Sinopsis Doctor Stranger episode 17 part 2. Pada part
sebelumnya diceritakan kalau kompetisi antara Hoon dan Jae Joon lagi2 seri
hingga direktur Oh harus melakukan kompetisi lagi dan kali ini di rencanakan
untuk pertandingan yang terakhir. Peraturan pertandingan akan dibuat sama
seperti saat mereka mengoperasi si kembar. Siapa yang paling cepat selesai,
dialah yang menang.
Sinopsis Doctor Stranger episode 17 part 2
Hoon mendatangi rumah Chang Yi dengan membawa beberapa
makanan yang harus dimasak oleh Chang Yi terlebih dahulu. Setelah melihat
masakan yang dibuat Chang Yi, Hoon malah berkomentar, “kau bilang kau dulu
bekerja direstoran?”
“Tapi kan, aku hanya melihat mereka memasak. Dan aku hanya
bertugas mengirim makananya saja.” Jawab Chang Yi santai.
Walaupun sedikit kecewa dengan hasil masakan yang dibuat
Chang Yi, Hoon tetap berusaha mengajak ibunya makan. Chang Yi memberitahu Hoon
kalau ibunya hanya mau makan bubur saja. Mendengar ucapan Chang Yi itu, malah
membuat Hoon menyalahkan masakan Chang Yi yangtidak menggugah selera makan.
Tak kehabisan akal, Hoon pun mengajak Chang Yi makan agar
ibunya terpancing untuk ikutan makan. Rencana Hoon berhasil, ibunya mau makan
dikit demi sedikit. Bukan hanya ikut makan, ibu juga mengambilkan makanan untuk
Hoon. Diperlakukan seperti membuat Hoon terharu, karena sudah lama dia tak
merasakan kasih sayang seorang ibu.
Soo Hyun menemui perawat Min dan menanyakan tentang hasil
darah pasien Kim Min Ju. Tepat disaat itu, Hoon muncul dan menyapa semuanya. Dan
seperti biasa Hoon menyapa Soo Hyun dengan sebutan dulpari ( maaf aku jadi ragu
ini kata apa artinya, karena ada sub yang menulisnya itik atau bebek, ada juga
yang menulisnya dukun). Soo Hyun tak tersenyum sedikitpun pada Hoon, karena dia
teringat pada kata-kata Seung Hee yang mengatakan kalau Soo Hyun harus tetap
berada di sisi Hoon untuk mengetahui
perasaan Hoon yang sebenarnya.
“Kalian berdua masih bertengkar?” tanya perawat Chun Hee. “Dr
Oh, kau setidaknya balas salamnya.”
“Berhentilah memanggilku dulpari.” Ucap Soo Hyun. “Pasienku akan
benar2 berpikir aku bodoh.”
“Maaf ya, dulpari. Oops.. ini sudah kebiasaan. Harus bagaimana
lagi? Hei, dulpa… oh ya ampun… “ucap Hoon yang tak bisa mengganti panggilan nya
pada Soo Hyun.
“Terserahlah…. Aku akan memaafkannya karena aku ini orang
yang sangat baik.” Ucap Soo Hyun dan langsung membuat perawat Min dan perawat
Chun Hee tertawa. Namun karena tak mau menambah masalah antara SOo Hyun dan
Hoon, merekapun langsung pergi.
Soo Hyun mengatakan pada Hoon kalau dia tak bisa bercanda
dengan Hoon seperti dulu lagi. Hoon menjawab kalau dia hanya ingin bersikap
ramah.
“Semuanya tidak akan termaafkan hanya dalam semalam.” Ucap Soo
Hyun dan pergi.
“Dia menyukaimu kan? Apa yang terjadi pada kalian berdua? Kalian
berkencan?” tanya seorang wanita yang berpakain pasien pada Hoon.
“Siapa kau?” tanay Hoon.
“Aku… aku gadis hot berasap,
dari kota Leenam-Dong.”
“berasap? Apanya yang terbakar? “ tanya Hoon tak mengerti.
“uuups! Aku coba lagi ya. Aku hanya pasien yangberusaha
menjalani kehidupan yang baik. Kau tahu, semua orang pasti punya masa lalu,
yang mereka ingin sembunyikan.” Jawab pasien itu.
Tak mau lagi banyak bicara pembicaraan ngelantur dengan
pasien itu, Hoon pun menyuruhnya masuk kekamarnya karena pasien tak boleh
berkeliaran.
Aku mau cari2 siapa sebenarnya wanita itu karena sepertinya
aku sudah pernah melihatnya. Ternyata pasien wanita itu adalah adik dari dr
Kim. Dan seperti scene sebelumnya, lagi2 mereka bertengkar. Dr Kim tidak
percaya kalau adiknya itu akan menikah,
dia mengatakan kalau adiknya itu adalah penjahat bagi para pria karena suka
melukai pria2 itu dengan menggunakan high heelsnya.
Dikatai seperti itu malah membuat emosi adik dr Kim naik dan
langsung mengejar kakanya untuk dihajar. Saat tengah menghajar kakaknya, tiba2
Jae Joon muncul untuk memeriksa keadaan adik dr Kim. Melihat Jae Joon, tentu
saja dr Kim dan adiknya langsung memperbaiki posisi mereka.
“Apa yang kau lakukan pada pasien?” tanya Jae Joon.
“Yah, dia memang pasien, tapi……” jawab dr Kim, namun belum
sempat dia menyelesaikan kata2nya sudah dipotong oleh adiknya.
“Anyeong haseo….. aku adiknya pria bodoh ini. Manager, kau….
Kau benar2 seksi.” Ucap adik dr Kim. Dengan cepat dr Kim langsung menutup mulut
adiknya agar tak mengatakan hal2 yang sembarangan lagi. Tapi dasar gak pernah
akur, diperlakukan seperti oleh kakanya, dia malah menggigit tangannya.
Jae Joon mengatakan pada adik dr Kim kalau dia harus
dioperasi katup mitral, karena dia mengalami penyakit yang disebut stenosis
mitral karena adik dr Kim mengalami penyakit yang disebut stenosis mitral. Adik
dr Kim mengatakan kalau dia sudah tahu tentang penyakit tersebut karena sebelum
masuk ke RS Myeong Woo, dia sudah masuk ke rumah sakit yang lainnya. Dia
bertanya pada Jae Joon apa ada cara lain selain operasi untuknya, seperti obat
atau apa. Jae Joon dan dr Kim menjawab
tidak bisa.
Jae Joon dan Hoon berpapasan di koridor. Masih sama seperti
sebelumnya, Jae Joon menatap dengan pandangan tak suka pada Hoon. Walaupun merasa
heran dengan sikap Jae Joon padanya, Hoon tak mau memikirkannya.
Hoon menemui pasien yang akan dia operasi, dia menjelaskan pada pasiennya tentang kondisinya dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang tak mengerti tentang bahasa medis.
“Kami akan mengoperasi, untuk menggantikan pintu itu. Ini bukan operasi yang
sulit, jadi tak usah khawatir.” Jelas Hoon dan pergi.
Saat akan keluar dari ruangan, Hoon dipanggil oleh adik dr
Kim yang mengungkapkan perasaan senang-nya
mendengar penjelasan Hoon pada
pasiennya. Dia senang karena Hoon bisa menjelaskan dengan bahasa yang mudah
dimengerti. Adik dr Kim pun meminta bantuan pada Hoon untuk menjelaskan padanya
tentang penyakit yang dia alami sekarang.
Dia bertanya pada Hoon apakah ada cara lain baginya selain
operasi. Jawaban Hoon sama seperti Jae Joon, kalau stenosis mitral hanya bisa
diatasi dengan operasi. Pada Hoon dia menceritakan kalau alasan dia tak mau
dioperasi karena bulan depan dia akan menikah. Sama seperti pendapat Hoon, adik
dr Kim juga beranggapan kalau cowok itu adalah belahan jiwanya karena detak
jantung mereka seirama.
Diapun menunjukkan pada Hoon foto2 prewed-nya. Dia menceritakan
pada Hoon kalau dia sangat ingin bisa menikah dan mempunyai seorang bayi
bersama belahan jiwanya itu.
Tiba2 adik dr Kim memukul meja dan berkata kalau gara2
operasi itu, dia akan kehilangan mimpi2nya itu. Saking inginnya memiliki anak, sampai2
adik dr Kim sudah membeli pakaian untuk anaknya nanti. Dia kemudian menunjukkan
pada Hoon gambar2 pakaian bayi yang sudah dia beli.
Kesal karena tak mendapatkan jalan keluar dari
permasalahannya, dia pun meminta Hoon untuk menujukkan gambar pintu yang ada
disisi kiri jantungnya. Pintu yang kata dokter2 harus diperbaiki. Hoon bertanya
kenapa dia ingin melihatnya.
“Aku ingin marah padanya. Jadi aku ingin meneriakinya agar
aku bisa merasa lebih baik.” Ucap Kim Ah Young. Hehhehe… akhirnya dapat juga
nama ne orang.
Hoon menunjukkan padanya pintu yang harus diperbaiki itu. Saat
melihat pintu itu, Hoon merasa ada sesuatu yang aneh namun dia tak mengataka
apa2. Selagi Hoon memperhatikan gambar jantung itu, dia membiarkan Ah Young
memaki jantungnya sendiri. Setelah puas memaki, Ah Young pergi. Hoon melihat
sesuatu di jantung Ah Young, apa itu? Kita akan tahu jawabannya sebentar lagi.
Hoon menemui Jae Joon yang juga sedang memperhatikan jantung
Ah Young. Hoon berkata kalau Jae Joon pasti juga sudah melihatnya, katub dan
pembuluh aorta milik Ah Young.
“Aku tahu dia ada sindrom Marfan. Memang kenapa?” tanya Jae Joon.
#(Marfan syndrome : kelainan genetic yang ditandai oleh
anggota badan yang panjang dan mal – formasi pembuluh di jantung dan mata)
“Apa maksudmu? Kautak perlu mengoperasi katup aorta-nya. Itu
bukan prosedur yang mendesak.” Ucap Hoon.
Jae Joon menjawab kalau katup mitral Ah Young perlu
dioperasi. Hoon berkata lagi kalau Ah Young masih bisa bertahan walau tak di
operasi, “dia hanya perlu menghindari kegiatan intens saja. Lebih dari itu, dia
akan segera menikah. Dia harus minum warfarin kalau dioperasi dan itu bisa
membuatnya tidak subur.”
“memang kenapa?”
“Aku ingin kau bilang padanya, kau bisa menunda operasinya.” Ucap Hoon.
“Kau menyuruhku menyerah?” tanya Jae Joon karena
dipikirannya hanya ingin memenangkan kompetisi dan mengalahkan Hoon. Tepat di saat
itu dr Kim muncul dan mendengar pembicaraan mereka. “Saat dia hamil, aneurisma
aortanya akan memburuk. Bagaimana jika dia mengalami diseksi aorta dan pembuluh
darahnya pecah? Itulah kematian instan.” Jelas Jae Joon.
“Ini tidak akan menjadi parah.” Jawab Hoon.
“Lalu, kau mau membiarkannya saja?”
“Kau tahu dia tidak butuh dioperasi sekarang. Dia bisa
menikah dan mempunyai anak. Dia bisa bertahan tanpa operasi selama 10 tahun. Hidupnya
benar2 akan berubah.” Ucap Hoon dengan nada tinggi dan tentu saja dr Kim
terkejut mendengarnya.
Jae Joon menjawab kalau Ah Young hanya perlu sehat setelah
operasi nanti. Hoon tetap beranggapan
kalau yang terbaik yang harus mereka lakukan adalah tidak mengoperasi Ah Young,
agar dia bisa hidup secara normal. Namun Jae Joon tidak mau mengikuti kata2
Hoon, karena Ah Young adalah pasiennya untuk kompetisi, jika sampai dia tidak
mengoperasi Ah Young, berarti dia akan kalah.
“Jika kau ingin bertindak sebagai dokter yang baik, kenapa
tidak tukaran pasien saja?” tawar Jae Joon pada Hoon dan tentu saja Hoon tak
mau melakukannya karena kompetisi ini juga sangat penting baginya.
Saat Jae Joon pergi, dr Kim langsung menghampiri Hoon untuk
bertanya apa yang Hoon katakan benar atau tidak. Awalnya Hoon tak menjawab,
namun setelah dr Kim mengatakan kalau dia
adalah kakaknya Ah Young. Hoon pun langsung mengatakan kalau menurut
analisisnya, Ah Young memang tak harus dioperasi.
Setelah mendengar semua itu, dr Kim langsung menemui Jae
Joon dan mengatakan kalau dia tidak menginginkan adiknya dioperasi. Namun karena
dia takut pada Jae Joon, diapun tak berani mengatakan secara terang-terangan,
dia hanya bertanya apa pendapat Jae Joon yang sebenarnya tentang jantung Ah
Young. Jae Joon menjelaskan kalau katup Ah Young benar2 sempit dan itu akan
mengganggu kehidupannya sehari2.
“Tapi, bocah gallon itu bilang, dia tak perlu dioperasi.” Tanya
dr Kim dengan pelan karena takut.
“Apa kau benar2 tidak paham? Apa saja gejala MS?” tanya Jae
Joon dengan nada sedikit marah. Dr Kim dengan
gugup menjawab sesak nafas dan…. Belum selesai dr Kim menyebutkan semuanya Jae Joon menambahkan kalau gejalanya adalah, “jantung
berdebar2, sesak nafas, Hemoptisis, pembekuan darah dan stroke.”
“Kau bilang penyakitnya belum telalu parah.” Ucap dr Kim
pelan.
“Maka kapan penyakit itu akan jadi parah?” tanya Jae Joon.
“Hah?”
“Kapan penyakit itu jadi lebih parah? Kita tak akan pernah
tahu kapan. Dia perlu dioperasi agar
bisa aman.” Jawab Jae Joon.
“Apa…. Apa ini karena kompetisi?” tanya dr Kim
“Dia juga didiagnosis sama dari rumah sakit lain. Pendapatku
pun juga begitu. MS-nya perlu dioperasi.” Jawab Jae Joon dan setelah mendengar
itu, dr Kim pun mau tak mau harus mempercayainya. Saat dr Kim akan pergi, Jae
Joon berkata kalau Ah Young masih bisa
menjadi seorang ibu walau dia dioperasi. Jae Joon mengatakan kalau itu
penilaiannya, jadi dia member kesempatan pada dr Kim untuk mengambil keputusan
sendiri, mau percaya padanya atau pada Hoon. Euuum jelas aja lah dr Kim lebih
memilih percaya pada Jae Joon, secara jae Joon adalah atasannya.
Dr Moon menemui Hoon saat Hoon sedang memperhatikan gambar
jantung Ah Young. Dr Moon berkata kalau pasien itu mengidap sindrom Marfan. Hoon
pun bertanya dari mana dr Moon mengetahuinya. Dr Moon menjawab kalau dr Kim
sudah memberitahu semua orang tentang hal itu. Ide licik mulai muncul dikepala
dr Moon,d ia memberi ide pada Hoon untuk mengungkapkan semuanya kalau Ah Young
tak butuh operasi jadi dengan begitu mereka pasti bisa memenangkan kompetisi.
Tiba2 Ah Young muncul dan minta penjelasan pada Hoon, apa
dia benar2 tak butuh dioperasi. Hoon terdiam sesaat, karena Ah Young memaksa,
akhirnya Hoon berkata kalau semua itu hanyalah diagnosis darinya.
“Kau bisa dioperasi setelah stenosis aorta sudah muncul.” Jawab
Hoon dan tepat disaat itu dr Kim datang untuk menghentikan Hoon member penjelasan
lebih lanjut.
“Kau juga mendengarnya kan? Aku tidak perlu dioperasi. Aku bisa
pulang.” Ucap Ah Young pada kakaknya.
“Sudah kubilang kau perlu dioperasi!” jawab dr Kim dengan
nada tinggi.
“Pria jangkung itu bilang aku tidak membutuhkannya!”
“Kau percaya padanya?”
“Dia dokter dari rumah sakitmu.”
“Bagaimana bisa kau percaya pada orang ini? Kau tahu dari
sekolah kedokteran mana dia? Dia dari sekolah kedokteran Pyongyang !”
“Memangnya kenapa? Dia masih tetap seorang dokter.”
“Hei, manajerku yang dar Harvard bilang, kau itu perlu
dioperasi. Kau bilang kau sudah pergi ke RS lain. Dan semua dokter lain bilang
hal yang sama, kalau kau harus dioperasi.” Teriak dr Kim.
“ jadi? Jadi kau
ingin aku dioperasi? Aku juuga sudah meneliti diriku sendiri! Aku sudah tahu
jika katub-ku diganti, aku akan sulit memiliki anak! Dalam beberapa kasus,
mereka bahkan harus mengorbankan janin mereka.”
“Kau masih bisa hamil kalau kau berusaha keras. Kau masih
bisa punya anak.” Jawab dr Kim dengan nada pelan.
“Orang lain dengan mudah memiliki anak. Kenapa aku harus
bekerja eksta? Aku hanya… ingin hidup biasa seperti orang lain. Aku masih bisa dioperasi
nanti, kata pria jangkung ini. Jadi katakana padaku sekarang. Aku harus
melakukan apa yang kau katakan. “ ucap Ah Young dengan menahan tangisnya.
Dr Kim terdiam sesaat dan dengan nada pelan dr Kim menyuruh
Ah Young melakukan operasi. Ah Young langsung menangis terisak-isak mendengar
keputusan kakaknya.
Kedua tim melakukan persiapan untuk operasi terakhir mereka.
Sebelum dibawa ke ruang operasi, Ah Young memberikan ponselnya pada dr Kim dan
berpesan, “ANgkatlah kalau ada telepon. Aku sudah batalkan pemesanan aula
pernikahanku.”
Semua karyawan RS Myeong Woo dan direktur Oh sudah berada di
depan PC dan TV untuk melihat jalannya operasi kedua tim. Ternyata bukan hanya
mereka yang menonton, Presiden bersama Perdana Menteri juga menonton jalannya
operasi. Presiden bertanya bagaimana memilih pemenangnya. PM menjawab kalau direktur
RS Myeong Woo lah yang akan memutuskan
pemenangnya.
Saat akan masuk ruang operasi, Hoon berpapasan dengan Seung
Hee, diapun langsung meminta bantuan Seung Hee untuk menjadi ahli anestesinya.
Dengan nada datar, Seung Hee menjawab kalau dia akan masuk keruang Jae Joon.
Tentu saja perubahan sikap Seung Hee yang seperti itu membuat Hoon bingung.
“Kau sungguh tidak tahu? Pikirkan baik2, apa yang sudah kau
lakukan padaku.” Tanya Seung hee dengan ekspresi tajam.
“Apa salahku padamu?” tanya Hoon tak mengerti.
“Kita bicara nanti setelah operasi.” Jawab Seung Heed an pergi.
Hoon hendak mengejarnya namun dicegah oleh dr Moon.
“Apa yang kau lakukan? Kau harus bersiap2.” Ucap dr Moon.
“Kenapa dr Han pergi ke ruangan lain?” tanya Hoon.
“Dia sudah begitu sejak operasi kemarin.” Jawab dr Moon dan
meminta Hoon untuk memikirkan tentang operasi mereka saja.
Saat akan mencuci tangan, Hoon melihat Ah Young yang juga
melihat kearahnya. Hoon terlihat tak tega, namun dia tak bisa melakukan apa2
selain AH Young bukan pasiennya, dr Kim juga sudah menyetujui operasi adiknya itu.
Di ruang operasi dr Kim terlihat panic. Karena dr Kim juga
tak bisa membantu apa2 dengan emosi yang seperti itu, Jae Joon pun menyuruhnya
keluar. Sebelum keluar dr Kim meminta Jae Joon untuk mengurus Ah Young dengan
sebaik-baiknya.
Persiapan sudah selesai dan kedua tim siap memulai operasi.
Hoon terlihat tak focus, dia teringat pada Seung hee yang mengatakan padanya
untuk memikirkan baik2 tentang apa yang sudah dia lakukan pada Seung Hee.
Di luar ruang operasi, dr Kim terlihat panic. Tepat disaat
itu dia mendapat sms dari pacar Ah Young yang berkata kalau dia sudah
membatalkan pemesanan aula pernikahan mereka.
Penasaran seperti apa calon adik iparnya itu, dr Kim pun membuka akun
LINE Ah Young. Disana dr Kim melihat foto2 prewed Ah Young. Tangan dr Kim
langsung gemetar saat dia melihat foto2 baju bayi yang sudah Ah Young siapkan
untuk anaknya kelak. Dr Kim menangis.
Tepat disaat operasi akan dimulai, dr Kim masuk keruang operasi Hoon. Dia memohon pada Hoon
untuk menyelamatkan adiknya. Karena Hoon lah yang bisa menyelamatkan adiknya
jika Hoon mau menukar pasiennya.
“Kali ini saja. Aku ingin jadi kakak yang baik untuknya. Tolong
biarkan dia bahagia.” Ucap dr Kim
Dr Moon yang tak mau tim-nya kalah langsung menyuruh orang untuk menyeret dr Kim keluar agar Hoon
tak terhasut. Dr Moon terus mengingatkan Hoon kalau mereka akan kalah jika dia
melakukan apa yang dr Kim katakan.
Waktu mulai berjalan dan Jae Joon bersiap memulai operasi. Di
ruangan sebelah Hoon masih terdiam tak melakukan apa2. Melihat pisau bedah yang
perawat Min berikan padanya, Hoon langsung teringat pada ayahnya yang berkata, “mulai
sekarang…. Jangan pernah lupa…. Kalau …. Kau seorang dokter.”
Selain itu dia juga teringat pada pembicaraan terakhirnya
dengan Seung Hee dimana dia berkata kalau dia akan mengerahkan semua
kemampuannya untuk memenangkan babak terakhir ini.
Hoon menghela nafas. Euuum
apa yang akan diputuskan Hoon, apakah dia akan menyelamatkan Ah Young
atau memilih memenangkan kompetisi. Di luar dr Yang juga melihat jalannya
operasi. Semua orang yang melihat pertandingan itu terlihat kebingungan. Sebenarnya
apa yang terjadi? ternyata Hoon keluar dari ruang operasinya dan masuk ke ruang
Jae Joon. Dia menghentikan tangan Jae Joon yang hendak menyayat.
“Apa yang kau lakukan dr Park?” tanya Soo Hyun yang juga ada
diruangan itu sebagai asisten utama. Hoon hanya menghela nafas. Bukan hanya Soo
Hyun semua yang menyaksikan jalan nya operasi itu juga terkejut dengan apa yang Hoon lakukan.
“Ada apa?” tanya Jae Joon.
“Kau juga tahu.” Jawab Hoon.
Bersambung
Synopsis Doctor Stranger episode 18 dari mbak anna.
6 komentar
Waaahhh jd penasaran bgt dech, semangaat mba buat sinopnya yaa
BalasPanggilan Hoon ke soo hyun bukannya itik ?
BalasKok jdi dulpari sih ?
Tapi, tetap semangat yah nulis sinopsis nya ;)
bahasa koreanya dulpari.... aq jdi bingung mau tulis apa jd.ny... cz ad subtitle yang nulis "Itik" tapi ada juga yg nulis "dukun". dari pada salah... jd aku tulis dulpari aja sesuai yg disebut.
BalasItik.... gemes liatnya semoga endingnya happy bareng hoon ..... so sweet
Balassolute sama penulis sinopsis ini..
BalasDulpari klo d tv terjemahannya gadungan mb hehhehe
Balas