Tangan Yook Do terluka karena menyelamatkan Hwa Ryung, walaupun dia tahu dia tak bisa bela diri, dia tetap nekad membantu Hwa Ryung. Karena Yook Do merasa malu tidak bisa menghabisi preman-preman itu, dia mengaku tangannya tidak apa-apa pada Hwa Ryung. Yook Do adalah seorang pengrajin tembikar, dia sangat memerlukan tangannya untuk membuat sebuah tembikar, dan Kang Chun adalah orang yang paling menginginkan Yook Do, anaknya menjadi pengrajin tembikar nomor satu di Joseon, apa responnya jika dia mengetahui tangan Yook Do terluka? Ditambah lagi penyebab luka di tangan Yook Do adalah Hwa Ryung? Yuk mari kita simak cerita kelanjutannya.
Sinopsis Goddes of Fire, Jung Yi Ep 12 Part 3
Yook Do menemui Kang Chun dengan tangan diperban, melihat itu Kang Chun langsung meraihnya dan berkata, “apa kau tidak tahu, kalau tangan bagi pengrajin tembikar adalah segalanya?”
“ini tidak parah, jadi jangan khwatir” jawab Yook Do tak ingin ayahnya khawatir.
Kang Chun kemudian bertanya penyebab tangan Yook Do terluka. Yook Do menjawab kalau dia hanya jalan keluar untuk mencari sesuatu dan terlibat perkelahian kecil di jalan. Namun sayang, sebagus apapun cerita karangan Yook Do, Kang Chun bisa tahu, kalau anaknya itu berbohong.
“Apa kau pergi ke rumah pedagang itu?”
Tak mau menjawab pertanyaan ayahnya dan tak mau berbohong lagi, Yook Do pamit dengan alasan kalau sudah waktunya dia mengajari P Gwang Hee memutar roda.
Jung Yi menemui P Gwang Hee dan mengatakan kalau sudah waktunya memutar roda. Tanpa membuka matanya, P gwang Hee menyuruh Jung Yi pergi, karena dia ingin mengunjungi suatu tempat terlebih dahulu. Jung Yi memberitahu P Gwang Hee lagi kalau Yook Do sudah menunggu mereka. P Gwang Hee masih tetap tidak ingin pergi, dia beralasan kalau dia sedang mempersiapkan hatinya terllebih dulu sebelum memutar roda.
“Aku akan membersihkan diri dan menyiapkan hatiku.” Jawab P Gwang Hee.
“Apa Anda akan melakukan ritual pembersihan?” tanya Jung Yi.
“saat kau melakukan pembersihan, doa apa yang kau panjatkan?”
“Saat hamba melakukannya, hamba hanya memohon pada surga, bulan, bintang dan dewa tungku, agar tembikar itu berhasil dengan baik.”
Mendengar jawaban Jung Yi, P Gwang Hee mengejeknya, “sungguh kekanak-kanakan.” Tapi walaupun begitu, P Gwang Hee tetap meminta Jung Yi untuk menjadi penunjuk jalan ke tempat ritual.
Tempat ritual berdoa yang dimaksud adalah di tebing tinggi dengan air terjun yang indah. P Gwang Hee yang sudah bertelanjang dada, membasahi tubuhnya dengan percikan dari air terjun. Sedangkan Jung Yi memegangi pakaian P Gwang Hee dan menungguinya dari kejauhan.
Walaupun sedang melakukan ritual, P Gwang Hee, terus berteriak memanggil Jung Yi untuk memastikan Jung Yi masih di tempatnya.
“Kau harus mengawasi siapa yang datang!”
“Ya! Tae Pyung akan mengawasinya! “
“Dan Juga kau, tidak boleh mengintip ke arah sini! “ perintah P Gwang Hee lagi, Jung Yi sampai kesal dibuatnya.
“jangan khawatir! Tae Pyung tidak akan pernah mengintip Anda!” teriak Jung Yi kesal. Tapi walaupun dia mengatakan itu, Jung Yi tak bisa membuang rasa penasarannya. Dia pun menoleh ke belakang dan melihat P Gwang Hee yang sedang bertelanjang dada.
Setelah merasa cukup melakukan pembersihan, P Gwang Hee pun memanjatkan doa, “Surga, meskipun aku tidak bisa melihatmu, bulan, bintang dan dewa tungku, mohon, hasilkan tembikar yang baik.”
Karena lelah menunggu P Gwang Hee sambil berdiri, Jung Yi pun duduk sambil memainkan rumput, topi P Gwang Hee yang tadinya dia pegang sekarang sudah bertengger di kepalanya. Hehhehe... lucu liat posenya gitu.
“Tae Pyung-ah!” terdengar suara P Gwang Hee memanggilnya lagi.
Tanpa menoleh, Jung Yi menjawab “Ya, Yang mulia! Meskipun semut kecil tidak akan berada di sekitar sini, karena Tae Pyung mengawasi dengan mata yang terbuka lebar, Jangan khawatir.”
Jung Yi terus berkata sambil mencabuti rumput, dia tidak sadar kalau P Gwang Hee sudah berada di belakangnya, sampai P Gwang Hee berdehem. Melihat P Gwang Hee berada di belakangnya, Jung langsung berdiri dan melepaskan topinya.
“santainya dirimu.... bahkan kau tidak menyadari jika musuh datang.”
“itu..... hamba hanya duduk saja. Tae Pyung sudah mengawasi dengan baik. “
Tak mau mempermasalahkannya, P Gwang Hee meminta bajunya. Setelah melakukan ritual pembersihan, P Gwang Hee dan Jung Yi kembali ke Bun Won. Sebelum melakukan putar roda, P Gwang Hee harus memakai baju tambahan terlebih dahulu, agar baju miliknya tidak kotor. Karena hanya ada Jung Yi disana, Jung Yipun membantu P Gwang Hee berpakaian, seperti para dayang yang memakaikan baju Raja.
P Gwang Hee dan Jung Yi sama-sama menyembunyikan rasa gugup mereka. Hehehhe... mereka serasi.
Tanpa sepengetahuan Yook Do, Kang Chun pergi ke tempat Ketua Son dan langsung marah pada Ketua Son dan Hwa Ryung.
“Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, jangan mengganggu Lee Byeon So lagi.”
“Tuan Rang Chon, pasti ada kesalahpahaman.”
Kang Chun melirik ke arah Hwa Ryung, “Jika membuat Lee Byeon So, mengalami luka ditangannya karena dia. Apa itu salah paham?”
Ketua Son yang memang tak mengetahui apa2, bertanya pada Hwa Ryung, “Apa yang terjadi?”
Ragu2 Hwa Ryung menjawab, “Itu...... ada sedikit perkelahian.”
“Segera, usir dia keluar. “ ucap Kang Chun tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut dari Hwa Ryung. “Selama dia bersamamu, Bun Won.... tidak akan berurusan denganmu lagi.”
Ketua Son dan Hwa ryung sangat terkejut dengan keputusan Kang Chun, dengan segera Hwa Ryung langsung berlutut dan meminta pengampunan, Hwa Ryung berjanji tidak akan bertemu dengan Yook Do lagi.
“Setelah kau mengusirnya, aku akan datang lagi.” Ucap Kang chun tanpa menghiraukan Hwa Ryung yang memohon. Setelah mengatakan itu Kang Chun pergi.
Ketua Son menyalahkan Hwa Ryung karena tidak memberitahupadanya yang sebenarnya terlbih dulu. Hwa Ryung meminta maaf, karena apa yang terjadi diluar kendalinya, semua itu karena Yook Do yang bertindak sesuka hatinya.
Untuk kali ini, Ketua Son tak bisa membantu Hwa Ryung lagi, diapun menyuruh Hwa ryung pulang ke rumahnya sendiri. Tentu saja Hwa Ryung tak bisa menerima keputusan itu, karena dia sudah mencintai pekerjaannya yang sekarang.
“setelah kemarahan Tuan Ran Chong mereda, aku akan memanggilmu lagi.” ucap Ketua Son dan pergi.
Tae Do pulang ke rumahnya, dia di sambut hangat oleh kedua orang tuanya, mereka makan bersama. Tengah asik makan bersama, Hwa Ryung datang. Melihat Hwa Ryung mendatangi rumah mereka, ayah Tae Do teringat tentang janji Tae DO yang mau membawa gadis pujaannya ke rumah, dan dia mengira kalau Hwa Ryung lah gadis itu.
Tanpa memberi penjelasan terlebih dulu pada orang tuanya, Tae Do menarik Hwa Ryung pergi. Setelah berada jauh dari orang tuanya, Tae Do tanpa basa-basi langsung bertanya pada Hwa Ryung apa yang terjadi, “apa ada sesuatu yang terjadi pada Jeong?”
“Kakak, kau.... hanya memikirkan Jeong saja? Sesuatu terjadi padaku kak.” Jawab Hwa Ryung.
“Apa yang terjadi?” tanya Tae Do akhirnya. “Apa ada yang bisa kubantu?”
“Aku sudah.... diusir dari kelompok pedagang.”
“Kenapa tiba2?”
“Aku menyebabkan masalah, karena teringat kakak, itulah sebabnya aku datang. Jika ada sesuatu yang terjadi pada Jeong, dia bisa mengandalkan kakak. Bolehkah... aku seperti itu juga, kak?”
Tae Do terdiam mendapat pertanyaan seperti itu dari Hwa Ryung. Ya jelaslah... Tae Do membantu Jung Yi semua itu karena dia menyukai Jung Yi, tapi kalau Hwa Ryung, walau Tae Do tahu Hwa Ryung menyukainya, namun hatinya tak pernah tergerak padanya.
Kembali lagi pada Jung Yi dan P Gwang Hee, dimana sekarang Yook Do, guru mereka sudah datang. Pada Yook Do, P Gwang Hee menyombongkan kemampuannya meremas tanah liat jauh lebih bagus dibanding Tae Pyung.
Yook Do memulai mempraktekkan cara memutar roda dengan benar, namun awalnya dia ragu memulainya, karena tangannya masih terluka. Karena kepropesionalannya, Yook Do tak menghiraukannya dan langsung memutar roda.
Yook Do memberitahu Jung Yi dan P Gwang Hee cara-cara memutar roda, setelah tanah liat yang Yook Do putar sudah berbentuk tembikar, sekarang giliran P Gwang Hee. P Gwang Hee mencoba dengan keras, namun untuk pelajaran kali ini, P Gwang Hee masih jauh dari kata berhasil. Berbeda dengan Jung Yi yang langsung bisa menerima pelajaran memutar roda dari Yook DO.
Karena Yook Do memuji hasil kerja Jung Yi yang berhasil membuat P Gwang Hee cemburu dan meminta Yook Do memperhatikan hasil kerjanya juga, namun sayang P Gwang Hee belum bisa menemukan irama yang tepat untuk memutar roda.Yook Do hanya mengatakan kalau P Gwang Hee harus terus berlatih memutar roda dengan benar, dan setelah mengatakan itu Yook Do pergi.
P Gwang Hee kesal dan langsung keluar menemui Yook Do yang sedang memberikan pengarahan tentang Saongwon Bun Won. P Gwang Hee meminta Yook Do mengajarinya memutar roda sekali lagi, karena dia harus menang dari Tae Pyung.
“Yang Mulia, jika Anda tahu siapa musuh Anda, Anda akan bisa menang. Untuk menang dari Tae Pyung, Anda harus mengenali Tae Pyung.”
“Mengenali Tae Pyung? Bagaimana maksudmu?”
“Belajarlah memutar dari Tae Pyung.”
“Apa? Bukankah aku dan Tae Pyung mulai belajar memutar roda secara bersamaan? Kenapa kau menyuruhku belajar darinya? “
“Saat belajar dari Tae Pyung, Anda bisa menemukan karakternya. Dan Anda menambahkan sedikit rahasia Anda bukankah Anda akan menang dengan mudah?”
P Gwang Hee mengangguk mengerti apa maksud Yook Do. Namun Jung Yi yang merasa tak nyaman berada di dekat P Gwang Hee lagi langsung meminta Yook Do untuk menyelamatkan dirinya dari P Gwang Hee. Jung Yi meminta Yook Do menyuruhnya untuk menggali tanah dan menebang pohon saja daripada menyuruhnya mengajari P Gwang Hee. Yook Do tak berkata apa-apa walau Jung Yi mengatakan kalau sikap P Gwang Hee sedikit aneh.
Tepat disaat itu, P Gwang Hee datang. Yook Do langsung menghampirinya dan pamit dengan alasan kalau dia ingin memeriksa tungku. Jung Yi berusaha mencegah Yook Do pergi, namun P Gwang Hee menghalanginya dan bertanya apa yang harus dia lakukan.
Jung Yi menjawab, kalau hal pertama yang harus dilakukan adalah memutar roda.
“Aku sudah melakukannya kemarin,” balas P Gwang Hee.
Jung Yi menghela nafas, “hamba mengerti. Mohon duduk disana.”
Jung Yi mulai mengajari P Gwang Hee membentuk tembikar, namun gagal. P Gwang Hee mengeluh kalau Jung Yi tidak mengajarinya dengan benar. Jung Yi kemudian berusaha mengajari P Gwang Hee dengan cara yang mudah dimengerti. Jung Yi bahkan memeggang tangan P Gwang Hee untuk mengarahkannya.
Awalnya semua berjalan dengan lancar sampai Jung Yi sadar kalau wajahnya begitu dekat dengan wajah P Gwang Hee. Tak tahan dengan posisi seperti itu, Jung Yi langsung menarik tangannya dari tembikar dan mengakibatkan tembikar rusak.
Melihat Jung Yi merusak tembikar yang mereka buat bersama membuat P Gwang Hee kecewa. Masih menundukkan kepalanya untuk menutupi salah tingkahnya, Jung Yi menyuruh P Gwang Hee melakukannya sendiri.
Melihat Jung Yi yang salah tingkah, P Gwang Hee teringat kata-kata Jung Yi remaja yang pernah berkata, “tidak sedang berlari, tapi jantung berdegub kencang.” P Gwang Hee menebak Jung Yi sedang merasakan hal yang sama sekarang.
Gook Bi terbangun di tengah malam, dia melihat Jung Yi tidak ada dikamarnya. Ternyata Jung Yi masih diruangan Yook Do sedang belajar membat tembikar. Karena penasaran Jung Yi kemana, Gook Bi pun mencarinya, dia melihat Jung Yi sedang sibuk membuat tembikar, tanpa berkata apa-apa, Gook Bi pergi.
Sudah merasa cukup belajar, Jung Yi kembali ke kamar dengan mengendap2. Jung Yi terkejut saat melihat Gook Bi tidak tidur.
“Kau seperti kucing liar, kemana kau setiap malam?”
“Maaf telah membangunkanmu.”
“diam-diam memutar roda, kau tidak tahu posisimu... kau sungguh tidak bisa diatur. Selama 20 tahun aku di Bun Won, aku tidak pernah melihat anak tak tahu malu sepertimu. Jika kau tertangkap pura-pura menjadi pria, dan diusir keluar, seharusnya kau tidak kembali lagi. kami menganggapnya baik-baik saja dan kau kembali lagi. seharusnya kau menebusnya dengan memasak, mencuci dan pekerjaan lainnya. Beraninya kau sering ke tempat kerja Tuan Byeon So, mengacaukan tradisi Bun Won?!!”
“Aku melakukannya, karena aku wanita biasa. Aku tidak tahu tentang orang lain, tapi kupikir kau akan mengerti. Karena kau juga wanita, kau tahu bagaimana tidak adilnya tidak bisa menjadi pengrajin tembikar. Bagaimana bisa kau mengatakannya?”
Gook Bi tertawa mengejek, “Juga wanita.... jangan melibatkan aku dalam perbuatan memalukanmu. Aku... orang yang memulai dari bawah. Aku sangat iri tidak bisa berada di ruangan yang tak sama denganmu, jadi cepatlah keluar! Kubilang keluar sekarang!!! “
Di usir oleh Gook Bi membuat Jung Yi harus menghabiskan malamnya di luar. Memandang ke arah bulan, dia berkata, “Ayah, meskipun begitu, aku lega. Aku mungkin tertangkap sebagai wanita tapi kenyataan bahwa aku putrimu, kenyataan aku adalah jeong belum ada yang tahu.”
Jung Yi menemui P Gwang Hee untuk mengatakan kalau hari ini adalah hari dimana tembikar buatan P Gwang Hee akan dilkeluarkan dari tungku. Jung Yi meminta P Gwang Hee untuk tidak gugup.
“Bagimana aku tiidak gugup,” jawab P Gwang Hee. Dalam hati P Gwang Hee meneruskan, “Jeong-ah, ini adalah kesempatan terakhirmu. “
Pada Jung Yi P Gwang hee mengaku gugup karena jika tembikar yang dia buat tidak bagus, pasti akan di hancurkan. Jung Yi menyakinkan P Gwang Hee kalau tidak akan ada yang berani menghancurkan tembikar buatan seorang pangeran.
“Itu tidak masalah... dengan memilikimu aku sudah tenang.” Ucap P Gwang Hee.
“Ya?”
“Meskipun aku sedikit lamban, bukankah kau berbakat memperbaiki tembikar rusak?”
Jung Yi terkejut dengan apa yang dikatakan P Gwang Hee, namun dia hanya diam saja. Dalam hati P Gwang Hee berkata, “sekarang katakan sejujurnya, cepat katakan kau adalah Jeong.”
“bakat? Bakat apa.... “ ucap Jung Yi.
P Gwang Hee sangat kecewa karena Jung Yi tak mengakui dirinya sebagai Jung Yi. Diapun langsung menyuruh Jung Yi pergi, “pergilah dan bawa tembikarnya.”
“tae Pyung menerima perintah. “
Tae Pyung menunggu di depan tungku. Tepat disaat itu, pemecah dinding tungku tiba. Jung Yi menunggu dengan was-was.
Setelah mendapatkan tembikar buatan P Gwang Hee, jung Yi langsung membawanya. Namun P Gwang Hee terlihat tak terlalu tertarik pada hasil tembikar buatannya. Dia hanya bertanya pada Jung Yi, tentang tembikar bikinannya.
“Aku muak dengan semua pembicaraan yang manis2 di istana, kau harus mengatakan yang sebenarnya.”
“Putaran rodanya tidak seimbang, sehingga agak menyimpang. Ketebalannya tidak rata sehingga ada retak dan celah. Mungkin terlalu pencelupannya, gambarnya sedikit berlumuran. “
“kesimpulannya, itu berarti berantakan.” Tegas P Gwang Hee.
‘Itu... lihatlah sendiri.” Jung Yi kemudian membuka kain yang menutupi tembikar buatan P Gwang Hee. Jung Yi meminta P Gwang Hee tidak kecewa dengan hasilnya.
“Yang ku kecewakan bukanlah ini, melainkan kau. Pekerjaan pertamamu pasti juga tidak teratur, kasar dan cacatkan?” jawab P Gwang Hee.
“Apa Anda telah melihat punya hamba? Punya hamba masih belum keluar dari tungku.” Ucap Jung Yi masih menutupi kebenarannya.
“Aku memberimu kesempatan, dan berkata agar kau katakan yang sebenarnya... bisanya kau terus membohongiku?!! “ ucap P Gwang Hee dengan keras.
P Gwang Hee mengeluarkan tembikar pertama buatan Jung Yi. Jung Yi benar-benar terkejut melihatnya.
“Ini! Bukankah tembikar pertama yang kau buat? Jeong-ah.”
“Yang Mulia...”
Bersambung
Goddess of Fire, Jung Yi Episode 13
4 komentar
yang semangat ya mba buat sinopsisnya...
Balasfaiting...
thanks ya semoga bisa baca mpe akhir.dah tak tunggu seri 14 mpe akhir.thanks kerja kerasnya
Balasmba lanjutannya....
Balasmakasih udh buat sinopsis drama ini..krna aq nggk nemu di blog yg lain..
Balastrus smngat nulisnya ya oenni..gomawo..