Sinopsis Misaeng episode 7 part 2. Pada part sebelumnya
diceritakan kalau Young Yi dan Geu Rae sama-sama memilih untuk lembur. Geu Rae
mengerjakan project baru tim-nya sedangkan Young Yi mendapat tugas dari Ketua
Departemen Keuangan. Apakah mereka berdua berhasil mengerjakan pekerjaan mereka
dengan baik? Yuk kita lanjut sinopsisnya...
Sinopsis Misaeng episode 7 part 2
Setelah mengobrol berdua diatap gedung, Young Yi dan Geu Rae
kembali ke meja mereka masing-masing. Saat berada di mejanya, Young Yi teringat
pada kata2 Geu Rae kalau mereka harus mencoba membuat semuanya terjadi apapun
caranya.
“Mencoba untuk... membuat semua itu terjadi?” gumam Young
Yi.
Keesokanharinya, Young Yi langsung menemui Kepala Departemen
Keuangan dan meminta maaf kalau dia belum melakukan apa yang Kepala Departemen
Keuangan minta. Tentu saja itu membuat Kepala Keuangan kecewa. Namun Young Yi
berkata walaupun dia tidak bisa menulis apa2, dia bisa menyadari beberapa hal.
“pertama, dalam kasus rencana bisnis, aku menyadari.... tergantung
pada pendirian tiap departemen, penafsiran dari rencana bisa bervariasi. Kata2
tim sales, ‘mungkin’dapat ditafsirkan sebagai ‘memerlukan analisa lebih lanjut’
oleh Tim Keuangan. Demikian pula, ‘reaksi positif’ dapat di tafsirkan sebagai
‘belum ada apa-apa yang diputuskan’. Belajar tentang mekanisme Tim Keuangan
yang mengeksekusi anggaran belanja perusahaan, adalah keuntungan terbesar
untukku. Secara dangkal estimasi penjualan yang terbayangkan di kepalaku,
diulang kembali dengan dasar yang lebih beralasan oleh Tim Keuangan. Selama
proses itu, rencana bisnis dikategorikan sebagai rencana yang layak atau
rencana yang tidak layak. Dan semua penilaian itu diklasifikasikan. Mulai
sekarang, aku tidak akan berpikir tentang apa yang salah dengan rencana itu,
tapi memikirkan tentang apa yang tidak memuaskan dalam rencana itu.” Jelas
Young Yi dan Kepala Departemen Keuangan senang mendengarnya, bahkan dia berkata
penjelasan Young Yi itu lebih baik daripada sebuah laporan. Dengan tersenyum
diapun berkata kalau Young Yi sudah bisa pergi dan untuk hukumannya, akan
dipikirkannya nanti.
Saat Young Yi hendak berjalan keluar, Kepala Keuangan
bertanya lagi tentang apa jurusan Young
Yi. Dengan cepat Young Yi menjawab kalau dia belajar politik ilmu pengetahuan
alam dan diplomasi.
“Cocok untukmu. Apakah kau belajar akutansi secara
terpisah?” tanya Kepala Keuangan dan Young Yi menjawab kalau dia sedang
mempelajarinya sekarang. “Bagus, pelajarilah dengan cepat. Karena akunting
adalah bahasa dari manajemen bisnis.” Tambahnya dan menyuruh Young Yi keluar.
Sepertinya Kepala Departemen Keuangan sudah mulai menyukai Young Yi.
Asisten Manager Kang meminta berkas excel yang dia minta dikerjakan
oleh Baek Ki, namun saat Asisten Manager Kang melihat berkat itu, dia langsung
memanggil Baek ki lagi dan bertanya apa Baek Ki sudah membuatnya dengan format
yang tidak diketahui sama sekali?
“Tidakkah kau belajat tentang 1 format Standart
Internasional selama di pelatihan kerja?” tanya Asisten Manager Kang.
“Jika kau mengkonfirmasi data lebih dulu, aku akan
mengkoresi formatnya nanti.” Jawab Baek Ki.
“Kita begitu sibuk sekarang, tapi apa yang kau coba lakukan?
Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan pekerjaan dengan caramu sendiri? Pak
Jang. Tidak tahukah kau perintahnya? Mengkonfirmasi data? Itu adalah hal dasar
yang dilakukan. Apakah kau mengatakan kalau aku harus bermain puzzle gambar
sekarang? Dan memasukkan data lebih dulu dan mengkoreksi formatnya nanti.
Perusahaan macam apa yang bekerja seperti itu. Apa kau ingin bekerja di perusahaan lain.” Ucap
Asisten Kang dengan kesal dan pergi. Baek Ki pun tak bisa berkata apa2 lagi dan
hanya berdiri mematung disana.
Kita beralih pada Dong Sik dan Geu Rae yang sedang menyampaikan
rencana bisnis mereka pada subkontraktor. Namun sayang rencana bisnis mereka
mendapat penolakan dari mereka karena masalah embargo. Di luar, Dong Sik
berkata kalau masalah dari rencana bisnis mereka adalah situasi di Iran.
Walaupun begitu dia tetap berharap kalau rencana bisnis itu akan berjalan
lancar karena manager mereka memandang rencana bisnis ini dengan pandanga
optimis.
“Tapi tetap saja, kita memerlukan rencana B bagaimanapun
kan?” ucap Dong Sik dan masuk ke dalam taksi karena dia harus bertemu dengan
pembeli.
Geu Rae membantu Sang Sik yang sedang sibuk memeriksa
kembali berkas-berkas mengenai rencana bisnis mereka sebelum dibawa pada Kepala
Departemen Im. Sebenarnya Sang Sik hendak membawa berkas-berkas itu tanpa
memeriksanya dengan lebih teliti lagi, namun Geu Rae berkata kalau Sang Sik
merasa tidak nyaman, tidak ada salahnya untuk mengulangi kembali pemeriksaan
berkas-berkas itu, untuk berjaga-jaga kalau ada yang salah. Karena ucapan Geu
Rae itu, Sang Sik pun mengulangi kembali pemeriksaannya dan sebelumnya dia
menelpon Kepala Departemen Im untuk memberinya waktu tambahan karena masih ada
yang harus diperiksa.
Semua berkas sudah diperiksa ulang dan ternyata tidak ada
yang salah. Merasa kalau dia sudah membuat Sang Sik membuang waktunya dengan
sia2, Geu Rae pun meminta maaf. Namun Sang Sik yang sekarang sangat berbeda
dengan sang Sik di awal episode, Sang Sik sekarang sudah mau mendengarkan Geu
Rae dan dia tidak menyalahkan Geu rae atas idenya itu.
“Tidak. Itu tidak apa2. Kau tahu hal apa yang paling
berbahaya di dalam bisnis? Menjadi kuda pacu, dengan hanya melihat ke depan dan
berlari. Kita bisa hancur saat melakukan itu. Kau menghentikanku pada waktu
yang tepat.” Ucap Sang Sik pada Geu Rae dan tepat disaat itu Dong Sik tiba2
dengan terburu2. Karena Dong Sik juga sudah kembali, sang Sik pun mengajak
kedua pegawainya itu untuk menghadap Kepala Departemen Im untuk melaporkan
rencana bisnis mereka.
Saat mereka akan pergi menemui Kepala Departemen Im, Geu Rae
menerima telepon dari makelar minyak Iran yang memberitahu kalau UNI Eropa
menyelesaikan embargo.
Setelah membaca rencana bisnis Sang Sik dan tim, Kelapa Departemen
Im berkata kalau SangSik harus mengantisipasi embargo Uni Eropa terhadap minyak
mentah Iran. Sang Sik menjawab iya dan dia juga tau kalau situasi itu akan
berjalan cukup lama.
“Kalau begitu, ini selesai, tutup kasus ini.” Ucap Kepala
Departemen In sambil menghempaskan proposal-nya. Namun Sang Sik masih
bersikeras kalau diamampu melakukan bisnis itu. Melihat kesungguhan Sang Sik,
Kepala Departemen Im pun duduk kembali ke kursinya dan meminta Sang Sik
menjelaskan tentang apa yang akan dia lakukan terhadap embargo jangka panjang
itu. Sebelum Sang Sik menjelaskan, seorang pria yang ada di depannya ikut
bicara dengan mengatakan kalau tidak ada cara lagi untuk mengimpor minyak
mentah Iran karena masalah embargo itu.
“Ini mungkin jika kita mengambil rute melalui Turki.” Jawab
Sang Sik. “Turki adalah negara yang berada tepat disebelah Iran dan itu adalah
sekutu jangka panjang kita dan tidak berada di Uni Eropa juga. Selain itu,
penting untuk memperbesar jumlah minyak mentah dari Iran, tidak akan mudah memutuskan
bergabung dengan embargo Uni Eropa. Kita dapat melakukannya sebagai impor tidak
langsung melalui perusahaan Turki. Tambahan pula, kita memiliki subkontraktor
Turki yang berhubungan bisnis jangka panjang dengan kita. Meskipun mungkin ada
beberapa komisi yang dibutuhkan, kita akan bisa memintanya dari pihak Iran.”
Jelas Sang Sik.
“Turki kau bilang....” gumam Kepala Departemen Im yang
kemudian bertanya pendapat Tim Managemen resiko. Dan mereka menjawab kalau
mereka setuju dengan ide Sang Sik, karena dalam kasus turki, mereka memiliki
cukup banyak infrastruktur.
Sembari menunggu kuputusan Direktur Eksekutif, Sang Sik
bersama tim-nya pergi ke kedai dan minum bersama. Melihat Dong Sik yang
terlihat tak tenang, Sang Sik pun bertanya kenapa. Karena Sang Sik sudah
bertanya, jadi Dong Sik mengungkapkan apa yang menjadi pikirannya.
“Apa Kepala Departemen akan baik2 saja dengan itu? Barang
dari Cina, dia benar2 menginginkan itu. Sang Sik tidak berkata apa2 dia hanya
mengeluarkan semua dokumen tentang rencana minyak mentah dari Iran dan
ponselnya.
“Apakah itu akan berakhir menjadi bahan referensi yang bagus
atau hanya akan menjadi sampah, kita akan segera mengetahuinya.” Ucap Sang Sik
dan mereka pun menjadi tegang karena menunggu ponsel Sang Sik berdering.
Tak lama kemudian ponsel Sang Sik berdering, dan yang
ditakutkan Dong Sik akhirnya benar2 terjadi. Renca bisnis mereka ditolak dan
mereka diperintahkan untuk mengimpor barang dari Cina saja. Setelah menutup
telepon, Sang Sik hendak membuang semua berkas itu ke tempat sampah, namun
langsung dicegah oleh Dong Sik. Dong Sik mengambil berkas itu dan menyuruh Geu
Rae untuk menyimpannya.
Dong Sik dan Geu Rae hendak pergi, namun Sang Sik
mencegahnya dan mengajak mereka minum dan makan daging bersama. Untuk melupakan
apa yang terjadi, Sang Sik minum banyak dan sampai dirumah dia kena semprot
istrinya.
Di rumah, Geu Rae membaca-baca kembali berkas tentang impor
minyak mentah tim-nya itu. Dalam agenda yang Sang Sik buat, semua-nya lengkap
mulai dari potongan artikel berita dan catatan yang dibuat secara terperinci.
Melihat agenda itu mengingatkan Geu rae pada apa yang dia lakukan semasa kecil
dulu. Dulu dia juga sering mengumpulkan artikel2 yang berhubungan dengan
permainan baduk.
Keesokanharinya, tim Sang Sik bekerja seperti sedia kala,
seolah-olah tak ada yang pernah terjadi kemarin. Karena Kepala Departemen Im
meminta mereka untuk melakukan rencana bisnis dengan Cina, jadi mereka pun
mulai merencanakan hal itu. Sebelum melakukan pekerjaannya, Geu Rae melihat isi
kotak yang ada di bawah mejanya, dan ternyata itu adalah kotak berisi berkas2
tentang rencana bisnis impor minyak mentah kemarin. Geu Rae sengaja menyimpan
semua itu dengan rapi, agar dia bisa menggunakannya untuk belajar.
Sang Sik dan Dong Sik melakukan rapat untuk membicarakan
cara mengimpor tambang hasil bumi di Cina, yang jadi pemasalahannya sekarang
disini adalah karena hanya cina yang mengimpor hasil bumi itu, jadi merekapun
menetapkan batas kuota saat mengimpornya.
Sang Sik menemui Kepala Departemen Im untuk melaporkan
recana bisnisnya yang menginginkan impor hasil bumi dari Cina. Tentu saja
Kepala Departemen Im tak langsung menyetujuinya, dia menyuruh Sang Sik untuk
melakukan rencana bisnis yang mudah untuk dilakukan saja, tidak perlu melakukan
hal2 yang sulit.
Sang Sik pergi ke atap gedung untuk menenangkan diri dan
berpikir. Setelah merasa tenang dia mamanggil Dong Sik untuk bicara berdua. Dia
mengajak Dong Sik untuk melanjutkan rencana bisnis hasil bumi mereka. Dong Sik
terlihat langsung tak bersemangat mendengarnya, ditambahk lagi setelah dia
melihat data laporan yang Geu Rae bawa.
“Manager lihat ini, semua data ini menunjukkan berakhir pada
‘Super Cycle’. Situasi saat ini terlihat suram.” Jelas Dong Sik namun sama
seperti rencana bisnis minyak mentah dari Iran, Sang Sik lagi2 tak
memperdulikan data itu, dia masih tetap ingin melakukan rencana bisnis hasil
bumi dari cina bagaimanapun caranya.
*Super Cycle adalah istilah ekonomi untuk menggambarkan
kenaikan permintaan dan harga.
“Bagian ini didukung oleh Kepala Departemen, oleh karena
itu, aku harus melakukan ini dan dia ingin kita yang melakukannya.” Ucap Sang
Sik dan Dong Sik berusaha memberitahu kalau situasi sekarang sangat berbeda
dengan dulu, sekarang sudah banyak yang berubah. Namun Sang Sik tetap ingin
melakukan rencana bisnis-nya karena semua itu ingin dia gunakan sebagai rasa
tanggung jawab karena kegagalan rencana bisnis sebelumnya.
Geu Rae sudah berada di depan komputernya, sembari mengetik
dia teringat kata2 Dong Sik yang mengatakan:
“Berapa banyak orang yang berusia sama dengan manager kita
menurutmu yang masih menjadi manager? Hanya saja dia tidak memperhatikan
peringkat dalam penampilannya sama sekali. Terutama saat dia harus mengambil
proyek2 yang akan menunjukkan hasil yang jelas sekarang juga. Manager kita
seharusnya sudah mendapat promosi jabatan. Kita harus melakukan dengan baik.”
“Tentu saja, mulai sekarang, aku harus melakukan bagianku
sebagai seorang karyawan.” Jawab Geu Rae dalam hati menanggapi ucapan Dong Sik.
Tepat disaat itu, Kepala Departemen Im muncul, sepertinya
dia datang untuk menemui Sang Sik. Namun sayang pada saat itu di ruangan tim 3
hanya ada Geu Rae. Saat Kepala Departemen Im hendak pergi, tanpa sengaja dia
melihat proposal bisnis yang ada di meja Sang Sik. Setelah membuka proposal
itu, Kepala Departemen Im terlihat tak senang.
“Saat Manager Oh datang, aku ingin bertemu dengannya.” Pesan
Kepala Departemen Im pada Geu Rae dan pergi.
Seperti yang diperintahkan, Sang Sik langsung menemui Kepala
Departemen Im di ruangannya. Tanpa basa basi Kepala Departemen Im berkata kalau
resiko yang ada di bisnis itu ternyata lebih banyak daripada yang Sang Sik
katakan padanya sebelumnya.
“Tidakkah kau sadari kalau Cina menara ulang kuotanya,
sehingga semua aka menyesuaikan rencana awalnya?” Tanya Kepala Departemen Im.
“Iya, kami coba melanjutkan dengan suplemen.”
“Aku memberimu banyak tindakan pencegahan ketika kau pertama
kali mengajukan rencana.”
“Ya, dari 3 macam yang diusulkan, anda memilih ini...”
“Bukan itu maksudku!” potong Kepala Departemen Im. “Dari
item yang kau sodorkan padaku. Kau bersikeras ini adalah yang paling aman, jadi
aku berkata “Mari kita coba.” Itu yang kukatakan.”
“Oh... iya... tapi item Cina ini adalah ide anda Kepala
Departemen.”
“Ide. Iya.. hanya sebuah ide. Apakah ide itu berbentuk
sebuah laporan? Sebuah proposal? Sebuah rencana?”
“Aku bisa melakukan pekerjaan yang baik, Kepala Departemen.
Aku akan pastikan untuk tidak membahayakan posisi Anda.”
“Hei! Kau mau merubahku menjadi apa?” teriak Kepala Departemen
Im dan Sang Sik pun hanya bisa mengucapka kata maaf. “Yang manapun itu, Manager
Oh. Jalankan dengan baik itemmu. Dan sering laporkan kembali padaku. Ngomong2
laporan itu yang merupakan ideku, tinggalkanlah. Komentar kecil itu tidak perlu
ada dalam laporan.”
“Kalau begitu, apa rencana cadangan untuk pemasok dari Cina?”
“Bukankah kalian punya tangan? Rencana cadanga apa?
Perusahaan inilah cadanganya, apa lagi yang kau cari?” ucap Kepala Departemen
Im dan Sang Sik pun keluar dengan lemas.
Bersambung
Sinopsis Misaeng episode 7 part 3