Saat membaca cerita drama yang berjudul “Remember” ini saya sudah tertarik untuk menulisnya. Awalnya saya berniat menulisnya sendri dan hanya menulis cerita singkatnya saja. Tapi kemarin malam saya diajakin sama mbak Putri untuk bergabung dengannya dan mbak Dee untuk menulis drama ini, saya pun langsung menerimanya. Dan saya mendapat bagian episode 2-nya, sedangkan untuk episode perdananya di tulis oleh Mbak Dee, so buat teman-teman yang belum membaca cerita episode perdana drama Remember ini, silahkan mampir ke blog-nya mbak Dee dari Link dibawah ini!
Remember: War of the Son Episode 2 Part 1
Pada episode 2, diawali dengan scene dimana Jung A yang berlari ketakutan di hutan. Dia seperti sedang dikejar-kejar oleh seseorang. Tiba-tiba Seo Jae Hyuk terbangun dari tidurnya, dia terlihat ketakutan. (Euuum... jadi Jae Hyuk tahu dengan kejadian saat Jung A di bunuh)
Jin Woo menemui ayahnya di penjara, dia sangat yakin ayahnya tidak bersalah. Dia juga yakin kalau pengacara yang akan membela Jae Hyuk nanti pasti bisa membelanya. Tepat disaat itu, pengacara yang dimaksudpun muncul. Dia bernama Song Jae Ik.
Jae Ik mengungkapkan kalau Jae Hyuk ini adalah kasus yang sulit, apalagi ada bukti dan juga surat pengakuan dari Jae Hyuk. Mendengar itu Jae Hyuk langsung menjawab kalau surat itu dibuatnya karena dipaksa. Namun Jae Ik mengatakan hal itu tak ada bedanya, yang pengadilan tahu hanya Jae Hyuk sudah mengakui kejahatannya. Dan sepertinya Jae Ik tak ada niat membela Jae Hyuk, karena dia malah menyuruh Jae Hyuk mengaku di pengadilan agar mereka bisa mengajukan disposisi dan masa hukuman akan berkurang setahun. Tentu saja Jae Hyuk tidak mau melakukannya.
Melihat Jae Ik seperti tak mempercayai ayahnya, Jin Woo pun jadi tak tahan lagi, diapun langsung ikut bicara. Dia menanyakan kenapa Jae Ik tidak percaya pada ayahnya, padahal dia yang akan membelanya di pengadilan. Kalau Jae Ik terus tak percaya, orang2 di pengadilan pun pasti akan merasakan hal yang sama. Mendengar kata2 itu Jae Ik pun langsung mengatakan kalau dia percaya pada Jae Hyuk, namun ekspresi Jae Ik saat mengatakan hal itu sangat meremehkan Jin Woo dan ayahnya.
Lee In A dan Nam Yeo Kyung berpapasan saat hendak masuk ke dalam gedung pengadilan. Saat ditanya alasan kenapa Yeo Kyung datang ke pengadilan, dia menjawab kalau dia datang untuk menjadi juri dan dia merasa tugas sebagai juri sangat menyenangkan. Karena baginya persidangan hanya sebuah permainan yang mana akan ada yang kalah dan yang menang.
(Oh, ternyata itu adalah scene sebelum Jin Woo di lempari telur )
In A melihat Jin Woo dan langsung menghampirinya. Dia mencoba menyapa Jin Woo, namun tak di tanggapi karena Jin Woo sedang fokus melihat kedatangan ayahnya ke gedung pengadilan. Di depan gedung pengadilan juga sudah banyak orang berdemo, mereka meminta agat Jae Hyuk di hukum seberat-beratnya. In A pun akhirnya tahu kalau Jae Hyuk adalah ayah Jin Woo.
Setelah Jae Hyuk dibawa masuk ke gedung pengadilan, seorang pendemo melihat Jin Woo dan berteriak memberitahu teman-temannya, kalau Jin Woo adalah anak pembunuh. Mendengar itu, para pendemopun langsung menyerang Jin Woo yang masih terdiam kaku melihat ayahnya jadi terdakwa. Untungnya ada polisi yang menjauhkan pendemo dari Jin Woo, mengira In A adalah salah satu pendemo, diapun ikut di masukkan ke dalam rombongan pendemo. Tak bisa menghajar Jin Woo, para pendemo tak kehabisan akal, mereka melempari Jin Woo dengan telur sebagai tanda kemarahan mereka pada kejahatan ayah Jin Woo.
Karena masih melihat ke arah ayahnya, Jin Woo pun membiarkan dirinya dilempari telur, dia tak melawan dan tak mengucapkan sepatah katapun. In A terlihat simpati melihat Jin Woo diperlakukan seperti itu, dia juga melihat kalung yang terdapat cincin milik Jin Woo yang terjatuh.
Park Dong Ho sedang berada di dalam toilet dan mendengar Jae Ik sedang muntah-muntah. Jae Ik mengenal Dong Ho karena Dong Ho adalah pengacara seniornya. Dong Ho bertanya kasus apa yang akan di bela Jae Ik, sampai2 Jae Ik minum sampai membuatnya seperti itu pagi ini. Jae Ik memjawab kalau dia akan menghadapi sidang pembunuhan Jung A, yang mana akan menghadirkan juri pengadilan. Dia pun mengaku kalau dia menjadi pembela Jae Hyuk karena atasannya yang meminta, sebenarnya dia sendiri tak mau membela Jae Hyuk yang dinilainya memang bersalah. Tanpa keduanya sadari, Jin Woo mendengar percakapan itu. Mendengar itu tentu saja membuat Jin Woo sedih dan memutuskan pergi.
Dong Ho kemudian bertanya siapa yang akan Jae Ik lawan, maksudnya adalah jaksa persidangan itu. Jae Ik menjawab kalau jaksanya adalah Jaksa Hong Moo Suk. Mendengar itu, Dong Ho pun memberitahu Jae Ik kalau Moo Suk adalah jaksa yang berlidah tajam, menurutnya Moo Suk suka sekali membuat novel yang dramatis di dalam persidangan. Dia bahkan bisa memainkan hati juri pengadilan. Saat ditanya kenapa Jae Ik ingin dihadirkan juri pengadilan, diapun menjawab kalau hal itu adalah keinginan terdakwa. Dong Ho menanggapi kalau pemanggilan juri pengadilan hanya akan sia-sia bagi terdakwa karena tak akan ada diantara mereka yang menganggap Jae Hyuk tidak bersalah.
Karena mengira ada hal lain yang mengganggu pikiran Jae Ik selain perasaan gugup, Dong Ho pun bertanya. Namun sebelum dijawab oleh Jae Ik, kita sudah dialihkan pada ruang. Jaksa Hong Moo Suk terlihat santai dan tersenyum ke arah Tae Ik, namun Tae Ik malah jadi tambah panas dingin melihatnya. Euum... sepertinya ada sesuatu nih antara mereka.
Setelah semuanya siap di tempatnya masing-masing, Jae Hyuk dibawa masuk dan kemudian Hakim pengadilan masuk juga ke ruang persidangan. Karena sidang hari itu adalah sidang juri pengadilan, jadi untuk permulaan hakim meminta ketua juri pengadilan untuk membacakan sumpah sebagai juri pengadilan. Dan yang menjadi juri pengadilan adalah Nam Yeo Kyung.
Setelah Yeo Kyung membacakan sumpahnya, sekarang giliran Moo Suk sebagai jaksa penuntut yang membacakan tuntutannya terhadap Jae Hyuk. Dalam tuntutannya, dia menuduh Jae Hyuk telah memperkosa dan membunuh Jung A. Kemudian giliran Jae Ik yang bertugas menyangkal semua tuntutan Moo Suk, namun sayang dia tak bisa menjadi pembela yang benar, untuk mengatakan penyangkalannya saja dia sampai terbata-bata. Ucapan Jae Ik yang terbata-bata membuat semua orang tertawa mendengarnya. Dong Ho juga datang ke persidangan itu, alasan dia datang karena ingin melihat kegugupan Tae Ik.
Moo Suk kemudian menjelaskan kasus pembunuhan tersebut, yang mana Jung A sudah dibunuh setelah diperkosa, namun penyelidik tidak menemukan sperma pada Jung A, karena si pelakukan menggunakan alat kontrasepsi. Mendengar cerita pembunuhan yang dikatakan Moo Suk, Dong Ho pun bergumam kalau Moo Suk bukannya menunjukkan bukti, dia malah bercerita dongeng di depan sana.
Ayah Jung A yang percaya pada cerita Moo Suk, tentu saja merasa terpukul dan sangat kecewa pada Jae Hyuk.
Jae Ik kemudian melakukan pembelaan untuk kliennya, dia mengatakan dengan terbata-bata kalau kata2 Moo Suk hanyalah spekulasinya saja dan tak ada buktinya. Hakim setuju dengan Jae Ik, dia kemudian meminta Moo Suk mengumpulkan bukti dari ceritanya dan untuk sementara persidangan di istirahatkan.
Saat istirahat Jae Ik bersama Dong Ho dan dia mengaku pada Dong Ho kalau dia memang selalu mengalami demam panggung, bahkan dokter mengatakan tak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Jadi dia hanya pasrah dalam menghadapi sidang itu. Dong Ho pun mengatakan kalau Jae Ik tak bisa mengatasi kegugupannya itu, dia akan membuat hidup orang lain dalam bahaya. Namun Jae Ik menjawab dia tak punya pilihan lain, tak ada hal lain yang bisa dia lakukan.
Jin Woo masih berada di tempat duduknya, dia menangis. In A menghampirinya dan memberikan kalung dan cincin milik Jin Woo yang terjatuh.
Persidangan kembali di mulai dan Moo Suk bertanya pada Jae Hyuk. Tak mau membingungkan semua orang dan memang karena dia ingin membuat Jae Hyuk bersalah, Moo Suk menyuruhnya untuk hanya menjawab iya dan tidak. Moo Suk bertanya tentang penemuan mayat Jung A yang memang benar Jae Hyuk yang menemukan pertama kali. Dia kemudian bertanya tentang Jae Hyuk yang mengatakan lupa saat polisi menginterogasinya pertama kali. Dan saat Moo Suk bertanya apa yang Jae Hyuk lakukan saat Jung A hilang, Jae hyuk pun kembali mengingat saat dia mendapati dirinya di dalam hutan dan menelpon Jin Woo. Saat itu dia tak tahu kenapa dia berada di dalam hutan dan bagaimana dia bisa sampai kesana.
Moo Suk kembali mengulangi pertanyaannya karena Jae Hyuk tak menjawab, kemana Jae Hyuk saat Jung A hilang. Dong Ho yang masih di ruangannya itu bergumam kalau Jae Hyuk seharusnya berbohong dengan mengatakan kalau dia mengingatnya, namun sayang yang keluar dari mulut Jae Hyuk adalah, “dia tidak ingat.” Pernyataan tidak ingat itu, membuat Moo Suk lebih mudah menyudutkan Jae Hyuk, karena Jae Hyuk tidak punya alibi saat Jung A menghilang.
Ayah Jung A yang sedari tadi memang sudah terpacing emosi, langsung keluar dari bangku pengunjung dan mendekati Jae Hyuk. Dia mengarahkan benda tajam ke leher Jae Hyuk. Dia benar2 marah pada Jae Hyuk karena sudah membunuh putrinya.
Ayah Jung A menusuk leher Jae Hyuk dan memaksa hakim cepat mengambil keputusan. (senjata yang digunakan seperti cutter, namun pisaunya pendek).
Tiba2 seseorang menarik tangan ayah Jung A, ternyata dia adalah Dong Ho. Dong Ho bisa mengunci tubuh ayah Jung A, agar tidak bisa bergerak dan melakukan sesuatu pada Jae Hyuk lagi.
Melihat Dong Ho, Jin Woo langsung teringat kalau dia pernah melihat Dong Ho di rumah abu. Saat itu dia sedang mendatangi abu kakak dan ibunya dan di sampingnya berdiri ada Dong Ho yang sepertinya juga sedang melihat abu keluarganya. Saat itu ekpresi Dong Ho terlihat sedih.
Setelah berhasil melumpuhkan ayah Jung A, Dong Ho kemudian mengeluarkan kartu namanya dan menawari ayah Jung A agar memanggilnya karena menurutnya ayah Jung A pasti tak akan lama lagi membutuhkan pengacara atas kesalahan yang dia lakukan tadi.
Melihat ayahnya diperlakukan seperti itu dan tak ada yang percaya padanya, membuat hati Jin Woo sakit dan menangis.
Jae Hyuk dibawa kembali ke penjara dan saat akan menaiki bis, Jin Woo mengejarnya dan bertanya tentang keadaan ayahnya. Sang ayah menjawab tidak apa2, dia malah mengingatkan Jin Woo kalau hari ini, dia harus mendatangi abu ibu dan kakaknya yang bernama Young Hoo. Sepertinya hari itu adalah hari kematian ibu dan kakak Jin Woo. Jae Hyuk juga memberitahu Jin Woo kalau dia sudah menyiapkan jas yang harus dipakai Jin Woo ketika akan mengunjungi ibunya.
Jae Hyuk sudah masuk ke dalam bis tahanan dan dibawa pergi. Jin Woo yang tak rela ayahnya pergi, terus mengejar bisnya.
In A baru saja keluar dari gedung dan dia terlihat simpati pada Jin Woo. Yeo Kyung menghampirinya dan mengajak In A taruhan. Yeo Kyung bertaruh kalau Jae Hyuk adalah pembunuhnya berdasarkan semua bukti yang ada.
“Aku tak punya niat untuk taruhan. Dan juga, Nam Yeo Kyung, jika kau belum mendengar pembelaan terdakwa dan memutuskan seenaknya, kau sama sekali tak pantas menjadi pengacara. Bahkan seorang pembunuh juga, memiliki hak untuk mendapatkan pengadilan yang adil.” Ucap In A.
“Ya, yang kau katakan ada benarnya juga. Karena itulah kasus ini menjadi sangat menarik. “ jawab Yeo Kyung dengan santai dan kemudian langsung masuk ke mobilnya.
Jin Woo melihat kartu nama milik Park Dong Ho dimana disana tertulis kalau presentase kemenangan kasus yang Dong Ho tangani adalah 100 %. Masih tak percaya pada yang dia baca, Jin Woo pun mencari beritanya di internet dan ternyata kabar tentang kemenangan Park Dong Ho dalam menangani masalah, memang benar.
Tanpa keduanya sadari, In A dan Jin Woo menaki bis yang sama. Dari dalam bis, Jin Woo melihat tentang berita ayahnya dari layar besar yang dipasang di atas gedung. Tentu saja hal itu membuatnya sedih.
Di bangku belakang, In A juga sedang melihat berita yang berhubungan dengan berita ayah Jin Woo. Dia melihat artikel tentang ayah Jung Ah yang dibawa dengan mobil polisi. Pandangan In A kemudian terarah pada Jin Woo, walau hanya melihat dari belakang, In A bisa tahu kalau orang yang duduk di bangku depan adalah Jin Woo.
Semua penumpang mulai turun dan yang ada di dalam bis tinggal Jin Woo dan In A. In A kemudian menghampiri Jin Woo dan dia duduk di samping Jin Woo yang masih terlihat sedih, In A memberikan sapu tangannya pada Jin Woo. Sebelum In A bicara Jin Woo langsung berkata kalau dia tak butuh rasa kasihan dari In A. Walaupun Jin Woo tak mau di hibur, In A tetap mengatakan apa yang ada di pikirannya. Dia mengatakan kalau ayahnya bilang Jae Hyuk bukanlah orang yang jahat, mendengar pernyataan itu Jin Woo mulai mau melihat ke arah In A.
“Ini baru awalnya. Belum ada keputusan apa-apa.” Tambah In A dan Jin Woo kembali menangis. In A kembali memberikan sapu tanganya yang sebelumnya dia letakkan di paha Jin Woo, kali ini Jin Woo mau menerima sapu tangan In A.
In A dan Jin Woo keluar dari bis bersama-sama. In A pun memberitahu Jin Woo kalau toko pizza yang ada di ujung jalan adalah toko milik keluarganya. Dan jika Jin Woo ingin memesan pizza, maka dia sendiri yang akan mengirimnya, selain itu In A juga akan memberikan pizza spesial dengan tambahan topping keju untuk Jin Woo. Karena ingatan Jin Woo sangat bagus, maka In A menyebutkan nomor telepon tokonya dengan lisan saja.
Jin Woo hendak berjalan pergi dan dia berhenti sejenak saat In A menyuruhnya untuk menegapkan badannya. Dia bahkan menawari Jin Woo untuk makan pizaa, karena In A bisa menebak kalau Jin Woo pasti belum makan. Jin Woo kemudian berbalik lagi ke arah In A dan mengeluh karena In A selalu memanggilnya dengan sebutan “bocah”.
“Aku punya nama, Seo Jin Woo.” Ucapnya dan melanjutkan jalannya.
“Oke, Seo Jin Woo. Teruslah berdoa karena kebenaran bisa mengalahkan kenyataan.” Gumam In A sambil melihat Jin Woo berjalan pergi.
Nam Gyoo Man sedang berada di ruangannya, dia menonton berita tentang ayah Jung Ah yang melakukan tindakan kekerasan di persidangan Seo Jae Hyuk. Dia kemudian mendapat telepon dari seseorang yang mengajaknya ketemuan.
Dengan ditemani Soo Bum, Gyoo Man pergi menemui orang yang menelponnya. Tanpa Gyoo Man sadari, Dong Ho membuntuti mobilnya.
Di mobil Dong Ho mendapat telepon dari kliennya yang bertanya apa Dong Ho sudah menemui Gyoo Man. Dong Ho menjawab kalau dia sebentar lagi akan bertemu dengan Dong Ho dan dia juga menyuruh kliennya bersiap2 untuk menghadapi persidangan.
Gyoo Man menemui orang yang mengajaknya ketemuan dia atas gedung yang sedang dalam proses pembangunan. Dia datang dengan membawa Soo Bum dan beberapa bodyguardnya.
Karena ingin membahas tentang pesta malam itu bersama Gyoo Man, temannya itu meminta semua anak buah Gyoo Man pergi. Gyoo Man pun menurutinya. Saat hanya tinggal berdua, temannya itu membahas tentang Jung A yang menjadi penyanyi mereka malam itu dan hari dia meninggal tepat di malam mereka mengadakan pesta.
“Tapi.... bukan kau kan yang membunuhnya?” tanya temannya dan Gyoo Man hanya menatapnya dengan tatapan tak senang. Tepat disaat itu Dong Ho muncul menghampiri mereka berdua. Dong Ho kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar Gyoo Man. Tak senang Dong Ho mengambil gambar dirinya, Gyoo Man langsung meminta ponselnya.
Namun Dong Ho tak langsung memberiknya, dia malah mengeluarkan kartu namanya dan memperkenalkan diri kalau dia adalah seorang pengacara dan mulai kemarin dia adalah pengacara dari Seok Joo Il ( klien yang baru menelponnya tadi ).
Mengetahui kalau Dong Ho adalah pengacara dari orang yang dia benci, Gyoo Man pun langsung emosi dan menyuruh Soo Bum mengusir Dong Ho. Tentu saja Dong Ho tak mau diseret keluar begitu saja, dia mengatakan kalau Gyoo Man pasti menyesal jika tidak mengetahui isi ponsel miliknya itu. Gyoo Man kena pancing, dia pun ingin menngetahui isi ponsel itu.
Dong Ho dilepaskan dan dibiarkan menghampiri Gyoo Man lagi. Dengan ekspresi emosi, Gyoo Man mengatakan kalau nasip hidup Dong Ho tergantung pada isi ponselnya. Bukannya takut dan langsung menyerahkan ponselnya, Dong Ho malah cengar cengir dan itu membuat Gyoo Man bertanya apa Dong Ho baru mengkonsumi narkoba sehingga dia bertingkah seperti itu.
“Kau sendirilah yang belum mengkonsumi narkobamu itu.” ucap Dong Ho.
“Apa?”
“Malam itu, kau dan klienku memiliki sedikit konflik, kau dan teman malam itu minum metadon. Aku sudah tahu semuanya. Mungkin, karena kau sudah terlalu lama tinggal di Eropa, kau pasti lupa. Karena jika kau mengkonsumsi metadon, kau bisa mendapat hukuman 5 tahun penjara. Kau belum wamil kan? Sebaliknya kau cepat ikut dan lakukan rehabilitasi disana.” Ucap Dong Ho.
“Apa kau sedang mengancamku?” tanya Gyoo Man dengan nada tak senang.
Kita beralih pada In A yang baru sampai toko keluarganya. Kedatangannya langsung disambut pelukan oleh adik perempuannya. Setelah adiknya kembali mengerjakan PR-nya. Kedua orang tuanya langsung membahas tentang ayah Jung Ah yang menyerang Jae Hyuk. Mereka berdua kasihan pada ayah Jung Ah, karena kematian Jung Ah benar2 tragis. Ibu In A kemudian bertanya pendapat In A mengenai kasus Jae Hyuk, dia bertanya apa menurut In A, Jae Hyuk benar2 yang membunuh Jung Ah. In A menjawab tidak tahu karena dia belum mengerti kasus tersebut.
Ibu In A kemudian menambahkan kalau para tetangga sudah beranggapan Jae Hyuk lah yang membunuh Jung Ah. Dan yang membuat mereka semua khawatir adalah akibat kasus itu bisa membuat harga tanah mereka turun di pasaran. Ayah In A langsung berkomentar kalau para tetangga Jae Hyuk sangat tega, mereka sudah menghukumi sendiri padahal hakim saja belum memberikan keputusan.
Kita kembali ke tempat Gyoo Man dan Dong Ho. Dong Ho mengatakan kalau Gyoo Man akan hancur jika dia menemukan satu saja cctv yang merekam konflik antara Gyoo Man dan kliennya. Dong Ho juga membahas tentang Gyoo Man yang mengadakan pesta di villa Seochon-nya. Mengetahui kalau Dong Ho sudah tahu banyak tentang dirinya dan kesalahannya, Gyoo Man pun terpancing emosi dan langsung memukuli Dong Ho. Dia memukulinya tanpa ampun dan Dong Ho hanya membiarkan Gyoo Man memukulinya tanpa memberikan perlawanan.
Setelah puas memukuli, Gyoo Man kemudian mengambil ponsel Dong Ho dan mencari rekaman cctv yang Dong Ho katakan, namun di ponselnya itu tak ada satupun rekaman cctv karena memang Dong Ho tidak punya bukti apa2 mengenai Gyoo Man. Merasa dibohongi, emosi Gyoo Man semakin menjadi-jadi, tanpa ragu dia menyeret Dong Ho dan mendorongnya ke pinggir atap gedung. Dia mengancam akan menjatuhkan Dong Ho dari atas sana dan tak akan ada yang tahu kalau Gyoo Man lah yang melakukannya.
“Sepertinya kau sudah berpengalaman dalam membunuh orang iyakan?” ucap Dong Ho tanpa rasa takut sedikitpun. Mendengar itu Gyoo Man semakin emosi dan hendak mendorong Dong Ho dari sana.
Bersambung....
Yang penasasaran pada kelanjutan drama ini, tunggu part duanya ya ^^
2 komentar
bak lilik motongnya pas bgt.......
Balashehhehe... iya dong... sengaja... :) biar pada penasaran...
Balas