Sinopsis Pinocchio episode 5 part 1. Pada episode sebelumnya
diceritakan kalau Dal Po dan Jae Myung akhirnya tau kalau ayah mereka sudah
meninggal dan menjadi korban perlakuan tak adil oleh para media. Dal Po yang
marah karena mendengar In Ha berkomentar kalau tidak ada yang bersalah dari
kasus ayah Dal Po, langsung meluap-luapkan emosinya sampai dia mengatakan
didepan semuanya kalau In Ha adalah pengidap sindrom pinokio. Apa yang akan
terjadi setelah ini? Yuk kita lanjut sinopsisnya....
Sinopsis Pinocchio episode 5 part 1
Episode 5 diawali dengan Dal Po yang sudah berada di kantor
polisi dan menanyakan tentang sisa-sisa kerangka ayahnya yang ditemukan bekas
pabrik yang terbakar. Polisi itupun menelpon seseorang dan menanyakan tentang
hal itu, dan dari informasi yang didapat ternyata penyelidikan sudah selesai.
“Siapa yang menutupnya?” tanya Dal Po.
“Keluarga almarhum.” Jawab polisi. Mendengar itu Dal Po
langsung menyadari kalau kakaknya lah yang melakukan hal tersebut.
“Keluarga? Aku bisa tahu siapa dia? No hp keluarga
almarhum?” tanya Dal Po. Namun sayang pak polisi tidak bisa memberikannya pada
Dal Po karena Dal Po tidak bisa membuktikan kalau dia adalah keluarga korban
juga.
Dal Po keluar dari kantor polisi dengan perasaan sedih
karena dia tak bisa mengetahui kontak kakaknya. Kita beralih pada Jae Myung
yang sekarang sudah memakamkan kerangka ayahnya. Dia kemudian meletakkan piala
milik ayahnya di samping abunya. Jae
Myung menangis melihat foto keluarganya.
“Ayah... aku tak sendirian di dunia ini.” Ucap Dal Po pada
dirinya yang menyadari kalau masih ada kakaknya.
Sedangkan Jae Myung berkata, “Sekarang..... aku benar2 sendirian di dunia ini. Hanya
aku.... ya, hanya aku didunia ini, yang tahu bagaimana tak adilnya kematianmu,
ayah.”
Dalam perjalanan pulang, Dal Po berbicara dalam hati pada
ayahnya. Dia meminta ayahnya untuk menunjukkan padanya kemana dia harus pergi
dan apa yang harus dia lakukan sekarang. Tepat disaat itu Dal Po mendapat SMS
daru YGN yang berisi, “Selamat siang, ini
adlaah manager YGN. Selamat, anda diterima.”
Dal Po tersenyum kecil setelah membaca pesan itu. Dia
kemudian duduk dan teringat saat dia mengajak In Ha menjadi reporter
bersama-sama. Awalnya Dal po mengira kalau In Ha lah yang membuatnya ingin
menjadi reporter dan membuktikan pada ibu In Ha kalau mereka bisa menjadi
reporter. Namun rencana itu berubah karena Dal Po mengakhiri impian In Ha
dengan mengatakan kalau dia mengidap sindrom pinokio saat diskusi terbuka. Dia
juga berjanji pada dirinya untuk memberitahukan pada publik tentang ketidak
adilan yang dialami ayahnya dan dia juga berjanji akan menemukan kakaknya.
“Mungkin, seseorang yang membawaku menuju dunia reporter.
Mungkin bukanlah In Ha, tapi melainkan.... kau ayah.” Ucap Dal Po dalam hati
dan menyadari semua yang terjadi padanya.
Keesokanharinya, Dal Po dan In hA sama-sama sedang
bersiap-siap. Dal Po bersiap2 dengan pakaian kemeja dan jas yang rapi,
sedangkan In Ha dengan pakaian biasa dan seadanya. Dan cegukan In Ha masih
belum berhenti.
Dal Po dan In Ha sama2 keluar dari kamar dan mereka masih
saling mendiamkan.
“Kalian mau pergi kerja?” tanya Dal Pyeong pada keduanya, dan merekapun menjawab iya. “Bukan
pertanyaan untukmu, In Ha. Pergi bekerja hanyalah untuk seseorang yang punya
PEKERJAAN. Tapi kau hanyalah kerja part-time.”
“Apa?” ucap In HA dan kemudian menoleh pada Dal Po.
“Salah satunya adalah bekerja sebagai reporter di stasiun
TV. Dan yang kau hanyalah orang tua berusia 27 tahun, yang bekerja part-time di
toko seperti mahasiswa kere saja.” Ucap Dal Pyeong dan membentuk tangannya
untuk melihat Dal Po dan In hA bersama. “Sekarang kalian sudah terlihat seperti
paman dan keponakan yang sesungguhnya.”
Adeuuuh.... Dal Pyeong jahat banget sama anak sendiri.
Kata-katanya bener menusuk banget tuh buat In Ha. Tak mau ribut, In hA dan Dal
Po pun memutuskan berangkat kerja. Saat akan keluar, tanpa disengaja mereka
tabrakan. In Ha pun mengatakan kalau biarkan dia yang duluan pergi. Tepat
disaat In Ha mengambil sepatunya, Gong Pil keluar dan bertanya apa mereka
berdua tidak sarapan terlebih dahulu. Dal Po menjawab dia tidak nafsu makan. In Ha pun berkata kalau
dia tidak lapar.
“Semalam kalian tidak makan malam kan. Ada apa? Apa kalian sedang
bertengkar? Memangnya karena apa lagi?”
tanya Gong Pil dan Dal Ho langsung menjawab kalau mereka tidak bertengkar.
Dal Pyeong yang masih berada di sana langsung nyeletuk kalau
wajar saja mereka bertengkar karena hanya salah satu dari mereka yang diterima
menjadi reporter.
“In Ha, menyerah saja menjadi reporter dan cobalah menjadi
guru privat. Jika dunia tahu kau mengajar sopir taksi dan bisa menjadi
reporter. Pasti banyak yang akan menyewa jasa ajarmu.” Ucap Dal Pyeong pada In
Ha dan belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, dia sudah dilempar koran
oleh ayahnya yang menyuruhnya diam dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan
toiletnya.
In Ha dan Dal Po menggunakan kesempatan itu untuk pamit pada
Gong Pil. Sebelum keluar, In Ha mengembalikan sebelah sepatu Da Po yang
dijatuhkan ke rak sepatu.
Di luar, In Ha mengajak Dal Po bicara, dia meminta Dal Po
untuk tidak memikirkan kata2 ayahnya. Po. Dia mengaku kalau dia senang Dal Po
menjadi reporter. Awalnya In Ha pikir dia
iri tapi ternyata dia tidak merasa begitu. Namun setelah In Ha mengatakan semua
itu, dia cegukan dan tentu saja Dal Po menganggap kalau In Ha sudah berbohong.
“Yah, itu karena..... bukan karena hal ini aku cegukan.”
Ucap In Ha namun dia tidak bisa menjelaskan pada Dal Po tentang alasan dia
cegukan sampai sekarang. Jadi dia hanya berkata kalau dia tidak iri pada Dal
Po. “Jika kau merasa tak enak hati karena masalah yang kemarin, kau tak perlu
seperti itu. bukannya sudah biasa kita beda pendapat dalam diskusi? Aku tahu,
kau tak punya pilihan lain.”
“Bukan., bukan karena aku tak punya pilihan lain. Karena aku
tak percaya,,, kau bisa menjadi reporter. Aku serius mengatakannya.” Jawab Dal
Po dan tentu saja ucapan itu membuat In Ha kecewa berat.
Dal Po masuk ke dalam lift dan In Ha mengikutinya. In Ha
terus bertanya apa maksud dari kata2 Dal Po barusan. Kenapa dia tidak bisa
menjadi seorang reporter.
“Aku sudah menjelaskan apa alasanku saat diskusi kemarin” jawab Dal Po. Mendengar
itu, In Ha pun teringat kembali pada kata2 Dal Po yang mengatakan kalau
seseorang yang mengidap sindrom pinokio, akan berbahaya jika mereka menjadi
reporter. Karena mereka tidak menyadari bahaya dari perkataan dan asumsi tak
berdasar yang mereka ucapkan.
In Ha terluka mengingat perkataan Dal Po. Apalagi Dal Po menambahkan
bahwa ibu In Ha benar, kalau seorang Pinocchio tidak seharusnya menjadi
reporter.
“Menyerahlah In Ha...
“ ucap Dal Po dalam hati.
In Ha mengejar Dal Po dan terus bertanya kenapa sikap Dal Po
berubah pada In Ha seperti itu, karena pada awalnya, Dal Po lah yang mengajak
In Ha untuk menjadi reporter. Terus melangkah dan tidak menjawab pertanyaan In
Ha, dalam hati Dal Po hanya berkata, “Menyerahlah
In Ha...”
“Apakah semuanya hanya berbohong?” tanya In hA lagi namun
Dal Po masih tak mau menjawab, dia hanya meneruskan langkahnya.
“Saat harus melihatmu menjadi reporter, aku akan teringat
dengan ibumu yang kejam.” Ucap Dal Po dalam hati.
In Ha kesal karena dicuekin oleh Dal Po, In Ha berteriak, “Beritahu aku, apakah semuanya
hanya bohong?”
“Aku teringat atas
pernyataan tak adil ibumu atas ayahku.” Ucap Dal Ho dalam hati.
In Ha benar2 kesal
dan saking kesalnya, dia melempar salah satu sepatunya dan berteriak, “tunggu!
Tunggu brengsek!”
Mendengar itu Dal Po menghentikan langkahnya namun dia tetap
tidak menoleh pada In Ha. Dalam hati Dal Po berkata kalau In Ha menjadi seorang
reporter, itu akan menjadi siksaan untuknya saat dia melihat In hA. Dan pikiran
itu membuat Dal Po takut. Dal Po menerus kan langkahnya dan tidak mengatakan
sepatah katapun pada In Ha.
In Ha bekerja sebagai kasir di minimarket sambil terus
cegukan. Mendengar cegukan In Ha, seorang ibu yang hendak membayar pada In Ha
memberi solusi untuk mengobati cegukan, namun In Ha hanya menjawab singkat kalau
cara itu tidak akan berhasil. Tapi ibu2 itu terus mengatakan kalau cara itu
pasti berhasil.
“Sudah kubilang, Tidak
akan! Tidak akan!” teriak In Ha yang tiba-tiba
menangis. Si ibu pun jadi bingung dan memanggil In Ha mahasiswa.
Saat mendengar panggilan mahasiswa, tangis In Ha makin
keras. Dia berkata kalau dia bukan mahasiswa lagi, dia sudah lulus 3 tahun lalu dan masih pengangguran. Melihat
In Ha terus menangis, si ibu pun merasa tidak enak dan menyuruh In Ha menyogok
untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan terus menangis In Ha menjawab kalau dia
tidak punya uang untuk menyogok.
Pelanggan terus berdatangan dan In Ha masih terus
menceritakan masalahnya pada mereka semua sambil menangis. Dia bahkan
menasehati anak2 pelajar yang datang agar belajar dengan rajin dan tidak
menjadi seperti dirinya.
“Bukankah tidak masuk
akal? Pamanku diterima hanya dalam waktu sebulan. Aku sudah mempersiapkan diri
selama 3 tahun tapi masih gagal,” cerita In ha pada seorang Ahjusshi yang
membeli beberapa botol bir. Walaupun sedang tak bisa mengontrol emosinya, In Ha
tidak lupa meminta ahjusshi itu memperlihatkan KTPnya.
“Mungkin, selamanya cegukanku tak akan pernah berhenti. Agar
cegukannya berhenti, aku harus mengutarakan perasaanku. Tapi orang yang
kusuka....”
“Choi Dal Po.” Potong seorang pelanggan, yang ternyata itu
adalah Bum Jo. “Dia orangnya kan? Pamanmu?” tanya Bum JO.
“Kau...” ucap In ha terkejut melihat pelangan yang datang
adalah pria yang selalu tersenyum padanya saat di tempat tes. Bum Jo menyuruh
In Ha terus berbicara, karena dia akan mendengarkan apapun yang ingin dikatakan
In Ha.
Episode 5: Raja bertelinga keledai
Dal Po sampai di YGN dan dia bingung tidak melihat
teman-temannya yang lain,dia mengira kalau dia datang terlalu pagi,tapi saat
dia mengecek jam tangannya, dia yakin kalau dia tidak datang kepagian. Kemudian
dia melihat sekelompok orang berkerumun di dekat tangga, ternyata mereka adalah
kelompok reporter yang baru diterima oleh YGN. Penasaran, Dal Po pun
menghampiri mereka dan bertanya mereka sedang apa? Mendengar pertanyaan Dal Po
semuanya langsung terkejut.
“Kenapa kalian kaget?
Apa kalian melakukan kesalahan atau semacamnya?”
“Kenapa bicaramu
formal sekali? Kita kan rekan kerja, jadi santai saja.” Ucap Yoo Rae dan
menambahkan kalau mereka semua saja bicara santai pada teman mereka yang
usianya jauh lebih tua dari mereka. Yoo Rae berkata sambil menunjuk pria yang
ada disebelahnya. Waduh... ada orang ini juga di drama ini, di Legend of Witch,
dia jadi pria mesum.
Kembali ke cerita, dimana Yoo Rae berkata pada teman2nya
kalau mereka bisa berbagi informasi tentang senior mereka.
“Berhati-hatilah pada reporter Jang Hyun Gyu dari wilayah
Sungai Han.” Ucap pria gendut.
“Menurut rumor, julukannya adalah “Si Bacot Jang” karena dia
selalu gila urusan orang. Dia adalah senior yang tak boleh menjadi musuhmu. Dia
bisa jahat saat sedang marah. Dan jika kau menangis, kau akan ditandai. Dan
sekali kau ditandai....”
Belum sempat Yoo Rae menyudahi kata2nya, tiba2 terdengar
suata Hyun Gyu yang berteriak. “TAMATLAH
SUDAH!”
Yoo Rae shock mendengar teriakan itu dan saking terkejutnya
dia langsung mematung. Sementara yang lainnya langsung membentuk barisan.
“Berhentilah bergosip dan ikut aku!” ucap Hyun Gyu dan
semuanya mengikuti kemana Hyun Gyu pergi. Jae Wan yang juga berada ditempat itu
hanya melihat saja apa yang dilakukan Hyun Gyu.
“Tidak apa-apa, Yoo Rae,” ucap Yoo Rae menenangkan dirinya
sendiri dengan mata memerah. “Kau belum menangis jadi kau belum ditandai
olehnya. Belum!”
Yoo Rae dan pria gendut diberi hukuman dengan mengangkat
tangan mereka. Hyun Gyu bertanya pda Yoo
rae, apa mereka tadi sedang menggosipkan tentangnya. Tentu saja Yoo Rae tidak mengaku, dia hanya menggelengkan
kepalanya.
Di ruangan sebelah, Gyo Dong, Young Tak dan reporter Jo
melihat apa yang Hyun Gyu lakukan. Melihat itu, reporter Jo penasaran siapa
diantara reporter baru itu yang akan menjadi korban kemarahan Hyun Gyu.
Young Tak menjawab kalau menurutnya korban Hyun Gyu adalah dua
orang yang sedang mengangkat tangannya. Sepertinya mereka sudah ditandai oleh
Hyun Gyu.
“Si junior tinggi itu terlihat aneh juga.” Ucap Gyo Dong
sambil menikmati kopinya.
“Kenapa? Dia tampan kok.” Jawab Young Tak.
“Dia adalah orang yang membandingkan TV dengan sebuah
limbah. Dia mengatakan padaku, kalau baginya reporter itu sangatlah
menjijikkan.” Ungkap Gyo Dong dan Young Tak menyadari kalau orang yang sedang
Gyo Dong bicarakan adalah pria yang berlidah tajam saat diskusi terbuka
kemarin.
“Siapa namanya?” tanya Young Tak.
“Namanya Choi Dal Po.” Jawab Gyo Dong.
Kita kembali pad Hyun Gyu yang mulai bertanya pada Yoo Rae, “Apa
kau merasa diperlakukan tidak adil?”
“Tidak!” jawab Yoo
Rae lantang.
“Kau menangis?”
“Tidak Pak, ini
karena aku menguap,” jawab Yoo Rae menjelaskan soal matanya yang merah dan
berkaca-kaca. Dia menambahkan kalau dia suka menguap dengan mulut tertutup.
Hyun Gyu kemudian mengalihkan pandangannya pada Dal Po yang
dari tadi terus melihat ke arahnya.
“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau merasa tindakan
seniorku ini tidak benar?” tanya Hyun Gyu pada Dal Po. Dan Dal Po tidak
langsung menjawab sampai Hyun Gyu berteriak padanya.
“Tidak, Pak. Anda memang pantas marah.” Jawab Dal Po dan Yoo
Rae terlihat tak senang dengan jawaban itu.
“Hati yang dingin
sekali. Apa kau tidak punya rasa loyal sedikitpun? Angkat kedua tanganmu!” teriak
Hyun Gyu yang memang sengaja mencari kesalahan dari juniornya itu.
“Aaaaaah.... reporter Jang Hyun Gyu marah2 hanya karena
masalah konyol. Akankah Choi Dal Po menerima tatangannya?” ucap reporter Jo
dengan gaya bicara seorang reporter.
Semua orang melihat ke arah Dal Po dan menunggu apa yang
akan dia lakukan. Tak berapa lama kemudian, Dal Po mengangkat tangannya dan
berkata maaf dan dia bersedia untuk dikoreksi.
“Tantangan yang tidak seru! Cho Dal Po sudah diremehkan. Dia
bukanlah seorang pejuang, tapi hanya cowok lembek.” Ucap Reporter Jo yang masih
menggunakan gaya bicara reporternya.
“Lihatlah! Kau yakin tak salah orang?” tanya Young Tak pada
Gyo Dong dan Gyo Dong menjawab kalau dia yakin dan tidak salah orang.
Hyun Gyu tiba2 melempar seikat badge pada pria gendut, tapi
si pria gendut bingung, apakah dia masih harus mengangkat tangannya atau
memegangi badge itu. Hingga akhirnya, pria gendut itu tetap mengangkat tangan
dimana tangannya tetap memegang badge2
itu.
Hyun Gyu memberitahu mereka semua kalau selama seminggu mereka akan berkeliling ke
berbagai departemen untuk mengamati dan belajar bagaimana membuat berita.
Setelah itu mereka akan ditugaskan pada sebuah departermen dan memulai
pelatihan mereka secara resmi dengan melakukan pengintaian pada apapun yang
bisa dijadikan berita.
Di rumah, Dal Po memperlihatkan badge miliknya pada Gong
Pil. Dia juga mengatakan pada ayahnya kalau tidak akan lama lagi dia akan
melakukan pengintaian untuk mencari berita. Tepat disaat itu, In Ha masuk kamar
mandi dan menyikat giginya. Sambil menyikat giginya, In ha mendengar pembicaraan
Dal Po dan Gong Pil, dimana mereka Gong Pil bertanya kapan Dal Po akan muncul
di TV dan membacakan berita. Dal Po pun menjawab kalau dia belum bisa
memastikannya kapan.
Mendengar pembicaraan itu, In Ha teringat pada kata2 Dal Po
yang berkata kalau dia tak cocok menjadi reporter. Mengingat hal itu, membuat In ha kesal dan
langsung menyikat giginya dengan keras.
In Ha masih benar2 kesal pada Dal Po, diapun kemudian mengambil sikat
gigi Dal Po dan menggunakan sikat itu untuk menyikat kloset. Hueeeeek
Setelah puas menyikat kloset, In Ha mengembalikan sikat itu
ke tempatnya. In Ha keluar kamar mandi dan Dal Po bergantian masuk. Saat hendak
berjalan menuju kamarnya, In Ha cegukan lagi.
Dal Po yang tidak tahu tentang apa yang dilakukan In Ha,
tanpa curiga langsung mengambil sikat giginya. Namun sebelum Dal Po sempat
menempelkan sikat gigi itu ke giginya, In Ha tiba2 masuk dan mengambil Sikat
milik Dal Po kemudian membuangnya ke kloset. Dal Po sempat bigung dengan sikap
InHa, namun dia tak mau mempermasalahkannya. Dia kemudian mengambil stock sikat
gigi di lemari kemar mandi.
Ketiga pekerja pabrik yang sebelumnya bekerja di pabrik yang
terbakar, sedang minum soju bersama
di seuah kedai. Mereka terlihat senang
dan bahagia karena si manager sudah berhasil mendapatkan banyak uang dan bisa
mengembalikan uang kedua anak buahnya itu. Salah satu dari mereka kemudian berhata
kalau
kerangka Ketua Pemadam yang hilang itu sudah diketemukan.
“Syukurlah, selama ini aku terus merasa takut, apakah dia
akan kembali atau tidak.” Ucap salah
satu anak buah.
“Lihatlah, sudah kubilang dia sudah mati. Sekarang kita bisa
hidup damai.” Ucap si manager dengan senang sambil menuangkan soju ke gelas
mereka berdua.
Tepat disaat itu, tiba2 seseorang berjalan melewati mereka
dan menabrak meja mereka. Orang berjaket dan bertopi hitam itu, diam2 mengambil
dompet si manager yang diletakkan diatas meja. Si Manager langsung marah namun
kedua anak buahnya langsung menenangkannya karena hari ini adalah hari yang
menyenangkan untuk mereka. Pria bertopi hitam itu pun berdiri dan tanpa
berbalik dia mengucapkan kata maaf. Ternyata pria itu adalah Jae Myung. Apa
yang akan dia lakukan dengan dompet si manager? Kita lanjut saja sinopsisnya.
Hyun Gyu mengajak semua reporter baru ke dalam ruang kontrol
dimana berita dibuat. Dia kemudian memberitahu mereka semua kalau orang yang
mengarahkan jalannya berita adalah PD berita. Dan ketika Hyun Gyu hendak
memberitahu siapa orang yang ada di sebelah PD Berita, tiba2 Yoo Rae maju dan
menjawab kalau mereka semua adlaah PD Teknis, PD yang membuat pengambilan
gambar pada jarak dekat.
“Angkat tanganmu hingga hitungan ke-100.”ucap Hyun Gyu pada
Yoo Rae karena tidak suka pada Yoo Rae yang memotong omongannya. Mau tak mau
Yoo Rae pun melaksanakan hukumannya.
Kita melihat Young Tak sedang membacakan berita tentang
survei penonton terbaru dari stasiun penyiaran berita, dimana YGN menduduki
posisi pertama dan menjadi stasiun yang paling berpengaruh dengan nilai
tertinggi untuk kredibilitasnya. YGN mendapatkan 45 % suara dalam katagori
kredibilitas. Young Tak juga menyinggung MSC yang mengalami penurunan drastis
dalam katagori kredibilitas yaitu hanya mendapat 7 %.
Penurunan dalam katagori kredibilitas, tentu saja langsung
menjadi masalah besar bagi MSC dan mereka pun langsung mengadakan rapat untuk
menangani masalah tersebut. Saat pimpinan mereka bertanya penyebab mereka
mengalami penurunan, Cha Ok menebak kalau semua itu pasti karena kasus
kebangkrutan bulan lalu. Atasannya tambah khawatir karena mereka akan melakukan
tayangan berita utama yang akan bebarengan dengan jam tayang berita dari YGN. Dan
jika keadaannya terus seperti itu, dia takut YGN akan dengan mudah
menghancurkan mereka karena sekarang YGN terus mengalami perkembangan. Saat
atasannya mengoceh tentang rasa penasarannya pada YGN yang bisa berkembang
dengan pesat, Cha Ok terlihat sedang memikirkan sesuatu sambil menekan2
penanya.
“Bukannya kita mempunyai opening baru untuk departemen baru
kita?” tanya Cha Ok.
“Ya, memang. Tapi, ada karyawan yang tidak bisa bertahan
saat pelatihan dan akhirnya berhenti. Kenapa?” tanya orang yang ada di sebelah
Cha Ok. Sepertinya Cha Ok memiliki rencana untuk mengatasi permasalahan mereka
itu.
Apa rencana Cha Ok? Kita lihat saja nanti karena kita
beralih pada In Ha dulu yang masih bersama Bum Jo dan menceritakan semua yang terjadi
padanya. Tanpa canggung sedikitpun In Ha berkata kalau awalnya Dal Po lah yang
mengajak dia menjadi reporter bersama, tapi sekarang Dal Po malah menyuruhnya
untuuk menyerah.
“Aku bertanya kenapa? Dia hanya diam saja.” Tambah In Ha dan
cegukan. “Apakah aku yang tak mengerti?” tanya In Ha pada Bum Jo.
“Bukan, dia yang tidak mengerti.” Jawab Bum Jo yang selain
menjadi teman curhat In ha, tapi juga membantunya menyusun barang2.
In Ha mengungkapkan kalau dia memang tak punya keberuntungan,
karena ayahnya, Dal Po dan ibunya juga, semuanya meminta In Ha untuk menyerah
menjadi reporter.
“Kenapa mereka tega sekali? Memangnya dunia akan kiamat jika
Pinokio jadi reporter?” tanya In Ha.
“Tidak, itu tidak akan terjadi.” Jawab Bum Jo
“Jika saja bukan karena cegukan ini, semuanya pasti akan
lancar2 saja.” Keluh In Ha.
Bum Jo berkata kalau In Ha tak seharusnya berkata demikian
karena menurutnya cegukan In Ha itu lucu. ‘Bagaimana jika kentutmu yang keluar
saat kau berbohong? Pasti menjijikkan sekali.”
“Kentut? Ya ampun….kau
benar juga. Aku harus bersyukur, aku hanya cegukan bukannya kentut,” ucap In Ha
dan tertawa, dia merasa lega dan terhibur. In Ha kemudian berterima kasih pad Bum
Jo yang mau mendengarkan semua ceritanya.
“Aku senang bisa mendengar ceritamu.” Ucap Bum Jo
“Sepertinya aku tak usah khawatir padamu. Aku pikir kau akan
stres karena gagal interview. Tapi kau sangat ceria.” Ucap seseorang dan
ternyata orang itu adalah Cha Ok yang datang mencari In Ha.
Cha Ok mengajak In Ha bicara berdua dan tanpa basa basi, Cha
Ok langsung mengutarakan maksud kedatangannya. “Keinginganmu untuk menjadi reporter....
apakah belum hilang?” tanya Cha Ok.
“Reporter? Kenapa?”
“Kami masih punya tempat terbuka. Tertarik?” tawar Cha Ok.
“Apakah kau menyesali apa yangkau katakan saat pertemuan
terakhir kita? Atau....” ucap In Ha namun tak sanggup melanjutkan kata2nya.
“Bukan. Aku mengajakmu hanya demi PR kami.”
“PR?” tanya In Ha tak mengerti dan cegukan.
“Hasil survei yang terbaru, menunjukkan kategori
kredibilitas kami sangat rendah. Kami harus membuat sesuatu yang baru dan aku
mengingatmu. Jika mereka tahu kami menerima seseorang yang tak akan bisa
berbohong. Maka tingkat kredibilitas kami akan meningkat.” Jelas Cha Ok.
In hA menatap tak percaya pada ibunya, “Jadi, maksudmu...
kau tidak berniat menjadikanku reporter,tapi hanyalah sebuah boneka promosi?”
tanya In Ha dan ibunya langsung mengiyakan. Ibunya menyuruh In Ha untuk
menganggapnya sebagai kerja magang di MSC dan jika kinerja In Ha baik, maka dia
akan bisa menjadi karyawan tetap.
In Ha langsung beranjak dari duduknya dan berkata kalau dia
tidak tertarik. Cha Ok lalu berkata kalau In Ha sudah berada dalam posisi yang tak
bisa menolak tawarannya.
“Apa harga dirimu masih sangat penting sekarang?” tanya Cha
Ok dan In Ha pun mengiyakannya. “Dalam kondisimu saat ini, aku ragu kau bisa
menemukan jalan lain untuk menjadi reporter.” Ucap Cha Ok dan ikut berdiri. “Keputusan
harus dibuat. Untuk mendapat sesuatu, kau harus mengorbankan sesuatu juga.”
“Lalum apa yang sudah kau buang saat kau ingin menjadi
reporter?” tanya In Ha dan tanpa rasa bersalah sedikitpun, Cha Ok menjawab
kalau sesuatu yang dia tinggalkan saat itu adalah In Ha. Tentu saja In Ha merasa
sakit mendengarnya, dia pun bertanya apa ibunya pernah merasa menyesali
keputusanya.
“Aku menyesal. Tapi meliatmu yang sekarang. Sepertinya aku
tak pantas menyesal.” Ucap Cha Ok dan mengeluarkan kartu namanya. “Jika kau
setuju. Hentikanlah cegukanmu itu.” ucap Cha Ok dan pergi.
Cha Ok masuk ke dalam mobilnya dan dari sana dia melihat In
Ha sedang melihat kartu nama miliknya. Merasa rencananya berhasil, Cha Ok pun
tersenyum puas dan pergi.
“kupikir dia datang, karena hari ini adalah ulang tahunku,”
gumam In Ha dengan sedih sambil memandangi kartu nama ibunya. Tanpa In Ha
sadari, Bum Jo terus memperhatikannya dari jauh. Dia kemudian memasukkan
kembali kado untuk In Ha ke dalam saku mantelnya.
Bum Jo lalu
menceritakan tentang In Ha pada ibunya. Pada ibunya Bum Jo berkata kalau In Ha
pasti akan menerima tawaran Cha Ok. Mendengar itu, Ibu Bum Jo berkomentar kalau
In Ha tidak punya harga diri, karena In Ha masih belum menyerah setelah
diperlakukan seperti itu oleh ibu kandungnya sendiri.
Bum Jo menghampiri ibunya dan memeluknya dari belakang. “Kupikir,
semua ibu di dunia ini sebaik ibuku. Ternyata tidak juga.” Ucap Bum Jo.
“Kau baru sadar” ucap Ibu Bum Jo dan kemudian memberikan
pada Bum Jo jus buah.
“Ada yang ingin aku tahu.” Ucap Bum Jo.
“Apa?”
“Memang apa untungnya jadi reporter hingga rela diperlakukan
seperti itu? dan kenapa ibunya kejam seperti itu? dan juga, memang apa salahnya
jika pinokio menjadi reporter? Dan juga....”
“Anakku.... sikapmu jadi aneh.”
“aneh apanya?”
“kau terlalu banyak ingin tahu.” Ucap Ibu.
“benarkah?itu konsep pendidikan asing” ucap Bum Joo dan
mereka berduapun tersenyum. Bum Jo bener2 anak mami, jauh banget sama hubungan
In Ha dan ibunya.
Pengganti In ha untuk menjaga minimarket datang, dia sempat
terkejut saat melihat In Ha sedang melakukan tegak lilin. Saat ditanya kenapa
In Ha melakukan hal itu, In Ha hanya menjawab kalau dia sedang pusing dan harus
membuat sebuah keputusan. Dengan senyum lega In Ha mengungkapkan kalau dia
sudah tau apa yang akan dia lakukan. Sebelum pergi, dia memberitahu temannya
itu untuk mengecek tanggal kadaluarsa Kimbab.
Dalam perjalanan pulang, Dal Po melewati toko kue. Melihat kue
tar strawberry membuat Dal Po bingung, antara membelinya atau tidak. Di bis
kita melihat Dal Po terus mendesah dan melihat kue tar yang sudah dia beli. Euuum....
itu paasti untuk In Ha, karena hari ini adalah hari ulangtahunnya.
“dasar sial! Mana mungkin aku memberikan kue ini.” Gumam Dal
Po yang menyadari kalau hubungannya dan In Ha sedang tidak baik. Saat akan
turun dari bis, Dal Po melihat seorang anak yang terus melihat kearah kue yang
dia pegang. Dal Po pun memberikan kuenya itu pada si nenek anak tadi. Melihat kue
yang dia inginkan sudah berada di tangan neneknya, si anak tersenyum senang.
Sesampainya di depan gedung rumah mereka, Dal Po
melihat In Ha yang sedang menunggunya.
Mereka berdua masuk ke dalam lift. Dal Po menekan angka 7 karena rumah mereka
ada di lantai 7, namun In Ha menekan angka 12 karena dia ingin mengajak Dal Po
bicara berdua diatap gedung.
Sekarang mereka berdua sudah berada di atap gedung. In ha
tak kunjung bicara, dia malah terus memegangi jimat yang diberikan Dal Po,
sampai Dal Po menyuruhnya untuk cepat bicara karena cuaca sangat dingin.
“Aku tidak iri padamu. Aku bahagia saat kau lulus. Aku sama
sekali tidak marah.” Ucap In Ha dan cegukan.
“Kita masih mau membahasnya? Kau cegukan.”
“Apa kau tahu kenapa aku cegukan? Aku cegukan saat aku
menyangkal kalau aku menyukaimu.”
Tentu saja Dal Po terkejut mendengar pengakuan itu, “Apa?”
“Aku bilang, Aku menyukaimu. Aku tak bisa menerima kenyataan
itu. karena hal itu tidak mungkin terjadi, tapi... cegukanku tak bisa berhenti
saat aku menyangkal kebenaran itu.”
Dal Po tak bisa percaya pada apa yang In HA katakan, “Bohong.
Itu tidak mungkin.” Ucap Dal Po dan berpaling dari In Ha.
In Ha berdiri di hadapan Dal PO dan berkata kalau dia tidak
berbohong, “Lihat, cegukanku berhenti kan?. Kau sendiri kan tahu, kalau aku
tidak bisa berbohong. Karena itulah aku tak bisa menyembunyikan perasaanku. Dan
aku tak bisa jual mahal pada pria lain. Karena jawabannya sudah jelas dan meskipun
aku tahu kalau kau adalah pamanku, aku tak boleh menyangkal perasaan ini karena
cegukan sialan ini. Jadi, berpura2lah kau tak pernah mendengar pengakuanku ini.
Aku akan berusaha keras untuk melupakan perasaanku. Selamanya aku akan
menganggapmu sebagai paman dan pacaran dengan pria lain. Akan kulakukan apapun
agar perasaan ini bisa hilang, jadi, tolong lupakan pengakuanku ini. Jadi cegukanku
akan berhenti.” Pinta In Ha.
Dal Po pun mengiyakannya. In Ha mengucapkan terima kasih dan
berjalan pergi. Setelah In Ha tak ada lagi di hadapannya, Dal Po meneteskan air
mata dan bertanya, “bagaimana jika kau tidak bisa?”
“Huh?” ucap In Ha dan berbalik melihat Dal Po yang
membelakanginya.
‘Bagaimana jika kau sudah melakukan semuanya... melakukan
semua hal yang mungkin bisa menghapusnya... tapi perasaan yang kau miliki tetap
saja ada?” tanya Dal Po dan mengusap air matanya kemudian berbalik melihat In
Ha. Dal Po berkata demikian karena selama ini dia sudah berusaha menghapus
perasaannya pada iN Ha namun belum berhasil sampai sekarang.
“Apa yang akan terjadi.... pada kita?” tanya Dal Po lagi dan
In Ha menjawab kalau dia tetap harus menghapusnya karena mereka adalah
keluarga.
“Jangan khawatir. Karena perasaanku belum terlalu dalam. Aku
yakin, aku akan segera menghentikannya.” Ucap In Ha dan pergi.
Dal Po pun tak bisa berkata apa2 lagi dan membiarkan In Ha
berjalan pergi. Dal Po tidak bisa mengatakan kalau dia juga memiliki perasaan
yang sama pada IN Ha.
“Syukurlah... jika kau bisa menghapusnya.” Ucap Dal Po.
Bersambung
Sinopsis Pinocchio episode 5 Part 2
2 komentar
Penasaran sma bum joo..q lht dia nnti msk MNS sma kyk In ha...kerjanya apa ya...kok yg d lakukan slalu d sekitar In ha...di antara sinopsis2 yg ada...sinopsis pinoccio yg plng cepat..td mlm bru tyng eh besok pagi nya sdh ada....ha..ha..
Balaskurang tau juga kerja Bum Jo apaan...cz yang di shoot hanya In Ha... kita lihat nanti aja Bum Jo kerjanya apaan... lagian dia orang kaya, uangnya banyak dan koneksi dimana2... hhehehhe dia masuk MNS juga cuma pengen deket2 sama In Ha
Balas