Sinopsis Pinocchio Episode 8 Part 1. Pada episode sebelumnya
diceritakan kalau Dal Po akhirnya bertemu dengan Jae Myung. Namun Dal Po yang
curiga Jae Myung ada sangkut pautnya dengan kematian Duk Soo, tidak mau
memberitahukan identitasnya yang sebenarnya. Dia tetap memperkenalkan dirinya
dengan nama Choi Dal Po. Di
[ Episode 8-Keberuntungan ]
Chan Soo dan dua polisi lainnya tiba di simpang empat dan
mereka langsung mencoba mencari Duk Soo. Dal Po melihatnya, tak mau sesuatu
terjadi pada kakaknya, Dal Po pun langsung mengajak Jae Myung pergi ke sebuah
tempat makan. Namun, Chan Soo terlanjur melihatnya, bahkan dia juga menelpon
Dal Po untuk menanyakan keberadaannya. Sayangnya, Dal Po berbohong dengan
mengatakan kalau dia sekarang sedang berada di kantor.
Setelah menutup telepon dari Chan Soo, Dal Po menemui
kakaknya yang sudah menunggunya. Jae Myung berkata kalau dia senang Dal Po
mengajaknya ketemuan karena dia ingin mengembalikan uang ganti rugi bumper-nya.
Jae Myung berkata kalau Tuan Han sudah memintanya pada Dal Po tanpa
sepengetahuannya.
Dal Po tak menerima uang itu, dia malah ingin menambah uang
ganti ruginya. Tentu saja Jae Myung tak mau menerima uang tambahannya, jadi dia
memutuskan agar Dal Po menyimpan uang tambahannya dan dia sendiri akan mengambi
uang Dal Po yang diberikan pada Tuan Han.
Saat Jae Myung bertanya apa pekerjaan Dal Po, Dal Po sedikit
bingung dan akhirnya dia menjawab kalau dia adalah pekerja part-time. Karena
mengira Dak Po adalah pengangguran, jadi Jae Myung langsung beranjak dari
duduknya untuk memesan makanan. Namun Dal Po tak mau dan dia langsung mengejar
Jae Myung untuk mengatakan padanya untuk tidak usah mentraktir.
“berapa umurmu?” tanya Jae Myung.
“27 tahun.”
“Aku 30 tahun. Karena aku yang hyung disini,jadi aku yang
traktir. Oke?”
“Ya... Hyung.” Ucap Dal Po pelan dan menatap Jae Myung
dengan tatapan penuh kerinduan.
Saat pulang, Jae Myung mengajak Dal Po bercermin pada kaca
mobilnya dan bertanya2 apa mereka berdua benar2 mirip.
“Tuan Han bilang wajah kita berdua mirip. Benarkah? Apakah
menurutmu kita mirip? Aku juga bingung.” Ucap Jae mYung bertanya2.
“Ya, kita mirip. Kita sangat mirip.” Jawab Dal Po yang masih
belum mau memberitahu siapa dia sebenarnya. Sebelum Jae mYung pergi, Dal Po
bertanya apa dia bisa memanggil Jae Myung dengan sebutan hyung. Jae Myung pun
tidak keberatan.
Jae Myung pulang dan Dal Po mengikutinya dengan taksi. Dalam hati Dal Po banyak sekali yang ingin
dia tanyakan pada kakaknya itu, namun kondisinya tak memungkinkan untuk
melakukan hal tersebut. Karena dia mengira kakaknya sudah melakukan hal yang
buruk terhadap orang-orang yang telah menfitnah ayahnya dulu.
Di kantor Hyun Gyu terlihat sangat kesal karena Dal Po tidak
bisa dihubungi. Dia menceritakan kekesalannya itu pada Editor Jo yang kemudian
memberi saran agar Hyun Gyu bersikap tegas pada Dal Po dan juga harus
menghukumnya. Tepat disaat itu Dal Po datang dan sebelum sempat Hyun Gyu
memarahinya, Dal Po bertanya tentang apa yang harus dia lakukan jika dia
menemukan tersangka sebelum polisi menemukannya.
Mendengar pertanyaan Dal Po, Direktur Jo dan Hyun Gyu
terdiam.Direktur Jo pun menjawab kalau hal tersebut sangat luar biasa. Dengan
semangatnya, direktur Jo langsung menyuruh Hyun Gyu untuk menelpon polisi dan
minta keikutsertaannya dalam penyelidikan.
“Keikutsertaan dalampenyelidikan?”tanya Dal Po.
“Iya! Kesempatan untuk mendapatkan laporan eksklusif pada
saat penangkapan.”Jawab Editor Jo dengan bangga,bahkan Hyun Gyu juga memujinya,
dia juga mengatakan kalau keputusan Dal Po melanggar peraturan adalah hal yang
tepat.
“Jadi siapa? Siapa yang kau temukan? Siapa tersangkanya?
Atau kaki tangannya?” tanya Hyun Gyu.
“Tidak, bukan begitu.” Jawab Dal Po yang langsung membuat
Hyun Gyu dan Editor Jo terkejut.
“Apa maksudmu? Apakah temuan yang kau katakan tadi adalah
bohong?” tanya Hyun Gyu dan Dal Po menjawab iya.
“Tapi seperti yang anda katakan tadi, aku harus mengikuti
instingku. Aku akan terus mengingat nasehat anda dan tetap mengikuti instingku.
Terima kasih atas nasehat bijaksana anda.” Ucap Dal Po dan pergi.
Editor Jo dan Hyun Gyu hanya bisa terbengong2 karena mereka
merasa sudah dibohongi Dal Po dan mereka juga tak jadi menghukumnya. Young Tak
melintas di depan mereka berdua dan berseru “Bingo”. Dia membenarkan ucapan
mereka berdua kalau mereka sudah dibodohi oleh Dal Po.
Il Joo mengatakan pada Bum Jo kalau dia akan dipisahkan
dengan In Ha. Mereka berkata hal itu
sambil berjalan masuk ke dalam toilet. Mereka tak tahu kalau di toilet itu juga
ada Gong Joo yang sedang BAB. Bum Jo tentu saja tak bisa menerima kalau dia
harus dipisahkan dari In Ha, dia bahkan berkata kalau menurut Gong Joo, dia
lebih cocok bersama In Ha.
“Kenapa kau malah membahas tentang Ketua?menurutmu, pendapat
siapa yang penting disini, aku atau Ketua?” tanya Il Joo dan Bum Jo tak dapat
menjawabnya.
“Aku mendengar semuanya. Hati2 dengan omonganmu.” Ucap Gong
Joo dan keluar dari toilet. Dengan sengaja Gong Joo mengelapkan tangannya ke
baju Il Joo dan tentu saja itu membuat Il Joo jijik. Selain itu Gong Joo juga
berjalan menghampiri Bum Jo dan hendak merangkul pundaknya, namun tidak sampai
karena Bum Jo terlalu tinggi untuk Gong Joo,hehehe....
“Untuk apa kita menyatukan mereka dalam 1 tim?” tanya Il
Joo.
“Biarkan saja. Dia pinokio, jadi bagaimana dia bisa membuat
laporan sendirian?” jawab Gong Joo yang meragukan kemampuan In Ha. Dia bahkan
menganggap keberhasilan berita ahjumma diet, karena kerja sama In Ha dan Bum Jo,
bukan karena usaha In Ha sendirian.
Ternyata In Ha mendengar pembicaraan mereka bertiga,karena
In Ha sedang berada di toilet juga. Dia mendengar Gong Joo mengatakan kalau
keberhasilan In Ha adalah hasil dari
bantuan Cha Ok.
“Dia tak membantu sama sekali, aku mengerjakannya sendiri.” Ucap
In Ha kesal dan langsung keluar. Di luar dia bertemu dengan Cha Ok yang sedang
merapihkan make-up-nya. Mereka berdua mendengar pembicaraan Gong Joo yang masih
beranggapan kalau keberhasilan In Ha adalah hasil bantuan dari Cha Ok.
Cha Ok keluar toilet dan In Ha mengikutinya. In Ha meminta
ibunya untuk memberitahu Gong Joo kalau apa yang dia kira sudah salah semua. Tepat
disaat itu, Gong Joo dan kedua bawahannya juga keluar, namun mereka langsung
bersembunyi saat melihat In Ha dan Ibunya sedang berbicara.
Cha Ok tak mau melakukan apa yang In Ha katakan, bahkan dia
tidak mau dipanggil ibu oleh In Ha saat mereka berada di tempat kerja.
“Tapi apakah kau bisa memberiku sedikit ucapan selamat? Aku tak
memintamu untuk menganggapku sebagai anak. Berikan pujian atas pekerjaanku dan
berikan saran apapun. Perlakukan aku sama dengan karyawan yang lainnya.” Pinta In
Ha.
“Kau adalah pinokio yang aku rekrut. Kau bekerja disini,
bahkan jika kau tak bisa menjadi wartawan. Dan kau memintaku memperlakukanmu
seperti karyawan yang lainnya? Bukannya permintaanmu itu terlalu berlebihan? Dan
karena kau memintaku memberimu saran, baiklah... menurutku, kau masih belum bisa
sepenuhnya menjadi wartawan.” Ucap Cha Ok dan pergi, tentu saja kata2 itu sudah
membuat In Ha sakit hati.
Gong Joo dan Il Joo baru menyadari kalau ternyata hubungan
Cha Ok dan In Ha tak sebaik dan seharmonis yang mereka kira. Sedangkan Bum Jo
hanya bisa menatap In Ha dari jauh dengan pandangan simpatik, tanpa bisa
berkata apa2.
Gyo Dong sudah mendapatkan nomor telepon Jae Myeong. Dia pun
memanggil Dal Po dan memberikan padanya nomor telepon itu. Dal Po begitu
bahagia mendapat nomor telepon itu, saking senangnya diapun memeluk Gyo Dong.
wkwkwkkw.... lucu scene ini, tapi ternyata adegan ini hanyalah hayalan Gyo Dong.
Takut hal itu benar2 terjadi, Gyo Dong pun tidak ingin
memberikannya langsung pada Dal Po, dia memanggil Yoo Rae dan menyuruhnya untuk
memberikan nomor itu pada Dal Po.
Dal Po menerima nomor telepon itu dan memberi hormat dengan
menundukkan kepala sebagai tanda terima kasih, setelah itu Dal Po berjalan
pergi. Melihat respon Dal Po yang biasa saja seperti itu, membuat Gyo Dong
terkejut dan langsung mengejarnya.
Dia memberitahu Dal Po kalau dikertas itu adalah nomor
telepon Jae Myung yang dia dapat dari kepolisian Jung Woo. Dal Po menjawab
kalau dia tau dan mengucapkan terima kasih.
“Bukannya aku mau menyombongkan diri atau apa.... tapi
sepertinya kau sangat kesusahan mencari nomornya. Jadi, aku harus cepat
menelponnya.” Ucap Gyo Dong dan Dal Po
hanya menjawab kalau dia akan menelponnya nanti. Mendengar jawaban Dal Po
membuat Gyo Dong heran karena sebelumnya Dal Po mengatakan kalau dia sangat
ingin menemukan kakaknya.
“Tapi... aku merasa takut sekarang. Aku berpikir, mungkin
saja kakakku sudah berubah sekarang dan bukan kakakku yang dulu lagi.” Jawab Dal
Po.
“Kenapa kau bisa berpikiran begitu?”
“13 tahun adalah waktu yang sangat lama.” Jawab Dal Po dan
masuk ke dalam lift.
Di jalan, In Ha teringat kembali dengan kata2 ibunya dan hal
itu membuatnya kesal. Dia semakin kesal karena perutnya bunyi karena lapar. Tepat
disaat dia melihat kesamping, dia melihat Dal Po sedang makan dikedai dan
melihat dirinya yang sedang menggerutu dan kelaparan di luar. Malu, In ha pun
langsung berlari pergi. Namun sebelum dia berlari jauh, dia mendapat sms dari
Dal Po yang berisi, “bukannya kau lapar. Aku akan diam. Jangan menghindariku
dan ayo kesini makan”
In Ha pun masuk ke dalam kedai dan makan bersama Dal Po. In
Ha lalu bertanya kenapa Dal Po makan sendiri,bukannya makan bersama pacarnya.
Dal Po menjawab kalau dia tak punya pacar, orang yang diakui sebagai pacar di
depan Gong Pil adalah GPS-nya.
Dalam perjalan pulang, In Ha menceritakan tentang apa yang
ibunya katakan padanya. Mendengar cerita In Ha, Dal Po pun berkata kalau
sepertinya dia mengerti apa yang In Ha rasakan sekarang.
“Kenapa kau bisa mengerti?” tanya In Ha heran.
“Entahlah... kita selalu berpikir kalau hayalan kita jauh
lebih baik dari kenyataan. Kau akan berpikir, betapa bahagianya jika bisa
bertemu dengan dia. Tapi saat kau bertemu dengannya kenyataannya tak seperti
harapanmu. Semakin kau mengenal orang itu, semakin sulit kau menerima
kenyataannya. Benarkan?” jawab Dal Po dan In Ha mengiyakan,dia bahkan
mengatakan kalau Dal Po sepertinya bisa
membaca pikirannya.
In Ha lalu bertanya apa mereka berdua bisa bersikap seperti
dulu lagi, berhubungan seperti paman dan keponakan. To the point Dal Po menjawab tidak bisa dan bertanya apa
In Ha bisa?
“Iya, aku bisa. Aku bisa melakukannya.”jawab In ha dan
cegukan yang berarti kalau dia memang sedang berbohong. Tak ingin ketahuan lagi
tentang perasaannya,In Ha pun berlari pergi namun Dal Po mengejarnya.
Melihat In Ha yang terus-terusan berusaha menutupi
perasaannya,membuat Dal Po hendak menciumnya, namun In Ha menutup bibirnya
dengan tangannya. Dal Po tak perduli, dia tetap mencium tangan In Ha dengan
lembut. In Ha terkejut, perlahan-lahan In ha pun menurunkan tangannya. Untuk yang
kedua kalinya, In Ha membiarkan Dal Po mencium bibirnya.
Bersambung
Sinopsis Pinocchio episode 8 part 2