Sinopsis Pinocchio episode 2 part 1. Pada episode perdana
diceritakan tentang kisah Choi Dal Po, dimana pada 5 tahun yang lalu ayahnya
mengalami kecelakaan saat bertugas sebagai anggota 119. Karena jasad ayahnya
tidak diketemukan dan ada pemuda yang mengidap sindrom pinokio melihat orang
yang mirip dengan ayah Dal Po, jadinya semua orang percaya kalau ayah Dal Po
masih hidup dan menjadi penyebab kematian anggota 119 lainnya. Semua berita itu
pun dilebih-lebihkan oleh media agar mereka mendapat rating yang tinggi, mereka
tidak menyadari kalau apa yang mereka perbuat sudah menghancurkan hidup sebuah
keluarga. Saat terpisah dari ibu dan kakaknya, Ha Myung bertemu dengan Choi Gong Pil
dan merubah namanya menjadi Choi Dal Po. Gong Pil punya cucu bernama
Choi In Ha yang seumuran dengan Dal Po. Saat Dal Po mulai menyukai In Ha, dia
harus menerima kenyataan kalau In Ha adalah anak dari reporter Song Cha Ok.
Reporter yang sangat dia benci. Setelah mengetahui hal itu, Dal Po pun mulai
membenci In Ha juga. Apa yang akan terjadi pada Dal Po setelah ini? Yuk kita
lanjut sinopsisnya.
(Sindrom Pinokio dalam drama ini tidak didasarkan pada
sindrom sebenarnya)
“Banyak hal yang membuatku sadar kalau dunia ini benar2
kecil. Kau bertemu dengan orang asing, namun sebenarnya kau terikat takdir
dengan orang itu. Apa kau pernah mengalaminya? Entah itu takdir baik2 atau
bukan kita sudah ditakdirkan bertemu. Meskipun ini disebut takdir, tetaplah ada
penjelasan matematis atas ini. Fenomena ini menyatakan bahwa kita semua terkait
dalam 6 tingkat. Berdasar pernyataan itu, kau dan aku terhubung. Mulai 6
tingkat pemisahan. Menarik bukan? Namanya diberikan oleh seorang aktor
terkenal. Siapa nama aktor ini?” ucap si pembawa acara membacakan pertanyaannya
pada Dal Po.
Dal Po terdiam dan semuanya menjadi tegang menunggu Dal Po
menjawab. Lima detik diberikan pada Dal Po untuk berpikir dan menjawab. Sebelum
menjawab Dal Po melihat sejenak ke arah Ahn Chan Soo yang tersenyum mengejek
padanya. Tepat didetik terakhir, Dal Po menjawab “Kevin Bacon” dan sipembawa
acara mengatakan kalau jawaban Dal Po benar. In Ha tersenyum senang melihat Dal
Po bisa menjawabnya dengan benar dan tepuk tangan distudiopun diberikan pada
Dal Po yang berhasil menurunkan Chan Soo untuk duel kepintaran dengan dirinya.
“Aku membulatkan tekadku setelah peristiwa mengerikan 5
tahun yang lalu.” Ucap Dal Po dalam hati dan mengingat semua yang terjadi
padanya dulu. “Tidak dekat2 dengan stasiun TV. Tidak berhubungan dengan orang2
TV dan bahkan berbicara denga mereka.Aku menjaga tekadku dengan kuat dan yakin
tidak akan pernah terpengaruh. Alasanku melanggar janjiku sendiri dan berdiri
dipanggung ini.... adalah rahasia yang ingin terus kulindungi lebihdari janji
yang telah kubuat.” Ungkap Dal Po dalam hati.
[Episode 2 – Si Buruk Rupa]
~ Dua Minggu Sebelumnya – September 2005~
In Ha dan Dal po pamit pada Gong Pil untuk berangkat
sekolah. Sebelum pergi, In Ha merengek minta dibelikan sepeda pada kakeknya dan
kalau tidak dibelikan juga, dia mengancam akan kabur dari rumah. Gong Pil
menjawab kalau In Ha tak memerlukan sepeda karena dia bisa minta tumpangan pada
Dal Po.
“Itu karena paman selalu... “ belum sempat In Ha
menyelesaikan kata2nya. Dengan cepat Dal Po mengapit wajah In Ha dengan
tangannya. “Justru karena ia selalu memberiku tumpangan, aku merasa tidak
enak.” Ucap In Ha dan cegukan. Karena In Ha cegukan, pasti diapun sedang
berbohong.
“Tidak, itu bukan masalah keponakanku.” Jawab Dal Po dan mengajak In Ha pergi. Mereka
berdua berangkat sekolah bersama dengan menggunakan sepeda Dal Po. Setelah
berada di tengah perjalanan dan sudah tak terlihat oleh Gong Pil, In Ha berkata
kalau Dal Po sudah bisa menurunkannya sekarang.
Dal Po menghentikan sepedahnya dan setelah In Ha turun, dia
pun melanjutkan perjalanannya. Baru beberapa kayuh Dal Po menjalankan
sepedahnya, dia berhenti sejenak dan melihat In Ha sedang mengencangkan tali
sepatunya. Dal Po hendak memundurkan kembali sepedahnya namun dia melihat Dal Pyeong
melihat kearahnya, jadi diapun
memutuskan untuk meneruskan
perjalanannya tanpa mengajak In Ha.
Setelah berhasil mengencangkan tali sepatunya, In Ha berlari
dengan kencang menuju pelabuhan dan naik kapal yang akan membawanya pergi ke
sekolah. Pemilik kapal marah2 pada In Ha karena In Ha selalu saja terlambat dan
membuat anak2 yang lain jadi ikut terlambat masuk sekolah. Dengan
terengah-engah In Ha meminta maaf pada pemilik kapal dan kemudian ia memandang
Dal Po dengan pandangan kesal.
“Apa? Kau sendiri yang bilang ingin turun.” Ucap Dal Po.
“Itu karena kau tidak suka memberiku tumpangan.” Jawab In
Ha.
“tentu saja.”
“Apa kau begitu membenciku?” tanya In Ha dan lagi2 Dal Po
menjawab, “tentu saja.” In Ha pun bertanya lagi alasan Dal Po begitu
membencinya.
Untuk pertanyaan itu Dal Po tak langsung menjawab, dia teringat saat In ha remaja mengatakan kalau reporter
Song Cha Ok adalah ibunya. Dal Po pun kemudian menjawab kalau semua itu karena
In Ha adalah musuh bebuyutannya.
Bukan hanya berlari menuju pelabuhan, untuk menuju ke
sekolahpun In Ha juga menempuhnya dengan berlari dan dia selalu menjadi murid
yang terakhir masuk kelas. Dengan tatapan kesal, In Ha melihat Dal Po yang
sedang tertidur di meja belajarnya.
Kelelahan In Ha pun menjatuhkan kepalanya kemeja. Chan Soo
yang sedari tadi memperhatikan In Ha langsung menghampirinya dan bertanya apa
Dal Po meninggalkannya lagi. In Ha mengiyakan dan berkata kalau seandainya saja
dia punya sepeda sendiri, dia berjanji tidak akan minta apa-apa lagi. Karena
meraton setiap pagi bisa membunuhnya.
“Apa kau mau aku memberimu satu? Aku punya sepeda yang tak
terpakai.” Ucap Chan Soo.
“Benarkah?” tanya In Ha sambil menggenggam tangan Chan Soo.
Saking senangnya mendapatkan sepeda, In Ha tidak peduli walau Chan Soo bilang
kalau sepedanya sedikit jelek. Dengan tatapan kemenangan In Ha melihat ke arah
Dal Po yang masih tertidur di mejanya.
Tak perlu menunggu waktu lama, Chan Soo langsung membawa
sepeda yang akan dia berikan pada In Ha. In Ha pun langsung mencobanya. Tepat
disaat dia akan mengendarai sepeda itu, dia melihat Dal Po datang dari arah
berlawan dan didepan Dal Po ada genangan air. Ide jail In Ha pun muncul, dengan
cepat In Ha mengendari sepedanya dan dengan sengaja dia melewati genangan air
sehingga cipratan itu mengenai Dal Po. Namun dengan sigap, Dal Po menghalangi
cipratan air itu menggunakan kertas yang akan dia berikan pada In Ha.
Tanpa menyadari kalau yang dia kotori adalah kertas
miliknya, In Ha dengan perasaan penuh rasa kemenangan berkata, “Rasakan itu,
Chi Dal Po!” dan tertawa terbahak-bahak. Dal Po pun hanya bisa melihat In ha
dengan tatapan tak mengerti dan pergi.
Dikelas, Dal Po memberikan kertas yang kotor kena cipratan
air tadi pada In Ha dan ternyata itu adalah formulir rencana masa depan milik
In Ha. Teman sebangku In Ha melihat formulir milik In Ha yang sudah kotor, dia
pun bertanya siapa yang sudah mengotorinya.
“Tadi ada gadis bodoh yang bertingkah kekanak-kanakan.”
Jawab Dal Po. Hehhehe... tentu saja In Ha bertambah kesal saja pada Dal Po.
Chan Soo melihat formulir In Ha dan membaca kalau pilihan
profesi yang akan In Ha ambil adalah pengacara, jaksa dan hakim. Dengan
pede-nya In Ha menulis kalau dia ingin menjadi seorang pengacara.
“Bagaimana mungkin Penyihir Blak-blakan sepertimu yang
bahkan tidak bisa berbohong, bisa menjadi pengacara?” tanya teman sebangku In
Ha.
“Kenapa tidak? Kenapa pengacara harus berbohong?” jawab In
Ha.
“Ada banyak kesalahan dalam logika itu. pikirkan Pinocchio
sepertimu, yang tidak bisa bohong dalam membela tersangka pembunuh. “ ucap Dal
Po ikut bicara.
“Itu bisa.” Jawab In Ha ragu dan kemudian membayangkan
dirinya sebagai pengacara. Disaat dia mengatakan kejahatan si pembunuh. Si pembunuh marah dan langsung berlari kearah
In Ha dan mencekiknya.
Membayangkan semua itu, In Ha pun langsung menghapus tulisan
pengacara yang sudah dia tuliskan pada formulirnya.
“Pengacara sepertimu akan dibunuh oleh terdakwa sendiri saat
kau mencoba untuk membelanya.” Ucap Dal Po saat melihat In Ha menghapus
tulisannya. Chan Soo kemudian memberi saran agar In Ha menjadi artis karena In
Ha cantik. Dibilang cantik, In Ha pun langsung menulis formulir itu dengan
tulisan artis.
“Bagaimana kau bisa jadi artis, jika kau tak bisa
berbohong?” tanya teman sebangku In Ha.
“Tidak mungkin. Dia bahkan tidak bisa melakukan peran mudah
seperti menjadi mayat.” Tambah Dal Po.
“Aku bisa memainkan peran mayat!” teriak In Ha dengan yakin.
In Ha kemudian membayangkan dirinya sedang berperan menjadi orang yang sudah
meninggal dan digendong oleh si pemeran laki-laki. Semuanya berjalan lancar dan
saat kamera di zoom ke wajah In Ha, tiba2 In Ha cegukan. Sutradara tentu saja
kesal karena mereka sudah melakukan adegan itu berulang2 namun In Ha tak bisa
menghentikan cegukannya.
Membayangkan semua itu, In Ha lagi2 menghapus tulisannya.
Dal Po pun menyarankan agar In Ha melakukan pelayanan masyarakat saja dari pada
menjadi artis. Mendengar Dal Po selalu menjatuhkan cita2 yang ditulis In ha,
Chan Soo pun berusaha menyuport In Ha dengan mengatakan kalau dia pernah
membaca di koran, dimana dituliskan ada
lebih dari 20.000 jenis pekerjaan di Korea, jadi dia yakin akan ada satu yang
cocok untuk In Ha.
“Tidak mungkin. Apa kau tidak tahu kalau kurang dari 6 %
kemungkinan Pinokio bisa bekerja?” ucap Dal Po sambil membaca komiknya.
“Jangan dengarkan dia. Dia seperti itu karena dia belum tahu
akan jadi apa.” Ucap Chan Soo.
“Aku juga belum tahu. Aku iri pada angin ribut. Setidaknya
mereka tahu arah tujuannya.” Jawab In Ha dengan lemas.
Tepat disaat itu guru mereka datang dan semua murid langsung
kembali ke kursinya masing-masing. Pak Guru mengatakan kalau sekolah mereka
akan mengirim satu siswa untuk ikut
dalam “The Quiz Challenge Show” dan untuk menentukan siapa siswa yang akan
dikirm, sekolah akan melakukan tes dengan memberikan soal pada semua siswa.
Pemenang kuis ini akan mendapat hadiah sebesar 30 juta won.
Tentu saja mendengar hadiah sebesar itu, semua siswa jadi berniat mengikutinya.
“The Qiuz Challenge Show” adalah kuis bagi pelajar yang ditayangkan di TV
Nasional, jadi bagi siswa yang memiliki nilai tertinggi akan di kirim kesana
dan tampil di TV. Berbeda dengan siswa yang lainnya, Dal Po terlihat tak
tertarik pada kuis iitu.
Setelah pak guru pergi, teman sebangku In Ha berkata kalau
mereka tak perlu melakukan tes lagi karena dia yakin kalau Chan Soo lah yang
pasti mendapat nilai tertinggi dan dikirim mengikutii kuis.
Saat istirahat Chan Soo mengajak In Ha ketemua di tempat
parkir sepeda. Dia menunjukkan pada In Ha kalau dia sudah memasang bel di
sepeda yang dia berikan pada In Ha. Chan Soo lalu berkata kalau ada sesuatu
yang ingin dia sampaikan pada In Ha.
“Jika aku ikut serta dalam kuis, aku akan menyatakan cinta
padamu di TV.” Ucap Chan Soo.
“Apa?”
“Kau harus menjawab pengakuan cintaku, paham?”
“Chan Soo, aku.....”
“Tidak, tidak sekarang. Aku tidak mau mendengarnya sekarang.
Aku belum membuat pengakuan. Jawabannya nanti saja.” Potong Chan Soo sambil
menutup telinga dan pergi.
“Ibu, hari ini aku mendapatkan pengakuan cinta pertamaku.
Tapi sungguh aneh. Rasanya benar2 aneh. Rasanya seperti aku punya gangguan
pencernaan yang parah. Kupikir mendapatkan pengakuan cinta akan membuatmu gugup
atau semacamnya. Tapi sebaliknya, aku merasa nyaman seperti berada di hutan
pinus. Aku bahkan tidak merasakan apapun.” Cerita In Ha pada ibunya melalui
sms.
Dal Po keluar dari rumah untuk memberi makan anjingnya dan
dia melihat In Ha sedang berdiri terbalik di dinding. Melihat itu Dal Po
bertanya apa In Ha sedang mencemaskan sesuatu? dan In Ha pun mengiyakan.
“Dengan begini darah akan mengalir ke otakku dan membuatku
berpikir lebih jelas. Ini ada penjelasan medisnya, jadi jangan melihatku
seperti itu.” ucap In Ha dan Dal Po mengatakan kalau dia masih merasa aneh
melihat kebiasaan In Ha ini.
Jae Myung mengantarkan galon ke sebuah warnet. Saat dia akan
pergi dengan membawa galon yang kosong, dia melihat foto ayahnya dipajang
dengan judul buronan. Sambil menatap
foto ayahnya dengan tatapan sedih, Jae Myung bertanya pada penjaga warnet,
“tanggal berapa hari ini?” sipenjaga warnet menjawab kalau hari ini tanggal 25
September. Sebelum pergi Jae Myung mengambil gambar ayahnya itu.
Ditengah kegelapan kita melihat dua orang laki2 sedang
menelusuri jalan disekitar gedung yang terbakar 5 tahun lalu. Melihat banguan
tua itu, salah satu dari pria itu berkata kalau gedung itu 5 tahun lalu
terbakar namun orang2 tidak berani merubuhkannya karena takut hantunya
bergentayangan.
Tes untuk mengikuti kuis pun di laksanakan dan semuanya
sibuk mengerjakan soal yang dibagikan kecuali Dal Po. Dia malah memilih tidur
dan tidak menjawab soal. Namun tiba2 dia terbangun dan langsung menjawab semua
soal-soal itu.
Pak guru dibantu guru2 yang lain memeriksa jawaban semua
siswa. In Ha mendapat nilai 92 dan Chan Soo mendapat nilai 96. Semua guru
memuji kepandaian 2 siswa itu. Tiba2 terdengar suara pak guru yang tercengang
memeriksa jawaban Dal Po dan membuat guru-guru yang lain penasaran dan datang
mendekat. Pak Guru memberi nilai 100 karena semua jawaban Dal Po benar. Mereka
tentu saja tak bisa percaya karena selama ini Dal Po terkenal sebagai siswa
yang paling bodoh di sekolah.
Dengan tergesa-gesa Ji Hee masuk ke kelas dan memberitahu
teman-temannya kalau nilai tertinggi untuk tes ikut kuis adalah Dal Po. Tentu
saja mereka semua tak bisa mempercayainya karena yang mereka pikir akan ikut
kuis adalah Chan Soo. Chan Soo sendiri terlihat tak rela dengan berita itu, dia
tidak bisa menerima kekalahannya.
Adik kelas Chan Soo menemui Chan Soo dan bertanya apa yang akan dikirim ikut kuis adalah Dal
Po, bukan Chan Soo. Mereka semua beranggapan kalau Dal Po pasti berbuat curang
hingga bisa mengisi semua soal tes. Anggapan itu tidak dibantah oleh Chan Soo,
dia malah mendukung anggapan itu. Setelah pembicaraan itu, mulai tersebar
berita kalau Dal Po melakukan kecurangan saat menjawab soal tes itu. Berita
tersebar dari mulut kemulut hingga seisi sekolah mengetahuinya dan mereka
menganggap kalau berita itu benar. Keyakinan mereka semakin bertambah saat Chan
Soo berkata kalau Dal Po pasti sudah mencuri soal tes.
Apa yang Chan Soo katakan
tentang Dal Po yang mencuri soal tes langsung menyebar lagi dan menjadi
topik utama di sekolah. In Ha mendengar teman-temannya menuduh Dal Po berbuat
curang dan melihat Dal Po mulai diolok2. Namun dia hanya diam saja.
Dal Po membiarkan dirinya dikata-katai dan dia tidak marah
sedikitpun, tapi disaat dia mendengar salah satu siswa mengatakan kalau ayah
kandung Dal Po adalah seorang pembunuh. Dal Po tak bisa mengontrol emosinya dan
langsung mencengkram baju siswa itu dan menyurutkannya didinding.
“Katakan lagi... tadi kau bilang apa?” tanya Dal Po dengan
marah, namun siswa itu tidak mau mengulangi apa yang dia katakan tadi.
“Coba saja ulangi omong kosong itu lagi, kalau kau
melakukannya, aku akan memukul wajahmu.” Ancam Dal Po dan menjatuhkan siswa itu
ke lantai. Melihat sikap kasar Dal Po, siswa2 yang lain pun tambah
mengata-ngatainya.
Tanpa mencaritahu kebenarannya terlebih dahulu, pak guru
menyetrap Dal Po dan memukuli kepalanya dengan kertas. Dia menyuruh Dal Po
mengaku kalau dia sudah mencuri soal tes. Tentu saja Dal Po tak mau mengakuinya
karena dia memang tidak mencurinya. Di dalam kelas In Ha melihat Dal Po dengan
tatapan khawatir. Saat Dal Po melihat kearahnya, In Ha langsung menurunkan
pandangannya. Tiba2 In Ha cegukan dan tak mau berhenti.
Sampai disaat Chan Soo dikirim ke Seoul dan mengikuti kuis,
In Ha masih cegukan. Di kelas mereka semua menyaksikan penampilan Chan Soo. Semua teman
sekelas In Ha bersorak gembira saat melihat Chan Soo memenangkan kuis. Berbeda
dengan semua teman-temannya, In Ha merasa biasa saja.
Sebagai pemenang Chan Soo diberi kesempatan untuk mengatakan
sepatah dua patah kata. Apa yang dikatakan Chan Soo? Dia berkata, “Choi In
Ha.... aku benar2 menyukaimu.”
Tentu saja semua teman-teman In Ha dikelas langsung
menyoraki In Ha dan In Ha sendiri terlihat tak senang dengan pangkuan cinta
itu. in Ha malah terlihat khawatir pada Dal Po, dia melihat kursi Dal Po yang
kosonng.
Di kamar, In Ha lagi2 berdiri terbalik.
“Ibu... aku sudah cegukan selama 4 hari berturut-turut.
Sepertinya ini adalah rekor baru, aku sudah menahan napas, minum air satu teko,
dan aku bahkan membersihkan seluruh rumah, tapi aku belum bisa berhenti
cegukan. Rasanya mau mati. Kurasa aku tahu cara mengatasinya, tapi aku tidak
berani melakukannya. Ibu, apa yang harus kulakukan? Tidak ada yang mati karena
cegukan kan? ” SMS In Ha pada ibunya.
In Ha lalu teringat pada penghinaan semua teman-temannya
pada Dal Po. In Ha berkata pada dirinya untuk menahan semua itu karena dia
pasti bisa bertahan.
Dal Po dipanggil pak guru yang memintanya untuk menulis
surat permintaan maaf. Dal Po tidak mau karena dia memang tidak bersalah. Namun
pak guru tidak mau percaya dan terus saja menyalahkan Dal Po. Dal Po lalu
berkata kalau berita tentang dirinya itu tidak benar, semua itu hanyalah rumor.
“Rumor? Apa kau bisa membuktikannya?” tanya pak guru.
Mendengar pertanyaan pak guru itu membuat Dal Po teringat pada kejadian 5 tahun
yang lalu dimana ibu In Ha menyudutkan Dal Po dan kakaknya untuk membuktikan
kalau ayah mereka tidak bersalah.
“Kenapa aku.... yang harus membuktikannya?” tanya Dal Po.
Pak Guru menjawab kalau Dal Po harus membuktikannya karena Dal Po adalah subjek
dari rumor itu. Dal Po terlihat marah, namun dia menahannya. Dal Po melihat ke
arah Bu Yoon dan kemudian berbisik pada Pk Guru, “Saat aku keluar dari ruangan
ini.... aku akan menyebarkan rumor kalau kau dan Bu Yoon, saling menyukai dan
aku yang menyaksikannya sendiri.”
“Apa...apa yang kau katakan?” tanya pak guru terbata2. Bu
Yoon yang mendengar pembicaraan mereka jadi ikut bicara dan bertanya apa pak
guru benar2 menyukai dirinya.
Dal Po berdiri dan berkata, “Cobalah buktikan pada semua
orang kalau rumor itu tidak benar.”
“Kenapa harus aku?” tanya pak guru.
‘Karena kau adalah subjek rumor.” Jawab Dal Po membalikkan
kata2 pak guru. “Jika kau tidak bisa, maka kau harus menulis surat permintaan
maaf. Maksudku, surat pengunduran diri. “ ucap Dal Po dan pergi. Pak Guru hendak
mengejar Dal Po namun dihalangi oleh Bu Yoon yang bertanya dengan kesal pada pak guru apa dia mau merusak rencana
pernikahan dirinya.
Dal Po benar2 kesal dan emosi atas apa yang terjadi padanya,
namun dia tak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaiki semuanya. Saat akan
kembali ke kelas dimana teman2 sedang merayakan kemenangan Chan Soo, Dal Po
melihat In Ha dengan buru2 meminum air dari teko. Tapi ternyata In Ha tidak
meminum airnya, dia sengaja menyimpan semua air itu di mulutnya.
Dengan ekspresi kesal In Ha masuk ke dalam kelas dan
menyemburkan air yang dia minum tadi ke kue parayaan untuk Chan Soo. Tentu saja
semua terkejut dengan sikap In Ha. In Ha sendiri merasa lega karena cegukannya
sekarang sudah berhenti.
“In Ha, apa yang kau lakukan?” tanya Chan Soo.
“Choi In Ha! Apa kau sudah gila.” Teriak Ji Hee.
“Chan Soo-a... aku minta maaf, tapi aku tidak bisa menerima
cintamu. Dan kalian semua.... sebelum kalian makan, kalian harus minta maaf
pada Dal Po.” Ucap In Ha to the point.
“Konyol sekali. Kenapa kami harus minta maaf pada All-Zero?”tanya
Ji Hee dan In Ha menjawab karena Ji Hee yang sudah menyebarkan berita palsu
tanpa bukti apapun. In Ha yakin kalau mereka semua tidak punya bukti yang
membuktikan kalau Dal Po sudah mencuri soal tes.
“Bukti? Siswa terbodoh di sekolah mendapat nilai tertinggi
dalam semalam. Kau butuh bukti apa lagi?” jawab Chan Soo dan IN Ha berkata
kalau semua itu bukanlah bukti melainkan hanya dugaan saja. Chan Soo lalu
meminta In Ha untuk mengatakan juga dugaannya. Bukti dugaan jika Dal Po tidak
curang tapi menang dengan pengetahuannya sendiri.
“Baik. Bukan hanya dugaan, aku akan membawa bukti kuat. Tapi
jika aku membawa bukti, kau harus meminta maaf pada Dal Po. Dan kau juga harus
memberikan Dal Po setengah dari hadiahmu.” Ucap In Ha karena jika Dal Po
terbukti tidak curang, maka seharusnya dialah yang ikut kuis itu dan dialah
yang memenangkan kuis itu.
Chan Soo menerima taruhan In Ha dan sebagai hukuman jika In
Ha tidak berhasil membawa bukti itu, maka In Ha akan mendapatkan 10 kali tamparan
diwajahnya. Teman2 Chan Soo mengingatkan
Chan Soo kalai In Ha adalah seorang perempuan, jadi tak sepantasnya Chan Soo melakukan semua itu. namun Chan Soo
tidak peduli karena dia sudah sakit hati pada In Ha yang menolaknya dengan cara
yang terbilang kasar.
Dal Po yang sedaritadi melihat semua itu,hendak maju dan
menolong In Ha namun langkahnya terhenti saat mendengar In Ha berkata kalau dia
menerima hukuman Chan Soo itu jika dak tidak bisa membawa bukti. Mendengar Chan
Soo yang berani menerima taruhan itu demi Dal Po tambah membuat Chan Soo emosi
dan dengan kasar dia melempar bola basket yang hampir mengenai In Ha. In Ha langsung
terlihat ketakutan dan cegukan. Semua teman-temannya pun menertawainya.
“Apa kau takut dipukul?” tanya Ji Hee dan In Ha menjawab
tidak namun dia langsung cegukan lagi. Ditertawakan seperti itu oleh semua
teman sekelasnya,tentu saja membuat In Ha kesal dan memilih pergi.
Dal Po mengikuti In Ha dan mendengar In Ha berbicara
sendiri. In Ha takut kalau dia benar2 akan mendapat tamparan 10 kali
diwajahnya. Tapi In Ha langsung tak memperdulikannya dan memilih makan coklat.
Chan Soo melihat sepeda yang dia berikan pada In Ha. Chan
Soo benar2 kesal dan marah hingga dia menendang sepeda itu hingga membuat baut
rem sepeda itu lepas. Dal Po melihatnya dan dari jarak yang lumayan jauh, Dal
Po bisa melihat kalau baut rem sepeda itu lepas.
Tepat disaat itu, In Ha melintas didepannya. Dal Po hendak
memberitahu In ha tentang baut sepeda yang lepas. Tapi In Ha tidak memberikan Dal
Po waktu bicara, dia malah sibuk memberitahu Dal Po untuk tidak salah paham
atas apa yang dia lakukan. Tak mau berdebat dengan in Ha lagi dan karena In Ha
tak mau mendengarkannya juga, Dal Po pun tidak jadi memberitahu tentang baut
rem yang lepas itu. Dia membiarkan In Ha pergi.
“Jika matanya bagus, pasati dia bisa lihat kalau remnya
rusak.” Gumam Dal Po. Tapi sayang tebakan Dal Po salah, In Ha tidak melihatnya
dan diapun langsung mengendarainya
pulang. Apa yang akan terjadi pada In Ha ? tunggu jawabannya di sinopsis part
2.
Bersambung
Sinopsis Pinocchio episode 2 part 2