Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi episode 16 part 1. Pada episode sebelumnya, P Gwang Hae sengaja meninggalkan Jung Yi di kedai agar dia bisa makan dengan leluasa, tapi saat dia kembali lagi ke kedai, bukannya melihat Jung Yi yang sudah kenyang tapi malah melihat meja tempat Jung Yi makan kosong, dengan makanan yang belum tersentuh. Dengan penuh rasa khawatir dan cemas, P Gwang Hae mencari Jung Yi keseluruh pasar, tapi tak ketemu juga.
Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi episode 16 part 1
P Gwang Hae memutuskan kembali ke kedai, dalam perjalanan ke kedai dia melihat Jung Yi yang juga berjalan kembali ke kedai sambil membawa sebuah guci. P Gwang Hae mengejar Jung Yi danmenangkap lengannya. Dengan nada khawatir bercampur marah, P Gwang hAe bertanya Jung Yi pergi kemana?
“kalau kau mau pergi kesuatu tempat, katakan padaku! Kau tidak boleh lari seperti itu!” teriak P Gwang Hae.
Jung Yi berusaha menjelaskan namun terhenti karena P Gwang Hae tiba-tiba mencengkram kedua lengannya dengan kuat.
“Jangan pernah menghilang dari pandanganku lagi. ini sebuah perintah!”
“yang Mulia....”
“Aku pikir kau sudah diserang oleh sekelompok perampok. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?”
Jung Yi hanya bisa mengucapkan maaf pada P Gwang Hae. P Gwang Hae menambahkan kalau sebenarnya dia membenci tempat keramaian seperti pasar, tapi dia tidak perduli dan terus mencari Jung Yi.
“kalau aku menyuruhmu makan, kau seharusnya makan saja! Kenapa kau tidak mendengarku?”
“Saya akan mendengarkan anda mulai sekarang, Yang Mulia.” Janji Jung Yi dan P Gwang Hae melepaskan cengkramannya.
Gak tahu ne si Jung Yi emank terlalu polos atau pura-pura gak peka sama perasaan P Gwang Hae, dia dengan polosnya bertanya apakah P Gwang Hae sudah selesai marah, karena dia sudah lapar dan ingin makan. Hahahhha... P Gwang Hae hanya menghela nafas.
Jung Yi makan dengan lahap. P Gwang Hae bertanya apakah Jung Yi masih bisa makan walau sudah diomeli. Jung Yi membenarkan apa yang di katakan P Gwang Hae, kalau dia harus makan agar kepalanya bisa bekerja dan pikirannya bisa berkembang.
Melihat Jung Yi yang terlihat lebih cerah dari sebelumnya, membuat P Gwang Hae bertanya apa yang membuat Jung Yi sangat bahagia?
“Ini semua berkata Anda, Yang Mulia. Apakah anda tahu yang saya temukan berkat anda?” Jung Yi menunjukkan guci yang di bawa anak laki-laki yang dia ikuti sebelumnya. “Tolong lihat ini.”
“bukankah ini botol minuman anggur?”
“Ya, Yang Mulia, tapi hal yang saya ingin anda lihat, bukan botolnya, tapi tali yang terikat disini. Apakah anda tahu kenapa itu terikat disini? Agar saat anda mengangkat botol, botolnya tidak akan tergelincir. Guru saya juga sering menjatuhkan botolnya karena tangannya yang gemetaran. Tamu-tamu perjamuan juga sudah berusia lanjut. Saya yakin bahwa karena mereka lemah, mereka berhati-hati saat memegang mangkuk-mangkuk mereka.”
“Apa kau berencana mengikat sebuah tali pada mangkuk yang akan dinilai Yang Mulia?”
“Tidak, bukan begitu. Saya berencana menambahkan sebuah pinggiran diseputar mangkuk.”
P Gwang Hae berkata kalau seperti itu, bukankah mangkuknya akan terlihat aneh. Jung Yi pun langsung terpikir akan hal itu juga. Melihat Jung Yi yang komat kamit, pandangan P Gwang Hae terfokus pada bibirnya Jung Yi. Menyadari itu membuat P Gwang Hae teringat apa yang pernah kakaknya katakan.
“Tanpa kau ketahui kau tak bisa mengalihkan pandanganmu dari bibirnya.” Menyadari semua itu P Gwang Hae jadi salah tingkah sendiri.
Jung Yi berkata kalau dia akan membuat agar bentuknya tidak terlihat aneh. Semua itu harus dia lakukan karena dia tidak punya waktu banyak untuk menambah gambar. Jadi dia berencana memberi sedikit gambar dan warna pada pinggiran mangkuk yang dia buat agar terlihat hidup. Jung Yi sangat berterima kasih pada P Gwang Hae, karena dialah, akhirnya Jung Yi menemukan sebuah ide cemerlang.
Dan sebagai tanda terima kasih dari Jung Yi, P Gwang Hae ingin Jung Yi mengerjakan 3 permintaan darinya. Awalnya Jung Yi protes, karena selama ini dia memang selalu mematuhi semua perintah P Gwang Hae.
P Gwang Hae mulai salah tingkah saat melihat bibir Jung Yi, dia langsung menyuruh Jung Yi menutup mulutnya saat bicara. Merasa kalau itu adalah perintah pertama dari P Gwang Hae, Jung Yi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Melihat tangan Jung Yi, P Gwang Hae teringat lagi kata-kata kakaknya yang berkata,”Saat kalian bersama, kau ingin memegang tangannya.”
Sekali lagi P Gwang hAe salah tingkah mengingat semua itu, jadi dia berkata kalau dia tidak suka pada tangan Jung Yi, dan Jung Yi harus menyembunyikannya. Mendapat perintah kedua, Jung Yi bingung antara menyembunyikan tangannya dan menutupi bibirnya, akhirnya dia memutuskan untuk berbalik.
“Yang Mulia, anda sudah menggunakan 2 permintaan. Anda hanya punya satu lagi, benar kan? Silahkan saja beritahu saya, Yang Mulia.” Ucap Jung Yi sambil menghadap kebelakang, tapi karena tidak ada jawaban dari P Gwang Hae, Jung Yi berbalik lagi dan ternyata pangeran sudah tidak ada di tempat duduknya lagi.
Jung Yi mengejar P Gwang Hae, dia protes karena sebelumnya Pangeran meminta dirinya untuk tidak pernah pergi dari pandangannya, tapi kenapa sekarang P Gwang Hae pergi meninggalkannya begitu saja. P Gwang Hae beralasan kalau Jung Yi masih banyak tugas untuk membuat tembikar, jadi mereka harus cepat kembali ke Bun Won.
Saat perjalanan pulang, mereka melihat P Im Hae bersama pengawalnya. P Gwang Hae langsung menarik Jung Yi untuk bersembunyi.
Ternyata P Im Hae datang kepasar untuk membeli bedak dan lipstik untuk Hong Dan. Siapa Hong Dan, pasti seorang gisaeng. Berada dekat sekali dengan Jung Yi, P Gwang Hae merasa tak nyaman dan salah tingkah sedangkan Jung Yi sendiri merasa biasa saja.
Kang Chun datang ke tempat Ketua Son. Basa basi, Ketua Son bertanya tentang persiapan perjamuan yang dilakukan Kakek Moon dan Yook Do.
“Selama anak itu tidak ikut campur... (melihat kearah Hwa Ryung) dan kalau ahli keramik Lee memperlihatkan potensi penuhnya, bukankah dia dengan mudah dapat bisa mengungguli seorang pria tua biasa dengan tangan yang gemetaran?” ucap Kang Chun
Ketua Son memberitahu agar kang Chun tidak meremehkan Kakek Moon, yang sudah membuat barang-barang raja selama 20 tahun. Kang Chun dengan pedenya berkata kalau itu adalah Kakek Moon di masa lalu, karena kakek Moon yang sekarang tidak bisa duduk di alat putar lagi, sehingga yang membuat perlengkapan perjamuan adalah Tae Pyung. Mendengar itu Hwa Ryung terkejut.
Saat Kang Chun beranjak akan pergi, Hwa Ryung bergeser selangkah. Mata Kang Chun memang tidak bisa dikelabuhi, dia meminta Hwa Ryung untuk bergeser. Dan ternyata Hwa Ryung sedang menutupi cangkir milik Eul Dam yang Jung Yi titipkan padanya.
“sebelum kau datang ke pedangan, kau pernah belajar keramik dari Yoo Eul Dam kan?”
“Ya.”
“Aku terganggu saat mengetahui Tae Pyung secara khusus menghargai mangkuk Yoo Eul Dam. Mungkinkah..... Tae Pyung itu adalah.... putri Yoo Eul Dam?”
“Tidak, bukan dia, Jung Yi sudah mati” jawab Hwa Ryung kelabakan.
Kang Chun masih terlihat tak percaya pada Hwa Ryung, tapi untung saja ada Kepala Son yang membantu dengan mengatakan kalau hal itu tidak mungkin terjadi, Hwa Ryung dan Jung Yi adalah sahabat, dan Hwa Ryung selalu berduka setelah mengetahui sahabatnya meninggal. Dan untuk masalah Hwa Ryung yang dekat dengan Tae Pyung, Ketua Son menjelaskan karena Tae Pyung adalah murid dari Kakek Moon, jadi Tae Pyung sering mengikuti kakek Moon datang ke tempat Ketua Son, dari sanalah mereka berteman.
Kang Chun yang percaya pada kata-kata Ketua Son memilih pergi tanpa bertanya-tanya lagi. Hwa Ryungpun bisa bernafas lega.
Dalam perjalanan pulang menuju Bun Won, Jung Yi terus berterima kasih pada P Gwang Hae karena sudah membuatnya menyadari sesuatu. Selama proses mempersiapkan peralatan perjamuan, dia selalu berpikir cara untuk menang, tapi berkat P Gwang Hae, sekarang Jung Yi tidak memfokuskan bagaimana cara untuk menang, tapi dia lebih memikirkan orang-orang yang akan menemukan manfaat dari mangkuk yang dibuatnya.
Jung Yi juga berharap, saat orang-orang melihat dan menggunakan tembikar buatannya dapat memberikan respon yang sama seperti respon Raja saat melihat dan menggunakan tembikar buatan Eul Dam. Semakin melihat dan menggunakannya, semakin mereka menyukainya.
Setibanya di Bun Won, Jung Yi melihat tanda dari Tae Do. Jung Yi pun pergi untuk menemui Tae Do. Saat mereka berhadapan, Jung Yi merasa canggung dan tidak enak pada Tae Do setelah dia menolak Tae Do. Namun Tae Do masih bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.
“Kau masih nui-ku (adik kecil) dan aku adalah orabeoni-mu.” Ucap Tae Do. Dia juga manambahkan kalau dia merasa bebannya sedikit meringan saat mendengar Jung Yi berkata kalau Jung Yi ingin mandiri dan berjalan dijalannya sendiri.
“Jadi,aku bisa meneruskan untuk menjadi orabeoni-mu saja.”
Kita beralih pada P Gwang Hae yang menemui Raja. Raja bertanya tentang persiapan perjamuan. P Gwang Hae menjawab karena raja sendiri yang akan mengawasi jalannya kompetisi, sehingga ahli keramik Lee ( Yook Do ) sangat berusaha memenangkan kompetisi. Raja lalu bertanya tentang tangan gemertanya kakek Moon, apakah sudah membaik. Untuk pertanyaan tentang kakek Moon, P Gwang Hae menjawab kalau kakek Moon sedang dalam usaha meyenangkan hati Raja.
Raja kemudian mengatakan kalau dia mundur menjadi juri satu-satunya dalam kompetisi tersebut, dengan alasan kalau dia masih banyak urusan yang lebih besar yang harus dia urus. Dan yang akan menjadi juri dalam kompetisi tersebut adalah para pejabat senior itu sendiri. Para pejabat itu harus memilih sendiri mana cangkir yang mereka sukai, dan pemenangnya akan diumumkan di hari perjamuan itu juga oleh para pejabat. Jadi tugas P gwang hAe sekarang adalah menyuruh kedua kandidat untuk membuat jumlah cangkir sesuai dengan jumlah para pejabat yang datang.
P Gwang Hae menyampaikan apa yang dikatakan raja pada Kang Chun dan kakek Moon. Kang Chun langsung menemui Yoo Do dan memberitahunya kalau cangkir yang dia buat akan dipajang bersama dengan cangkir buatan kakek Moon. Mendengar itu, Yook Do terlihat senang.
“Aku yang sudah mengajari Tae Pyung, dia tidak begitu terampil dengan alat putar. Membuat porselin sebanyak itu sampai waktu perjamuan tidak akan mungkin untuknya.”
Apa yang dikatakan Yook Do benar, jika yang membuatnya hanya Tae Pyung, cangkirnya tidak akan selesai. Tapi yang sebenarnya adalah kakek Moon juga ikut membuatnya, walaupun sudah tua kecepatan kakek Moon membuat tembikar lebih cepat dari Tae Pyung.
Tae pyung merasa sangat senang bisa memutar alat putar disebelah kakek Moon, itu seperti mimpi baginya. Kakek Moon mengatakan kalau tujuan awalnya datang ke Bun Won adalah untuk melindungi tembikar-tembikar yang ada di Bun Won, agar tidak digunakan untuk barang suap. Tapi setelah dia masuk ke Bun Won, ternyata ada lebih banyak lagi hal-hal yang terjadi di Bun Won.
“Saat aku memikirkan dia sudah melakukan kejahatan dengan api dari tungku pembakaran, dia pasti sudah menjadi orang yang sangat jahat. Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk mengubah semua yang terjadi di Bun Won.”
Jung Yi tidak percaya kalau ahli tungku pembakaran sengaja membuat tembikar mereka rusak. Mendengar itu Kakek Moon tersenyum dan berkata dalam hati, “kau masih belum mengenal siapa Kang Chun. Baiklah, jika kau bisa terus hidup tanpa mengetahuinya, maka itulah cara kau harus hidup.”
Bukan hanya Jung Yi dan kakek Moon yang sibuk membuat tembikar, Kang Chun dan Yook Do juga sedang sibuk dengan tembikar mereka. Secara tingkat kesulitan, tembikar milik Yook Do memang sangat bagus.
Kembali pada Jung Yi yang sedang menempeli tembikarnya dengan pinggiran yang dia bicarakan dengan P Gwang Hae sebelumnya. Melihat kreasi Jung Yi, kakek Moon dapat mengerti maksud Jung Yi membuat itu semua, namun apa yang dilakukan Jung Yi dapat menciptakan sebuah lubang pada tembikar itu. Bukan kakek Moon si legendaris jika tak mempunyai pemecahannya.
Kakek Moon mengambil satu cangkir dan mengikis sedikit bagian luar cangkir tersebut sehingga dapat membentuk pinggiran seperti yang Jung Yi inginkan. Jung Yi langsung menganggat dua jempolnya atas ide kakek yang brilian.
Untuk pembakaran tembikar kali ini, kakek Moon memutuskan untuk melakukan sendiri tanpa bantuan ahli tungku pembakaran. Ahli Tungku pembakaran pun menemui Kang Chun dan mengatakan kalau dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia juga tidak mau berbuat jahat lagi walaupun diiming-imingin jabatan sebagai ahli tembikar.
Kang Chun melihat dari kajuahan saat kakek Moon dan Jung Yi yang sedang melakukan pembakaran tembikar sendiri.
Jung Yi mengatakan pada kakek Moon kalau sebetulnya dia merasa takut dewa tungku pembakaran akan marah padanya, karena dia adalah perempuan. Kakek menjelaskan kalau cerita tentang kemarahan dewa tungku pembakaran adalah isu yang diturunkan ahli keramik ke ahli keramik sejak zaman dulu, “tapi itu tidak berpengaruh padamu, Jung.”
“Apa?”
“Apakah kau belum mendengar dari ayahmu? Kau lahir dengan kekuatan Dewa Tungku Pembakaran.”
“Tidak mungkin... Guru. Bagaimana anda mengetahui hal ini? Apakah anda pernah bermimpi tentang kelahiran ku? Saya tahu anda mengatakan itu untuk membuat saya tenang. Tapi saya akan percaya pada apa yang anda katakan dan mencoba bertahan di depan Tungku Pembakaran.”
Jung Yi menambahkan jika dia bisa membuktikan, kalau tembikar akan baik-baik saja walaupun seorang gadis yang menungguinya, isu tentang dewa tungku marah pasti akan hilang dan perempuan yang mempunyai mimipi seperti dirinya akan mendapat harapan.
Tiba-tiba Jung Yi meminta izin pada kakek Moon untuk pergi sebentar ke suatu tempat.
2 komentar
Qreen di tgg selanjut ny
Balastx m.lilik q senang bacanya.semoga terus menulisnya.aku suka cerita yang mengedepankan kerja keras.yung yi aku suka
Balasby debri