.
“Tae Pyung-ah...” Jung Yi tak menjawab, dia berusaha menahan kesalnya pada P Gwang Hee, karena memperlakukan dirinya seperti itu. Karena tak ada jawaban, P Gwang Hee memanggil Jung Yi lagi, “Tae Pyung-ah... Tae Pyung-ah...” setelah panggilan yang ketiga Jung Yi baru membalikkan badannya.
“Apa ada yang diperlukan lagi?” tanya Jung Yi dengan ekspresi sumringah yang dipaksakan.
“Tae Pyung, namamu.... siapa yang berikan?”
Mendengar pertanyaan P Gwang Hee, senyum Jung Yi hilang dan berubah menjadi ekspresi cemas, dia bertanya balik kenapa P Gwang Hee menanyakan hal itu.
“Namamu.... Tae Pyung.... sangat sesuai denganmu! “
“Terima kasih...” balas Jung Yi dan berniat pergi. Namun langkahnya terhenti saat P Gwang Hee memanggil namanya lagi. Tapi kali ini P Gwang Hee hanya berkata kalau Jung Yi boleh pergi.
P Gwang Hee menemui Kang Chun di ruangannya, dan mengatakan sebuah permintaan pada Kang Chun.
“Ada seorang yang kuanggap sebagai guru. Dia masuk istana setelah 3 tahun menjaga makan ayahnya. Aku ingin menyiapkan hadiah kecil untuknya.”
Kang Chun menjawab, kalau itu bukannya hal mudah bagi P Gwang Hee, sebagai pangeran sekaligus wakil pengurus Bun Won, P Gwang Hee bisa memilih tembikar apa saja yang dia suka saat tungku di buka.
“Tidak. Aku akan membuat tembikar itu sendiri.” Ucap P Gwang Hee dengan yakin. Mendengar P Gwang Hee mau membuat tembikar sendiri, tentu saja membuat Kang Chun terkejut dan tidak mengizinkannya. P Gwang Hee lalu memberi alasan kalau dia ingin mengambil kesempatan itu untuk mengetahui kerja keras pengrajin tembikar. Saat Kang Chun bertanya siapa yang berani mengajari seorang pangeran, dengan santai p Gwang Hee menjawab kalau dia ingin Yook Do yang mengajarinya.
Yook Do dan Jung Yi sama-sama terkejut saat mengetahui kalau P Gwang Hee ingin membuat sebuah tembikar. P Gwang Hee meyakinkan Yook Do kalau dia adalah orang yang cepat belajar, jadi dia tidak akan menghabiskan waktu Yook Do terlalu banyak. Kang Chun pun tak bisa menolaknya, dia mengizinkan P Gwang Hee belajar pada Yook Do, dia kemudian menyuruh Tae Pyung untuk mempersiapkan tanah liat yang akan digunakan oleh P Gwang Hee, namun P Gwang Hee langsung menolaknya dan mengatakan kalau dia sendiri yang akan mempersiapkan tanah liatnya, Tae Pyung hanya perlu mengawasinya. P Gwang Hee mengajak Tae Pyung pergi untuk mempersiapkan semuanya.
Setelah hanya berdua, Yook Do berjanji pada ayahnya akan mengajari P Gwang Hee dengan baik. Namun Kang Chun malah menjawab sebaliknya.
“Jangan bodoh..... bukannya kau sudah sangat sibuk sebagai Byeon So? Ini bukannya Yang Mulia akan menjadi pengrajin tembikar. Biarkan orang lain yang mengajarinya, kau hanya perlu mengawasinya.”
Jung Yi dan P Gwang Hee pergi ke tempat penyimpanan tembikar untuk melihat2 tembikar seperti apa yang ingin P Gwang Hee buat. Dengan sengaja P Gwang Hee memilih tembikar yang susah dibuat oleh seorang pemula. P Gwang Hee memang sengaja ingin menyusahkan Jung Yi, karena Jung Yi yang membuat desain tembikarnya.
Saat Jung Yi sedang menggambar, P Gwang Hee dalam hati berkata, dia ingin memberi kesempatan pada Jung Yi untuk mengakui semuanya sebelum tembikar yang dia buat selesai. P Gwang Hee ingin Jung Yilah yang mengaku padanya, bukan dia yang membongkar kebohongan Jung Yi.
Jung Yi sempat kebingungan karena P Gwang Hee mengambil beberapa tembikar yang tingkat kesukarannya tinggi. Walaupun Jung Yi berusaha menjelaskannya, P Gwang Hee tetap bersikeras untuk membuat tembikar seperti yang dia inginkan.
Jung Yi menunjukkan hasil gambar dari tembikar yang ingin P Gwang Hee buat pada Yook Do. Jung Yi menjelaskan pada Yook Do, kalau dia sudah berusha memberitahu P Gwang Hee, kalau tembikar yang ingin dia buat cukup susah, namun P Gwang Hee menolaknya mentah2. Yook Do hanya bisa menghela nafas, dan kemudian menyuruh Jung Yi untuk membantu P Gwang Hee.
Mendengar itu Jung Yi langsung menolaknya, “jika bukan membantu P Gwang Hee, aku akan melakukan semuanya. “
Yook Do menjawab kalau hal itulah yang harus Jung Yi bantu saat ini, “bukankah kau bilang ingin belajar memutar roda padaku? Apa kau tidak menyadari ini adalah kesempatan bagus. Jika kau membantu Yang Mulia saat ia belajar memutar roda, kau juga dapat belajar. Kau tidak perlu khawatir apa yang dipikirkan Gong Cho Geum lainnya.”
Mendengar tawaran Yook Do, tentu saja Jung Yi tak bisa menolaknya. Jung Yi dengan sedikit berat hati menemani P Gwang Hee mengolah tanah liat. Jung Yi merasa tak nyaman P Gwang Hee mengolah tanah liatnya sendiri semua itu karena P Gwang Hee melakukannya dengan cara yang salah. Setelah memberitahu p Gwang Hee cara yang benar, Jung Yi bersantai sambil membaca buku ( euuuum... bukan kah di episode seterusnya di beritahukan kalau Jung Yi gak bisa baca... ya sudah lah anggap aja dia hanya melihat-lihat buku itu bukan membacanya )
Karena keras kepalanya, p Gwang Hee kena batunya, dia merasa kelelahan menginjak2 tanah liat tersebut.
“sebentar, bisakah aku berhenti sebentar saja?” tanya P Gwang Hee yang mulai kelelahan.
“Tidak bisa,” jawab Jung Yi tanpa sedikitpun menoleh ke arah P Gwang Hee. Hahahahha.... Jung Yi balas dendam. “Jika anda berhenti, maka gumpalan udara akan berbentuk.”
P Gwang Hee pun meneruskan menginjak tanah dengan keras, namun dia melemah sebentar dan memanggil Jung Yi lagi.
“Tae Pyung-ah..”
“Masih belum saatnya,” jawab Jung Yi tanpa menoleh.
“Kau bilang kau pernah jatuh dari kuda kan?”
Jung Yi terkejut dengan pertanyaan P Gwang Hee, dan mau tak mau Jung Yi mengiyakan, “Ya, yang Mulia.”
“Apa punggungmu sakit setelah itu?”
Jung Yi menggeleng, “Tidak.”
“Untunglah. Sepertinya setiap orang memiliki kenangan buruk dalam hidupnya. Ketika aku kecil, aku jatuh dalam perangkap. “ P Gwang Hee sengaja mengatakannya dan melihat ke arah Jung Yi, sebaliknya mendengar apa yang di katakan P Gwang hee, Jung Yi tak berani melihat kearah P Gwang Hee, dia menyembunyikan wajahnya. “Di lubang itu, aku bertemu dengan seorang gadis kasar. Bahkan dia memukul kepalaku! Aku hampir saja mati.”
Merasa tak nyaman lagi mendengar semua itu, Jung Yi langsung beranjak dari duduknya, “cukup, Yang Mulia. Anda harus beristirahat. Mohon keluarlah, Yang Mulia.”
Melihat sikap Jung Yi, ada kekecewaan yang terlihat dari wajah P Gwang Hee, karena yang dia harapkan dari Jung Yi adalah pengakuan.
Di Bun Won, 3 sekawan lagi-lagi menggosip tentang Jung Yi yang sekarang sedang membuat tembikar bersama P Gwang Hee. Tiba-tiba mereka menghentikan gosip mereka dan langsung bersemangat bekerja saat mereka melihat Tae Do datang. Hahahhaha.... lucuuuuuuu
Tae Do bertemu dengan P Gwang Hee, melihat Tae Do, P Gwang Hee sengaja memanggil nama Tae Pyung dengan keras. Tak lama kemudian Tae Pyung muncul mengikuti P Gwang Hee sambil membawa dua gunduk tanah liat.
“Tae Pyung-ah.... ku bilang cepat!”
“Ya, Tae Pyung bergegas!
Tae Do langsung menghampiri Jung Yi dan bertanya kenapa Jung Yi menjawab panggilan P Gwang Hee dengan aneh, dengan terus menyebut namanya.
“Aku tidak tahu. Yang Mulia menyuruhku menyebutkan namaku setiap kali menjawabnya. Aku tidak tahu kenapa dia seperti ini”
“tae Pyung-ah!” teriak P Gwang Hee.
“Ya!Tae Pyung datang ! “ Jawab Jung Yi dan langsung pergi.
Jung Yi dan P Gwang Hee mulai menekan-nekan dan memutar-mutar tanah liat, kayak bikin adonan roti. Setelah yang dibuat oleh keduanya serasa cukup di adon, Jung Yi memotongnya. Tanah pertama yang di potong adalah milik Jung Yi, saat melihat tanah milik Jung Yi terdapat gumpalan udaranya (berlubang dan tidak halus ) p Gwang Hee mengejeknya.
Kini giliran tanah milik P gwang Hee, betapa terkejutnya Jung Yii saat melihat tanah adonan P Gwang Hee halus seperti cermin. P Gwang Hee terus merasa di atas angin dia pun mengejek Jung Yi dengan mengatakan kalau Tae pyung terlahir menjadi Gong cho Geum yang menggali tanah dan mencari kayu, “sedangkan aku terlahir dengan bakat untuk meremas dan memutar roda, cocok untuk pengrajin tembikar.”
Kita sekarang beralih ke Yook Do yang sudah berada di tempat Ketua Son. Yook Do sedang menunggu Hwa Ryung, namun sayang Hwa Ryung yang sedang keluar belum juga kembali. Tak mau menunggu lama Yook Do memtuskan untuk pergi, namun sebelum pergi, Yook Do bertanya pada Ketua Son kemana Hwa Ryung pergi.
“Jika kau harus bertemu dengannya, aku akan mengirim seseorang untuk menemukannya. Bagaimana jika anda menunggu lebih lama lagi.”
“Tidak perlu, kemana dia pergi?” tanya Yook Do lagi.
Ternyata Hwa Ryung sedang mengalami kesulitan, dia sedang menghandapi sekelompok laki2 yang marahnya padanya, mereka ingin meminta ganti rugi atas kerusakan barang mereka. Yook Do yang memang sedang mencari Hwa Ryung melihat keberadaan Hwa Ryung yang sedang dalam kesulitan. Bak pahlawan Yook Do muncul dan menggertak sekelompoklaki-laki itu.
Yook Do melepas topinya dan bersiap melawan mereka. Namun sayang, keahlian Yook Do bukanlah bela diri seperti Tae Do dan P Gwang Hee,jadi dia hanya menjadi samsak buat sekelompok pria itu. Tak ingin Hwa Ryung melihatnya sebagai laki-laki pecundang, Yook Do menyuruh Hwa Ryung pergi, tapi tentu saja Hwa ryung tak tega meninggalkan Yook Do sendirian.
Setelah Yook Do terjatuh, yang lebih parahnya lagi jatuhnya ke tanah becek, para pria itu pergi. Hwa Ryung langsung mendekati Yook Do untuk mengetahui keadaannya. Dalam keadaan seperti itu, Yook Do memutuskan menutup matanya.
Hwa Ryung terkejut, melihat Yook Do tak sadarkan diri, “Tuan Byeon So! Tuan Byeon So, Anda tidak apa-apa?! Aku akan mencari pertolongan.”
Setelah hwa Ryung pergi, Yook Do bangun, “Sungguh memalukan! Di depan Hwa Ryung... “
Tiba-tiba Hwa ryung kembali lagi dan itu membuat Yook Do salah tingkah,,,, hahhahha.... mengerti apa yang di rasakan Yook Do, Hwa Ryung berusaha menghiburnya dengan mengatakan kalau dia sangat berterima kasih pada Yook Do, “Jika tidak ada Tuang Byeon So, hal yang buruk mungkin akan terjadi.”
Yook Do hanya menghela nafas, menahan rasa malunya.
“Aku tulus, Tuan byeon So.” Hwa Ryung kemudian membantu Yook Do berdiri, hwa ryung sangat terkejut saat melihat tangan Yook Do terluka.
Yook Do mengatakan kalau dia tidak apa2, karena itu hanya luka lecet biasa. “kau? Apa ada yang terluka?”
bersambung....
Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 12 Part 3
bersambung....
Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Ep 12 Part 3
2 komentar
makasih mba.....
Balasmkasih udh nulis sinopsis ini..
Balassemngat trus ya sis..wait for next update..