Sinopsis Legend Of Witch episode 6 part 3. Part sebelumnya berakhir dengan
kemarahan Aeng Ran karena Joo Ran sudah menggagalkan perjodohan Do Jin dengan
putri dari pemilik Hanseo Retail. Joo Ran menggagalkannya dengan cara
membeberkan cerita Mi O pada istri pemilik Hanseo Retail. Euuum... keluarga ini
tidak akan pernah damai sepertinya. Hehehe... mau tau kelanjutannya? Yuk kita
lanjut sinopsisnya.
Sinopsis Legend Of Witch episode 6 part 3
Setelah marah2 pada Joo Ran, Aeng Ran masuk kekamar dan
langsung menelpon seseorang, dia meminta orang itu untuk segera mencaritahu
informasi yang dia minta. Di ruangan kerjanya, Do Jin terus melihat surat
perjanjian yang Mi O buat, dimana dalam surat itu Mi O berjanji akan menyerahkan
bayinya dan menerima uang satu juta dolar sebagai kompensasi untuk pergi
belajar ke luar negeri.
“bagaimana dia bisa meninggalkan aku dan anaknya hanya untuk
uang satu juta?” ucap Do Jin kesal. Ternyata selama ini, Do Jin tidak tahu
kalau Mi O dipenjara dan sudah kehilangan ayahnya juga.
Kita beralih pada Mi O yang sedang menabutkan abu ayahnya di
sungai. Disana dia sendirian dan menangis. “Selamat tinggal, ayah... dalam
kehidupan berikutnya... jangan punya anak perempuan sepertiku. Milikilah seorang
putri yang manis dan baik dan hiduplah dengan bahagia.
Setelah menyelesaikan pemakaman ayahnya, Mi O pulang kembali
ke sel bersama anaknya. Di dalam kamar sel, dia langsung disuguhi makanan yang
sengaja teman-temannya simpan untuk dia. Melihat begitu perhatiannya
teman-temanya pada dirinya, membuat Mi O terharu sampai menitikkan air mata.
Woo Seok sedang menyiapkan tempat tidur untuk Tuan Park. Tepat
disaat dia akan keluar kamar, tak sengaja dia melihat kotak paket yang Bok Nyeo
kirim untuk Tuan Park. Penasaran, Woo Seok pun melihat isinya yang ternyata
sebuah rompi rajut. Dia juga melihat pengirim paket tersebut dan membaca nama
Shim Bok Nyeo disana. Setelah mengingat-ingat, Woo Seok akhirnya tahu kalau
pacar Tuan Park adalah Bok Nyeo, salah satu narapidana yang belajar memasak di
kelas masaknya.
Tak lama kemudian Tuan Park muncul dan tanpa basa basi Woo
Seok langsung menanyakan tentang paket tersebut. Tuan Park menjawab kalau itu
hadiah yang dia dapatkan, tapi karena dia merasa hadiah itu terlalu berharga
untuk dipakai, jadi dia meletakkannya kembali ke dalam kotak.
Woo Seok terlihat marah dan tak suka mengetahui ayah
mertuanya berhubungan dengan seorang narapidana. Dia bahkan menyebutnya dengan
sebutan wanita seperti ini.
“Seorang wanita seperti ini? Apa ada yang salah dengan Bok
Nyeo? Jangan berprasangka buruk padanya karena dia dipenjara. Bok Nyeo adalah
orang yang paling baik. Wanita yang tidak bersalah dan tanpa cacat yang pernah
saya lihat di dunia ini.” Jawab Tuan Park dan Woo Seok pun sudah tak bisa
berkata2 lagi.
Bok Nyeo dan teman-temannya sedang berkumpul untuk
mendengarkan cerita dari Mi O tentang ayahnya. Mi O bercerita kalau ayahnya
sudah menderita sakit hati sirosis sejak lama, ayahnya juga punya gagal ginjal.
Mi O juga berpikir, kalau ayahnya pasti banyak minum alkohol karena dirinya.
“Ah, aku terlalu tertekan untuk tidak minum alkohol.” Ucap Poong
Reum yang kemudian langsung beranjak dan mengambil minuman yang sudah dia buat
dari jus jeruk dengan potongan buah-buahan dan rempah-rempah roti. Seperti minuman gas lainnya, botol minuman
yang Poong Reum buat juga mengeluarkan suara gas saat dibuka.
Tentu saja manager Kim mendengarnya dan datang. Dengan cepat
Poong Reum langsung tengkurap dan berakting sedang kesakitan. Saat manager Kim
bertanya suara apa itu, Poong reum menjawab kalau dia sedang sakit perut dan
terus-terusan ke toilet. Untungnya, manager Kim percaya dan meninggalkan mereka
tanpa memeriksa lebih lanjut ke dalam kamar.
Setelah manager Kim pergi, Poong Reum langsung menuangkan
minumannya ke dalam gelas masing-masing. Mereka pun minum bersama sambil
mendengarkan curhatan Mi O tentang dirinya.
“Aku pikir,aku benar2 orang jahat. Setelah melakukan
pemakaman, aku sangat khawatir pada Kang Ddang melebihi kekhawatiranku pada ayahku.”
Ucap Mi O dan Poong Reum langsung bertanya apa Mi O tak punya kerabat yang bisa
mengurus Kang Ddang. Mi O hanya diam tak bisa menjawab.
“Kau akan memiliki orang2 seperti itu, ketika kau memiliki
uang dan kesehatan. Setelah kau menjadimantan narapidana, kerabat dan teman-teman
akan menghilang sekaligus.” Ucap Bok Nyeo.
“Lalu apa yang harus kita lakukan?Apa Kang Ddang akan di
kirim ke panti asuhan?” tanya Poong Reum. Mendengar anaknya akan di bawa ke
panti asuhan langsung membuat Mi O menangis dan berkata kalau dia lebih baik
mati daripada membiarkan Kang Ddang dibawa ke panti asuhan. Karena dia tak bisa
hidup tanpa Kang Ddang.
Saat rapat di ruangan Tae San, Joo Hee mengutarakan idenya
tentang mengajak narapidana untuk menjadi tenaga kerja mereka di pabrik roti.
Selain dapat meningkatkan citra perusahaan yang perduli pada kesejahteraan
orang lain, mereka juga akan mendapatkan tenaga kerja yang murah. Ide Joo Hee
langsung disetujui oleh Tae San.
Kita kembali ke lapas dimana Poong Reum yang terburu-buru
menemui Bok Nyeo dan Soo In untuk memberitahu kalau Kang Ddang akan segera
dibawa ke panti asuhan. Tepat disaat itu, Woo Seok datang untuk mengajar mereka
kembali. Saat mengabsen, Woo Seok menatap
sejenak pada Soo In dan saat mengabsen Bok Nyeo, dia langsung teringat pada
kata2 tuan Park tentang Bok Nyeo. Melihat Woo Seok terus menatapnya, Bok Nyeo
pun bertanya apa ada sesuatu diwajahnya.
“Tidak, nevermind.” Jawab Woo Seok dan melanjutkan
mengabsennya.
Belajar memasak pun dimulai. Mereka semua mengerjakan apa
yang ditugaskan pada mereka dengan baik,kecuali Young Ok. Dia malah memakani
telur-telur yang harusnya digunakan untuk membuat kue. Woo Seok kemudian
mengecek apa yang Soo In lakukan, karena Soo In tak bisa melakukannya dengan
cara yang benar, jadi Woo Seok pun mengajarinya
sambil memeluknya dari belakang.
Roti yang mereka
buatpun akhirnya matang. Karena tak sabaran Young Ok langsung memakannya,
alhasil diapun kepanasan. Semua orang tertawa dibuatnya. Saat menutup kelas,
Woo Seok memperingatkan Young Ok untuk tidak makan bahan-bahannya lagi kalau
tidak Young Ok harus mengganti rugi semuanya. Tepat disaat itu, inspektur masuk
ke dalam ruangan dan mengumumkan kalau perusahaan Shinhwa mengajak mereka
bekerja sama. Jadi, pihak lapas akan mengirim beberapa narapidana untuk
membantu pembuatan kue.
Mendengar pengumuman itu, Woo Seok langsung melihat ke arah
Soo In yang menunduk. Diantara narapidana yang lain, hanya Soo In yang tidak
bersemangat saat mendengar penghargaan untuk keikutsertaan dalam acara ini
adalah pemotongan masa tahanan.
Tae San dan rombongan pun pergi ke pabrik pembuatan roti
untuk bertemu dengan para narapidana yang membantu mereka dalam membuat roti. Tae
San kemudian menyadari kalau Aeng ran sedang dalam kondisi mood yang tak bagus,
dan bertanya kenapa. Aeng Ran menjawab kalau tekanan darahnya naik gara2 apa
yang terjadi pada Do Jin. Untuk menghibur Aeng Ran, tae San pun mengatakan
kalau dia akan mengajak Aeng Ran jalan2 setelah kunjungannya ke pabrik.
Soo In dan rombongan sudah sampai ke pabrik. Poong Reum
bertanya kenapa Soo In tetap ingin bergabung dengan mereka, padahal sebelumnya
Soo In menolak ikut. Soo In menjawab kalau salah satu dari mereka harus ada
yang keluar penjara, agar bisa mengurus Kang Ddang.
“Jika aku beruntung, aku bisa dilepaskan saat Natal karena pengampunan
khusus. Jadi jangan terlalu khawatir.” Ucap Bok Nyeo dan membuat semuanya lega.
Sebelum masuk ke ruangan pembuatan kue, semua narapidana di
sterilisasikan terlebih dahulu. Di luar kita melihat Tae San dan rombongan
sudah tiba. Mereka disambut oleh pengurus pabrik dan awal media. Tae San
kemudian dibawa berkeliling pabrik dan akhirnya dia sampai ke ruangan
dimana Soo In dan kawan-kawan sedang
mengecek kondisi roti.
Poong Reum melihat Wol Han, tak mau Wol Han nanti
melihatnya, Poong Reum pun langsung pergi ke toilet. Berbeda dengan Poong Reum
yang memilih bersembunyi, Soo In malah sengaja menemui Tae San dan rombongan. Dia
bahkan membuka masker dan penutup kepalanya saat berhadapan dengan Tae San. Semua
orang terkejut melihat Soo In. Karena sedang ada awak media yang mengikutinya,
Tae San pun berusaha bersikap ramah pada Soo In dengan menyebut kalau Soo In
adalah putri Shinhwa.
“Putri Shinhwa?” ucap Soo In dengan ekspresi marah. Tak mau
terjadi keributan, Aeng Ran hendak mengajak Tae San pergi, namun Soo In
mengalangi jalannya. “Anda sudah membuat orang yang tak bersalah masuk ke
penjara. Dan sekarang anda memanggilku putri shinhwa? Bagaimana bisa anda
mengataan hal itu sebagai manusia?ingatkah apa yang sudah anda lakukan padaku,
ayah!” ucap Soo In marah. Seorang polisi datang untuk menenangkan Soo In namun Soo In tak peduli,dia tetap melanjutkan
kata-katanya. “Apakah anda tak takut tuhan? Apakah anda tidak takut saat
bertemu dengan Do Hyun nanti? Bagaimana bisa anda melakukan hal itu padaku!”
“Itulah yang seharusnya aku beritahukan padamu. Untuk kepentingan
suamimu yang sudah meninggal, kau seharusnya tidak bertindak murahan dan
menjaga martabatmu.” Ucap Tae San dengan marah. Won Jae juga mendukung pendapat
Tae San dan menyalahkan Soo In.
“Anda bukan manusia!! Kalian semua monster!!!” teriak Soo
In.
“Beraninya kau bicara seperti itu padaku? Untuk seorang
wanita miskin sepertimu dan aku sudah menerimamu sebagai menantu selama 3 tahun,
seharusnya kau diam-diam saja. Beraninya kau mengeluh kepadaku seperti ini? Diamlah
dan bayar semua kesalahanmu.” Teriak Tae San.
Soo In sudah tak tahan lagi dan diapun lepas kontrol. Dengan
kemarahannya, Soo In melempari Tae San dengan roti-roti yang baru saja
dipanggang.
Bersambung
Sinopsis Legend or Witch ep 7