logo blog
Selamat Datang Di Blog Kompi Males
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Kompi Males,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.
loading...

Sinopsis Pinocchio Episode 7 Part 2

Sinopsis Pinocchio episode  7 part 2. Pada part sebelumnya diceritakan kalau Dal Po menghilang karena sudah salah memberitakan tentang alasan ahjumma yang meninggal karena diet ketat. Namun setelah dia ngobrol dengan Gong Pil, Dal Po memutuskan kembali bekerja dan hendak memperbaiki kesalahannya.


Sinopsis Pinocchio episode 7 part 2 !!!


Young Tak menghampiri Hyun Gyu dan  bertanya kenapa Hyun Gyu berdiri disana seperti orang bingung. Dengan pelan Hyun Gyu menjawab kalau Dal Po sudah keluar dari persembunyiannya dan sedang dalam perjalanan ke YGN. Young Tak pun bertanya lagi, apa masalahnya.

“Semua orang biasanya akan meninju setelah menghilang. Selama periode pelatihan mereka atau menyerahkan pengunduran diri mereka.”ucap Hyun Gyu penasaran tentang apa yang akan Dal Po lakukan setelah muncul kembali.

“Aku ragu. Choi Dal Po tidak terlihat seperti itu.” jawab Young Tak sambil mengoleskan pelembab di bibirnya. Namun Hyun Gyu tetap yakin kalau Dal Po pasti akan melakukan sesuatu yang menyeramkan, karena menurutnya penampilan bisa menipu. Contohnya saja editor Jo yang terlihat tenang sekarang, padahal dulu dia sudah membuat semua orang heboh dengan mengancam akan lompat dari atap gedung saat masa pelatihan.



“Aigooo... jika kau menyinggungnya, maka kejadianmu lebiih parah, ayahmu datang jauh-jauh kekantor, dan melempar ular pada Hwang Gyo Dong karena kau mengatakan kalau dia menyiksamu.” Ucap Young Tak mengingatkan masa lalu Hyun Gyu.

“Itu karena dia menyuruhku tanpa henti.” Jawab Hyun Gyu dan Young Tak pun berkata kalau Hyun Gyu juga sudah melakukan hal sama pada Dal Po, jadi apa Dal Po akan melakukan hal yang sama seperti Hyun Gyu dulu.


Tepat disaat itu Dal Po datang. Melihat Dal Po, Hyun Gyu terlihat ketakutan. Namun ketakutan Hyun Gyu sia-sia saja, karena Dal Po bukan orang yang suka membuat sensasi seperti itu. Dal Po malah memberi salam pada hYUn Gyu dan meminta maaf atas masalah yang sudah terjadi. Young Tak yang masih berada di sana langsung menyuruh Dal Po masuk ke dalam karena Gyo Dong sudah menunggunya.

“Jangan menjawabnya dan juga jangan menangis didepannya.” Ucap Hyun Gyu pada Dal Po yang berjalan pergi.

“kau hanya mengkhawatirkan dirimu.” Ucap Young Tak sambil menempelkan tisu penyerap minyak pada wajah Hyun Gyu.




Dal Po masuk ruangan Gyo Dong dan berkata kalau dia minta maaf. Tak mau mempermasalahkannya, Gyo Dong langsung menyuruh Dal Po melanjutkan pekerjaannya. Dal Po hendak pergi namun dia berbalik lagi dan bertanya kenapa?

“Aku datang siap untuk dihukum.” Ucap Dal Po.

“Itu kesalahan cukup besar untuk dibiarkan lolos dengan mudah.”

“Lalu kenapa kau melakukannya?”

“Kau mendapatkan satu kesempatan, karena aku juga melakukan kesalahan yang sama.” Ucap Gyo Dong yang kemudian mengatakan kalau kesalahan yang dia maksud adalah kasus 13 tahun yang lalu, dimana dia juga melaporkan berita yang tidak akurat tentang seorang kepala keluarga yang dituduh menjadi pembunuh. “Dan karena laporan salah yang aku buat... keluarga itu berakhir dengan tragis.”

Mendengar itu tentu saja Dal Po bisa menebak kalau berita yang Gyo Dong maksud adalah tentang ayahnya yang dituduh sebagai pembunuh. “Kalau begitu... bagaimana kau bisa bangkit dari itu?” tanya Dal Po.

Gyo Dong menjawab kalau dia tidak pernah bangkit, “Aku melarikan diri, seperti yang kau lakukan. Aku berhenti menjadi wartawan.... dan pindah ke departemen lain untuk menjadi produser, dan 5 tahun kemudian.... aku bertemu seseorang pada acara TV kuis.” Ucap Gyo Dong dan menatap Dal Po yang menyadari kalau orang yang Gyo Dong maksud adalah dirinya.

“Kenapa anda berhenti menjadi reporter?” tanya Dal Po.

“Karena melihat anak itu... membuatku merasa terhina dan malu. Seolah-olah dia menangkap basah aku yang bersembunyi karena aku takut. Itu sebabnya aku kembali ke dapartemen ini.” Jawab Gyo Dong.

Dal Po bertanya lagi tentang rasanya kembali menjadi reporte, “apakah kau senang melapor lagi?” tanya Dal Po.


Sebelum kita mendapatkan jawaban dari Gyo Dong, kita sudah dialihkan pada In Ha yang sedang bersama Bum Jo. In Ha berkata kalau dia merasa tubuhnya seperti ditusuk2 jarum. Mendengar itu, Bum Jo dengan perhatiannya memberikan syal miliknya agar In Ha lebih merasa hangat.

“Apa ini flu pertamamu sejak SMA?”tanya Bum Jo dan In Ha pun menjawab iya.

“Tapi kenapa kau tahu tentang itu?” tanya In Ha penasaran karena Bum Jo banyak tau tentang dirinya.

“Oh, kau pernah bilang beberapa hari yang lalu. Ngomong2, flu ini serius. Kita harus memberimu izin dan membawamu ke rumah sakit.” Ucap Bum Jo dan In Ha menolak sarannya karena dia tak mau kalah karena flu, dia harus tetap bekerja keras untuk memperoleh berita.

Mata In Ha kemudian mengarah pada Chan Soo yang baru datang dengan membawa sesuatu. Dengan cepat In Ha langsung menghampiri Chan Soo dan bertanya apa yang Chan Soo bawa itu.

“Apa itu laporan investigasi? Atau laporan kasus kejahatan baru? Apa kau akan melaporkannya? Hah?” tanya In Ha pada Chan Soo.

“Menjauh dariku! Kau akan menulariku.” Jawab Chan Soo sambil melepaskan diri dari genggaman In Ha. Namun In Ha tak mau menyerah,sampai-sampai dia menarik kerah jaket Chan Soo dan meminta Chan Soo untuk memberitahunya. Kalau Chan Soo tak mau memberitahunya, In Ha mengancam akan menulari Chan Soo dengan penyakitnya.

“Ini bukan apa2, hanya daftar panggilan telepon.” Ucap Chan Soo sambil menjauhkan kepala In Ha darinya.

“Daftar panggilan telepon apa?” tanya In Ha lagi.


“Ini terkait kasus kebakaran kontainer baru2 ini. Ini daftar panggilan telepon si tersangka, Moon Suk Soo. Kau tidak mengerti.” Jawab Chan Soo. Mendengar itu In Ha langsung menyuruh Bum Jo mengambil gambar daftar telepon itu, karena bisa jadi daftar itu akan berguna bagi mereka suatu hari nanti. Tak mau daftar telepon itu difoto, Chan Soo pun mengangkatnya tinggi2.



Tepat disaat itu Dal Po datang dan melihat Bum Jo yang bagitu keras berusaha mengambil foto daftar itu, jadi Dal Po pun diam2 menghafal semua daftar nomor telepon itu.

“Daftar panggilan Moon Duk Soo?” gumam Dal Po.

“Choi Dal Po, kau kembali?” tanya Chan Soo yang kemudian langsung menyembunyikan daftar telepon itu karena dia tahu Dal Po bisa menghapalnya dalam sekali baca.

Karena sudah ada Dal Po, In Ha pun hendak pergi namun langkahnya terhentin karena Dal Po memanggilnya dan mengajaknya bicara. Chan Soo juga menambahkan kalau sepertinya memang ada banyak hal yang ingin In Ha bicarakan dengan DalPo, karena selama Dal Po menghilang, In Ha terus mencarinya.


“Tak ada yang ingin kukatakan padamu.” Ucap In Ha dan langsung mengajak BumJo pergi, karena mereka harus pergi menyelidiki kecelakaan mobil.

“Ada apa dengan In Ha? Sepertinya dia menghindarimu.” Tanya Chan Soo dan Dal Po mengiyakan, dia membenarkan kalau In Ha memang sedang menghindarinya. Saat Chan Soo bertanya kenapa, Dal Po hanya menjawab kalau semua itu karena dia sudah mengatakan beberapa hal yang tidak seharusnya dia katakan. Mendengar itu, Chan Soo pun komentar kalau sikap Dal Po dari dulu tidak pernah berubah, belum selesai Chan Soo berkata2, Dal Po malah pergi begitu saja, hingga membuat Chan Soo kesal.


In Ha dan Bum Jo sedang mencari informasi tentang kecelakaan mobil, namun polisi yang menanganinya berkata kalau mereka juga sedang menyelidikinya jadi mereka belum punya informasi yang diberikan pada In Ha dan Bum Jo. Mendengar itu, In Ha pun berkata kalau mereka akan kembali lagi nanti untuk menanyakannya lagi.


Tepat disaat akan pergi, In Ha hampir terjatuh untungnya ada Bum Jo dan Dal Po yang reflek menangkapnya. Namun In Ha sepertinya tidak suka dibantu oleh Dal Po karena dia langsung menyingkirkan tangan Dal Po dan mengajak Bum Jo pergi melanjutkan pencarian beritanya. Melihat kondisi In Ha yang sangat lemah, Bum Jo pun meminta bantuan ibunya untuk mengantarkan mereka. Dal Po terlihat khawatir melihat In Ha yang sedang sakit namun masih tetap berusaha kerja.


Saat Dal Po melihat kepergian In Ha dan Bum Jo, Yoo Rae muncul dan langsung marah2 pada Dal Po karena menghilang beberapa hari dan membuat Yoo Rae bekerja sendiri. Emosi Yoo Rae langsung berubah dengan rasa iri saat melihat Bum Jo dan In Ha pergi melakukan investigasi dengan menggunakan mobil mewah.

“Aku sangat cemburu! Pasti enak, dia bermitra dengan anak kaya, dan melakukan liputan dengan mobil bagus. Yang aku dapatkan adalah mitra jelek yang membuatku melakukan semua kerja keras ini sendiri.” Keluh Yoo Rae pada Dal Po.

“Maafkan  aku karena menjdai mitra yang jelek.” Ucap Dal Po pelan dan mendengar permintaan maaf Dal Po membuat Yoo Rae menjadi tak enak, jadi dia pun tak membahasnya lagi.


Dal Po kemudian bertanya tentang apa saja yang Yoo Rae dapatkan selama Dal Po tidak ada. Yoo Rae menjawab tidak ada karena menurutnya dia hanya mendapatkan informasi2 kecil yang tidak terlalu penting. Dal Po menjawab kalau dia tak perduli seberapa kecil informasi itu, jadi dia tetap meminta Yoo rae melaporkan semuanya pada dia.

“Insiden mengemudi dalam keadaan mabuk. Itu sudah dilaporkan. Temanmu memberiku ini, tapi aku akan melewatkannya.”ucap  Yoo Rae membaca semua info yang dia terima.

“Hey, aku tidak akan melewatkan apapun. Katakan saja.” Pinta Dal Po.

“Ini tentang kebakaran kontainer tapi tidak banyak petunjuk lain. Tersangka melarikan diri, Moon Duk Soo....dia sebenarna seseorang yang kita kenal.” Ucap Yoo Rae yang kemudian memberitahu Dal Po kalau Moon Duk Soo adalah orang yang menjadi saksi dalam kasus ledakan pabrik saat mereka wawancara. “Ini tidak penting, tapu menurutku ini sebuah kebetulan yang aneh.” Tambah Yoo Rae.

“Dia orang yang sama?” gumam Dal Po seperti sedang memikirkan sesuatu.

Dalam perjalanan mencari berita, In Ha yang dalam kondisi tidak sehat, terus berterima kasih pada Nyonya Park karena sudah mau datang membantu dia dan Bum Jo. Nyonya Park menjawab kalau dia mau melakukan semua itu, karena itu permintaan Bum Jo.

“Jangan khawatir, aku akan membawamu ke semua tempat.” Tambah Nyonya Park dengan ekspresi tidak senang.


Karena In Ha sakit, jadi NyonyaPark lah yang datang ke pos polisi dan bertanya apa ada kasus yang sedang polisi selidiki. Nyonya Park bertanya sambil memberikan kopi pada polisi yang sedang berjaga. Dia sempat marah saat polisi menjawab kalau tidak ada kasus yang sedang terjadi, karena dia pikir kejahatan sering terjadi dimana-mana.

Nyonya Park lalu membangunkan pengemudi mabuk yang sedang tertidur dibangku tunggu. Dengan suara keras dia bertanya pada pengemudi itu, “Kenapa kau begitu mabuk sampai menghancurkan papan billboard? Aku yakin ada alasan dibalik itu.”

Namun penngemudi itu tidak menghiraukan pertanyaan Nyonya Park, dia malah memilih untuk melanjutkan tidurnya.

Di mobil, Nyonya Park menyampaikan semua yang dia dapatkan pada In Ha dan In Ha pun langsung melaporkannya pada Il Joo. Setelah selesai melapor, In Ha bisa menghela nafas dengan lega dan mengucapkan terima kasih pada Nyonya Park. Rute pencarian berita mereka sekarang menuju distrik Woon-Ha, jadi Nyonya Park menyuruh supirnya untuk pergi kesana.


Bum Jo memeriksa kening In Ha dan sepertinya In Ha benar2 demam, jadi Bum Jo meminta ibunya untuk kembali ke Kantor Polisi Sungai Han. Karena menurutnya In Ha perlu istirahat disana. Mendengar itu, In Ha langsung menolak dan berkata kalau dia baik2 saja.

“Kau perlu istirahat, ibuku dan aku bisa menangani sisanya.” Ucap Bum Jo dan langsung disetujui oleh Nyonya Park. Karena sudah seperti itu, In Ha pun tak bisa menolaknya lagi.



In Ha pergi ke ruangan reporter dan disana dia melihat ruangan sudah penuh, selain itu disana juga ada Dal Po yang sudah tertidur lelap. Jadi In ha memutuskan pergi ke toilet dan tidur disana.

Dal Po terbangun dan melihat kesekelilingnya,sepertinya dia sedang mencari In Ha. Karena tidak ada, Dal Po pun memutuskan keluar ruangan. Di luar, tak sengaja dia mendengar dua polisi berkata kalau ada seorang reporter yang tidur di toilet. Mendengar itu, Dal Po langsung begegas mencarinya dan seperti dugaannya, reporter yang polisi tadi maksud adalah In Ha.


Dal Po berusaha membawa In Ha keluar toilet, tapi In Ha malah menyuruhnya untuk tidak mendekatinya. Namun Dal Po tak perduli pada larangan In Ha, dia tetap membawa In Ha keluar dari toilet dan hendak membawanya ke rumah sakit. In Ha berkata kalau itu hanya flu biasa, dia tak mau Dal po membawanya ke rumah sakit karena dia takut menularinya.

“Apa? Kau menghindariku karena kau tidak ingin aku tertular?”tanya Dal Po tak percaya.

“Aku benar2  sakit. Aku tak boleh menularimu.” Ucap In Ha dan pingsan.

Dal Po langsung menggendong In ha dan membawanya ke rumah sakit. Dokter yang memeriksanya berkata kalau In Ha terkena ruam saraf.

“Dia pasti sangat kesakitan. Bagaimana dia bertahan dengan semua rasa sakit itu?” ucap dokter.

In Ha terbangun dan langsung bertanya pada dokter apa penyakitnya menular. Dokterpun menyuruh In Ha untuk tidak mengkhawatirkannya karena penyakit ini tidak akan menular pada orang dewasa. Mendengar itu, In Ha langsung lega.

“Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu.” Ucap In Ha dengan lemah dan langsung tertidur. Sebelum pergi dokter berkata pada Dal PO kalau dia sudah memberikan In Ha antibiotik dan obat nyeri, jadi dia akan segera membaik. Dan saat In Ha terbangun nanti,  dokter menyuruhnya untuk banyak istirahat di rumah.


Dal Po hendak pergi namun In Ha mencegahnya dengan menarik ujung jaket Dal Po dan menyebut nama Dal Po dengan mata masih tertutup. Melihat itu, Dal Po pun mengurungkan niatnya untuk pergi dan memilih duduk disamping In Ha sambil memegangi tangannya. Dal Po juga  melihat In Ha masih memakai jimat kancing darinya.

“Pama, apa kau disini?” tanya In Ha setengah sadar.

“Iya, aku disini.”

“Aku harus mengatakan......” lagi2 In Ha tertidur dan tidak meneruskan kata2nya. Dal Po tertidur juga, dan In Ha sekali lagi memanggilnya hingga membuat Dal Po terbangun dan berkata “Ya, aku disini.”

“Aku punya... banyak hal yang ingin kukatakan.” Ucap In Ha dengan mata masih tertutup.

“Saat itu kau tidur saja, kau bisa mengatakannya nanti.” Ucap Dal Po.

Infus In ha sudah habis dan In Ha pun sudah terbangun dari tidurnya. Dia terkejut saat melihat DalPo ada disampingnya dan memegang tangannya. Dengan perlahan, In Ha menarik tangannya dan mengumpat pada tangannya.

“Kau gila! Kau gila! Choi In Ha, kau pasti sudah gila!”




Melihat Dal Po yang tertidur pulas, In Ha malah mengubah posisi tidurnya agar dia bisa melihat wajah Dal Po dari dekat. Perlahan, In Ha mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambut Dal Po. Tepat disaat In Ha masih menelusuri rambut Dal Po dengan jarinya, mata Dal Po terbuka dan menangkap basah In hA.

Tentu saja hal itu membuat In Ha terkejut dan langsung jatuh dari tempat tidur. Malu ketahuan melakukan hal itu, In Ha langsung berlari keluar rumah sakit tanpa menggunakan sepatu dan jaket. Dal Po langsung mengambil jakett dan sepatu In Ha, terus berlari mengejar In Ha.

“Hey, berhenti disana! Kau tidak memakai sepatu!” teriak Dal Po.

“Aku akan berhenti saat kau berhenti!” jawab In Ha.


“Oke, aku berhenti! Aku berhenti!” ucap Dal Po dan In Ha lanngsung menghentikan larinya. “Ayo masuk lagi, kau masih sakit.” Ajak Dal Po.

“Hei, ada banyak hal yang benar2 ingin kukatakan. Aku menghindarimu agar kau tak tertular, tapi karena ini tidak menular, aku akan mengatakannya.” Ucap In Ha.

“Oke,silahkan.”


“Kisah tentang wanita yang meninggal di klub kesehatan?aku menggali ceritanya. Aku ingin melaporkannya seperti kalian, tapi aku mulai cegukan. Kenapa? Karena ada sesuatu yang tidak benar. Itu sebabnya aku kembali ke rumah sakit dan bertemu dengan putrinya.”

“Aku tahu.”

“kau bilang aku tak bisa menjadi reporter karena aku pinokio kan? Tapi apa yang akan kau lakukan sekarang? Justru karena aku seorang pinokio sekarang aku bisa mengalahkanmu!” teriak In hA yang sedang menahan rasa dingin, terlihat pada kakinya yang mulai kedinginan karena tidak mengenakan sepatu.

“Aku tahu. Kau benat dan aku salah. Aku minta maaf. Aku minta maaf untuk semua hal yang aku katakan selama wawancara.”jawab Dal Po dengan  lembut.

“Hey! Kau jangan minta maaf dulu! Aku belum selesai!” protes In Ha kesal.

“Oke lanjutkan.”

“Aku masih ingat setiap kalimat yang kau katakan padaku selama wawancara. Aku juga benar2 baik dalam hal mendendam. Ingat apanyang kau katakan padaku? Kalau orang yang tahu akibat dari kata-katanya sepertiku, tidak bisa menjadi reporter. Tapi bagaimana denganmu? Apa kau tahu maksud dari kata2mu sebelum mengoceh didepanku? Apa kau pikiri kau memiliki apayang diperlukan untuk menjadi reporter? Karena aku merasa kau tidak!!” ucap In Ha dengan emosi.

“Ya. Sama seperti kau katakan... aku tidak pantas menjadi reporter.... apa yang kulakukan... hanyalah usaha yang sangat menyedihkan.”

“benarkah? Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Aku senang melihatmu dipermalukan setelah semua pelecehan yang sudah kudapatkan darimu selama ini!” teriak In Ha dan dia cegukan. “Itu benar2 membuatku merasa hebat! Aku akan pastikan untuk melakukannya dari waktu ke waktu. Aku senang memikirkan kau menderita dan dipermalukan lebih banyak lagi.” Tambah In Ha dan dia cegukan lagi, jadi semua yang dia katakan tentang dia senang melihat Dal Po menderita, semuanya bohong.

“bohong.”


“Baiklah... aku khawatir padamu. Aku benar dan kau salah, tapi aku mencemaskanmu sampai aku kesal.” Ucap In Ha yang akhirnya mengakui yang dia rasakan.


Dal Po menghela nafas dan langsung jongkok. “Aku masih mendengarkan.” Ucap Dal Po dan memakaikan sepatu In Ha.

“Tidak melihatmu membuatku cemas,apa kau menyalahkan diri sendiri atau terpuruk karena merasa bersalah... aku terus khawatir dan khawatir lagi. Kau adalah musuhku dan aku merasa kesal pada diriku sendiri karena bertindak seperti amatir dan khawatir padamu.” Ucap In ha dan hendak pergi karena sudah dipakaikan sepatu dan jaket oleh Dal Po.

Saat membelakangi Dal Po, In Ha menghentikan langkahnya dan bertanya, “Kenapa ini begitu sulit? Ini bahkan bukan masalah besar, jadi kenapa aku tidak bisa melupakanmu?”ucap In hA. Dari belakang Dal Po hendak meraih In Ha, namun dia mengurugkan niatnya itu. “Berpura2lah kau tidak mendengarnya. Aku minta maaf. Aku selalu mengatakan sesuatu, kemudian memintamu untuk melupakannya. Kau pasti merasa aku menyedihkan dan melelahkan. Aku tidak tau apa yang aku lakukan. Aku pasti terlalu kedinginan untuk berpikir jelas sekarang.” Keluh In Ha.


Tiba2 Dal Po langsung memeluknya dari belakang dan berkata “Ini karena aku kedinginan. Aku juga pasti terlalu dingin untuk berpikir jernih.”

“Dal Po...” ucap In Ha terkejut namun dia tak menolak pelukan Dal Po itu.

Il Joo dan kameramennya sedang bersiap2 pergi saat Jae Myung datang dan bertanya tentang In Ha yang dia pikir mirip dengan Cha Ok. Il Joo menjawab kalau Cha Ok dan In Ha memang mirip karena mereka adalah ibu dan anak. Saat akan masuk kedalam mobil, sikameramen melihat lagi ke arah Jae Myung dan merasa seperti pernah melihat Jae Myung.


Saat sendirian, Jae Myung menatap poster besar Cha Ok dan In Ha. Euuuum.... apa yang sebenarnya Jae Myung pikirkan? Apa dia juga akan menyakiti In Ha? Semoga saja tidak.

Setelah merasa sehat, In Ha datang lagi ke kantor polisi dan menghampiri teman-teman reporternya dengan ceria. Semuanya juga menyambut InHa dengan gembira, walaupun dari beda stasiun penyiaran, sepertinya mereka akrab satu sama lain.



Tiba2 Yoo Rae muncul dari belakang dan mencium rambut In Ha. Tentu saja hal itu mengejutkan In Ha dan diapun menyebut Yoo Rae mesum.

“Kau mencuci rambutmu dengan sampo.” Tanya Yoo Rae.

“tentu saja. Aku pulang ke rumah setelah keluar dari rumah sakit.” Jawab In Ha dengan bangga.

“Enaknya... aku terlalu sehat untuk sakit.” Ucap Yoo Rae dan menghentakkan kaki seperti anak kecil. Melihat tingkah Yoo Rae yang seperti itu membuat teman-temannya tertawa. Bum Jo lalu bertanya apa In Ha benar2 sudah merasa sehat. Dan In Ha pun mengiyakan, dia bahkan berkata kalau dia merasa sudah siap berkeliling Seoul sekarang juga.




Heok Soo melihat Dal Po dan langsung memanggilnya dan memberitahunya kalau keponakannya datang. Mendengar itu, In Ha reflek langsung bersembunyi dan sambil jalan jongkok, In Ha keluar dari kantor polisi. Semua teman-temannya termasuk Dal Po jadi bingung, kemana In Ha pergi. Hahhaha... sepertinya In Ha masih  malu bertemu denga Dal Po.



Melihat hal itu, Bum Jo dengan cepat menebak kalau sudah terjadi sesuatu antara In Ha dan Dal Po hingga membuat In Ha tak mau bertemu dengan Dal Po. Saat hanya berdua, Bum Jo bertanya apa Dal Po belum berbaikan dengan In Ha.

“Kau benar2 kelewatan. Sung Hwak juga menanyakan tentangmu. Dia bilang kau menatap In Ha penuh kerinduan dan tampaknya lebih dari hanya hubungan antara paman dan keponakan. Seolah-olah.... kau menyukainya sebagai seorang wanita.” Ucap Bum Jo sambil membuka pintu.

Dal Po mendorong pintu tersebut hingga tertutup kembali dan berkata pada Bum Jo kalau dia memang menyukai In Ha sebagai seorang wanita. Dan tentu saja Bum Jo shock mendengarnya.


Sekarang kita sudah melihat Dal Po bersama Chan Soo dan sedang merayunya dengan memasang wajah imutnya. Wkwkkwkw.... mirip cheribel dah... Dal Po memang gak ganteng, tapi dia cantik... hehhe

Melihat tingkah teman SMA-nya yang seperti itu, membuat Chan Soo keribetan sendiri. “Ah, kau kembali lagi? Biarkan aku menyelesaikan pekerjaan ini.”

“Kau bilang sendiri kalau sepotong teka-teki bisa menunjukkan kebenaran. Aku hanya memintamu untuk berbagi potongan teka-teki denganku. Siapa tahu? Mungkin aku bisa membantumu menyatukannya bersama-sama.”

“Kubilang kalau itu bukan masalah besar. Bosku memintaku untuk melepaskannya saja, jadi kulakukan.”

“Aku tahu kau berbohong. Jika kau melepaskannya, maka kau tidak akan mengambil daftar panggilan Moon Duk Soo. Jujurlah padaku. Kau sedang mencari orang lain selain Moon Duk Soo kan?”

“Tidak. Aku melihatnya dan aku tidak menemukan apapun. Bahkan ada alibi.” Ucap Chan Soo.

“Apa kau yakin kau sudah melihat semuanya?”

“Ya, tidak semuanya. Tapi sebagian besar.”

“Jadi, kau belum melihat semuanya.”ucap Dal Po dan tersenyum saat melihat Chan Soo salah tingkah.


Setelah menemui Chan Soo, Dal Po menulis kembali nomor2 yang berhasil dia hafar dari daftar panggilan ke nomor Moon Duk Soo. Yoo Rae melihatnya, namun dia tak mau ikut-ikutan mencari tahu tentang masalah itu, karena kasus itu masih ngambang dan tak ada yang bisa dilaporkan pada Hyun Gyu.

“Apa kau punya dendam lama pada orang2 atau semacamnya?” tanya Yoo rae karena meliha DalPo yang begitu serius mencaritahu tentang Moon Duk Soo.

“Sudah kukatakan kalau aku tidak akan melewatkan apapun.”jawab Dal Po yang kemudian merasa kalau dia mengenal salah satu nomor yang ada di daftar tersebut. Saat mengeceknya di hp,nomor tersebut muncul dengan nama “Bumper”. Yoo Rae yang juga melihatnya, langsung bertanya siapa itu?

“Aku menabrak bumper seseorang dan aku sudah memberinya ganti rugi. Ini adalah nomor teleponnya.” Jawab Dal Po.

“Benarkan? Wow, dunia ini sungguh kecil. Telepon dia.” Ucap Yoo Rae dan Dal Po pun melakukannya. Dia menelpon Jae Myung dan mengajaknya ketemuan.


Hyun Gyu mendapat telepon dari Dal Po yang mengatakan kalau dia sedang berada di simpang empat. Mendengar itu, Hyun Gyu langsung kesal karena mengira Dal Po pergi ke sana untuk berbelanja.

“Tidak, kau ingat siapa Moon Duk Soo? Tersangka kasus kebakaran kontainer. Aku disini untuk bertemu dengan salah satu orang dari daftar penggilannya.”

“Kau bukan detektif, buat apa bertemu dengannya?”

“Kau tidak pernah tahu, dia bisa menjadi informan, meskipun begitu, mungkin dia tau dimana Moon Duk Soo.”ucap Dal Po.

“Hei siapa yang menyuruhmu melakukannya?”teriak Hyun Gyu namun teleponnya langsung diputus oleh Dal Po karena dia ditelpon oleh Jae Myung yang menanyakan keberadaannya.

“Wow,dia pasti sudah gila.” Ucap Hyun Gyu kesal.

“Kenapa? Apa Choi Dal Po menyebabkan masalah lagi?” tanya Gyo Dong yang tiba2 muncul.

“Iya. Dia benar2 melakukannya kali ini. Dia keluar menyelidiki sebuah kasus bukannya mencari berita.” Jawab Hyun Gyu setengah mengeluh.

“Bukankah menyelidiki kasus adalah tugas sebenarnya reporter?” ucap Gyo Dong dan berlalu pergi.

“Dia tidak hanya melakukannya... tapi dia melakukan apapun yang dia inginkan! Apapun yang dia inginkan!” teriak Hyun Gyu sambil memukuli mejanya.

Chan Soo menerima signal dari ponsel Moon Duk Soo di sekitar simpang empat, diapun langsung pergi kesana dengan dua temannya untuk memeriksa.

“Choi Dal Po brengsek! Dia bahkan tidak menjawab teleponnya!”teriak Hyun Gyu geram. Mendengar itu, Gyo Dong malah tersenyum senang.

“Choi Dal Po.... tidak buruk.” Gumam Gyo Dong yang kemudian mengingat kembali pembicaraannya dengan Dal Po, dimana Dal Po bertanya tentang perasaan Gyo Dong saat kembali menjadi reporter lagi.

“Apa kau bertanya padaku apakah kau bisa menangani pekerjaan ini atau tidak?”tanya Gyo Dong balik dan Dal Po pun mengiyakan. ‘Aku tidak yakin, menurutku masih terlalu dini bagimu untuk mengajukan pertanyaan itu. kau harus melihat dan melaporkan banyak kasus yang berbeda. Kasus yang jauh lebih sulit untuk dipecahkan daripada kasus klub kesehatan baru2 ini.” Jawab Gyo Dong.

Kita sekarang sudah diperlihatkan pada Dal Po yang sedang bertelponan dengan Jae Myung karena mereka ingin ketemuan. Setelah mengetahui keberadaan masing-masing,  mereka pun berjalan saling mendekat. Saat melihat wajah Jae Myung dengan jelas, Dal Po memperlahan langkah kakinya, dia terliha shock.

“Kasus dimana kau tidak akan bisa melakukan penilaian.... dan kasus-kasus yang tak terbayangkan.”


Yang membuat Dal Po shock adalah saat melihat senyum Jae Myung dia teringat pada kakaknya. Saat Jae Myung sudah berada tepat didepan Dal Po, Jae Myung langsung berkata kalau dia sebenarnya tidak membutuhkan ganti rugi bumpernya.

“ah, aku harus memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Ki Jae Myung.”



Mendengar itu, Dal Po langsung teringat pada ucapan Gyo Dong yang berkata “Pelaporan kasus seperti itu bisa berarti hidup atau mati seseorang... bila kau menemukan kasus seperti itu... bertanyalah padaku kembali.”

Dal Po berusaha menenangkan dirinya dan kemudian bertanya “Siapa namamu tadi?”


“Aku Jae Myung. Ki Jae Myung.” Jawab Jae Myung dan kemudian mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Dal Po.

Dan lagi2 Dal Po teringat pada kata2 Gyo Dong yanng berkata, “Tanyakan pada dirimu sendiri.... apa kau bisa mengatasinya?”

“Maaf, tadi siapa namamu?” tanya Jae Myung karena Dal Po belum juga memperkenalkan diri dan menjabat tangannya.


Dengan sedikit ragu Dal Po meraih tangan kakaknya itu dan berkata, “Namaku... Choi Dal Po.”

Bersambung
Sinopsis pinocchio episode 8

Enter your email address to get update from Kompi Ajaib.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

loading...
Copyright © 2013. Drama Populer - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger