logo blog
Selamat Datang Di Blog Kompi Males
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Kompi Males,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.
loading...

Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Episode 14 Part 1

Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Episode 14 Part 1. Lanjut penulisan ke episode 14 part 1, maaf sebelumnya kalau saya belum bisa memberikan gambarnya karena tadi malam saya ketiduran, heheheh. Jadi baru cuma selesai artikelnya saja. Buat gambarnya nanti nyusul sekalian part ke 2, dan karena paket siang saya habis jadi insya alloh postingnya lagi kalau bukan nanti malam lewat jam 12, besok pagi yah. jadi yang sabar yah menunggunya. 


Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Episode 14 Part 1


Kedua tembikar diangkat jauh lebih tinggi dari jarak semula, setelah itu tembikar kembali di jatuhkan. Salah satu tembikar pecah, Yook Do dan kang Chun terkejut melihatnya. 

Jung Yi senang karena metodenya benar, dan P Gwang Hae tersenyum lega karena Jung Yi menang. Kang Chun maju dan bertanya pada Jung Yi, “bagaimana kau tahu?”


“aku pernah melihat ayahku melakukannya.” Jawab Jung Yi.

“Ayahmu seorang pengrajin tembikar?”

“Bukan....  dia pembuat guci. Tapi sekali-kali, ia akan membuat tembikar yang kuat dan murah untuk penginapan di dekat ruamh. Saat itulah saya belajar.”

“Batu tembikar memiliki kekentalan yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk membuat tembikar yang tipis dan ringan. Tapi bukan untuk membuat tembikar kuat. Bagaimana kau melakukannya?”

“Dalam rangka membuat tanah liat, saya  mencampur batu tembikar dengan tanah pasir rasio 7:03 dan saya menambahkan air arang yang di saring untuk menguleni menjadi bola.” Jawab Jung Yi.

“Jadi, kau melakukan persis seperti yang kau pelajari dari ayahmu?”

“Ya, Tuan Rang Chong.”

Kang Chun menoleh ke arah Yook Do yang terlihat tidak nyaman. “ Kau menang” ucap Kang Chun akhirnya. “kau lulus.”

 Melihat semua itu dalam hati Jung Yi berkata, “saya putri Eul Dam, orang yang anda pandang rendah, dan sekarang aku menekan anakmu yang menjunjung tinggi dirimu. Tuan.”


Kang chun berbalik dan akan pergi, namun langkahnya terhenti saat mendengar Soo Jung berkata.

“Yoo Tae Pyung, lulus.”

“Yoo Tae Pyung? Nama keluargamu adalah Yoo?” tanya Kang Chun.

“ Ya, kepala Bun Won.” Jawab Jung Yi.


Dalam hati Kang Chun berkata, “Yoo Tae Pyung, Yoo Eul Dam.”


Mendengar Kang Chun menanyakan nama keluarganya membuat Jung Yi cemas.


Jung Yi sudah berada di dalam kamarnya, dia mencium tembikar buatan ayahnya. Jung Yi sedang merasa sangat senang hari itu.


Beralih pada Kang Chun yang berada di ruangannya. “Yoo Tae Pyung.... Yoo Eul Dam... ayahnya yang sudah meninggal adalah seorang pembuat guci dan juga membuat tembikar.” Ucap Kang Chun yang mulai bertanya-tanya tentang siapa Tae Pyung yang sebenarnya.


Tak lama kemudian Soo Jung datang menemui Kang Chun. Untuk mengobati rasa penasarannya, Kang Chun bertanya tentang kematian Jung Yi pada Soo Jung. Dia bertanya apakah mayat Jung Yi diketemukan. Soo Jung menjawab kalau mayat Jung Yi mungkin saja sudah terbawa arus. 


Soo Jung meyakinkan Kang Chun kalah Jung Yi benar-benar mati karena jika dia masih hidup, kemana gadis kecil seperti Jug Yi akan pergi. “Aku mengenal Yoo Jung dengan sangat baik. jika dia masih hidup, bukankah dia akan berkunjung ke makam ayahnya, walau hanya sekali?”

Kita beralih pada gadis yang di bicarakan Kang Chun dan Soo Jung yaitu Jung Yi yang sekarang kita kenal dengan nama Tae Pyung. Terlihat Kang Chun yang terus mengawasi Jung Yi, dia benar-benar curiga kalau Tae Pyung adalah Jung Yi.


Kang Chun teringat saat dia pertama kali bertemu dengan Jung Yi. Saat itu Jung Yi sangat merah karena Kang Chun menghina Eul Dam. Setelah itu, dia teringat lagi kata2 Joong Soo yang berkata, “jika berhubugan dengan ayahnya, dia bisa melakukan apapun.” 

Akhirnya Kang Chun menyadari kalau kekhawatirannya hanya sia2 belaka, dia percaya kalau Tae Pyung bukanlah Jung Yi. 


Jung Yi menemui Tae Do dengan wajah sumringah. Tae Do kemudian memberi selamat dan memberi Jung Yi seikat bunga. Wooow .. bunganya cantik... apalagi yang ngasih Kim Bum.... mauuuuu bangeeeeet.

Jung Yi mengungkapkan kalau dia merasa bersalah pada Yook Do, tapi dia merasa  sekarang dia bisa berdiri dengan bangga di hadapan ayahnya. Jadi  dia ingin meletakkan bunga pemberian Tae Do di makam ayahnya. Tapi Jung Yi tidak bisa melakukannya sendiri, oleh sebab itu Jung Yi meminta Tae Do yang melakukannya untuknya. 


“Tolong beritahu dia kalau aku sudah memenuhi janjiku satu demi satu. Tolong sampaikan itu padanya.” Pinta Jung Yi.

“Aku juga membuat janji pada ayahmu. Dia mempercayakanmu padaku. Dia memintaku untuk menjagamu. Untuk melindungimu.”


Dengan yakin Jung Yi berkata kalau orang yang bisa melindungi dirinya bukanlah Tae Do dan juga bukan  P Gwang Hae tapi dirinya sendiri. 

“aku sudah menyadarinya, mulai sekarang aku akan melindungi diriku sendiri. Jadi orabeoni, kautidak perlu terikat dengan janji itu, oke?”



Setelah mengatakan semuanya dan meminta tolong pada Tae Do untuk menggantikan dirinya pergi ke makam ayahnya. Jung Yi berlari masuk ke Bun Won lagi. Saat melewati tempat P Gwang Hae, Jung Yi berhenti sejenak untuk memberi salam, setelah itu dia melanjutkan perjalannya, namun baru beberapa langkah kaki, Jung Yi menghentikan langkahnya. Dia kembali berdiri di hadapan P Gwang Hae.

“Yang Mulia. Aku lulus tes evaluasi pekerja. Sekali lagi, aku diijinkan untuk tinggal di Bun Won. Ini semua berkat bantuamu. Terima kasih yang mulia.”


“apa kau tulus? Aku berdia agar kau gagal dalam tes itu.” ucap P Gwang Hae.

Jung Yi bertanya apa P Gwang Hae masih belum bisa memaafkannya. Jung Yi lalu berjanji kalau dia akan segera menjadi asisten dan kemudian menjadi seorang pengrajin tembikar. 


“aku percaya dengan jalan ini, maka aku akan mendapatkan pengampunan darimu. Terimalah permintaan kecilku ini untuk mendapatkan pengampunanmu.” Jungb Yi terus berkata tentang apa yang ingin dia sampaikan pada P Gwang Hae, tanpa memperdulikan sekelilingnya. 


“Lihatlah ke belakang.” Suruh P Gwang Hae. Jung Yi menoleh ke belakang dan langsung menutup wajahnya saat mengetahui banyak pekerja Bun Won yang melihatinya. 

“haruskah aku menjadi tontonan karenamu? Jika kau ingin bicara denganku, maka kau harus menemuiku secara pribadi. Aku akan kehilangan martabatku.” Ucap P Gwang Hae dan pergi.


Jung Yi mengikuti P Gwang Hae. P Gwang Hae sendiri bingung kenapa Jung Yi mengikutinya, padahal dia tidak menyuruh Jung Yi mengikutinya. Dan ternyata Jung Yi sudah salah paham, dari kata2 P Gwang Hae yang mengatakan kalau Jung Yi ingin bicara padanya, dia harus menemuinya secara pribadi. Jung Yi mengira P Gwang Hae pergi untuk mencari tempat berbicara berdua  secara pribadi. 


Jung Yi menyadari kalau dia sudah salah mengartikan kata-kata P Gwang Hae. Dengan kesal Jung Yi kembali ke Bun Won.


Kang Chun menemui Yook Do yang benar-benar terpukul dengan kekalahannya. Kang Chun menyalahkan Yook Do yang bisa-bisanya kalah dari Tae Pyung, karena akibat dari semua itu, bukan hanya Yook Do yang merasa malu, tapi Kang Chun juga merasakan malu karenanya. Tak ada yang bisa dikatakan lagi, Yook Do hanya bisa meminta maaf. 


“Apa kau masih tidak tahu kenapa aku selalu mencoba mengawasimu? Jika kau membiarkan dirimu diperdaya oleh perempuan itu, dan jika kau membiarkan dirimu lengah, maka... Hwa Ryung tidak akan ku biarkan.” Ancam Kang Chun dan pergi meninggalkan Yook Do yang terlihat tambah terpukul dan sedih. 


Kita beralih pada pangeran sulung yang tidak mempuanya kemampuan sedikitpun, siapa lagi kalau bukan P Im Hae. Dia duduk di depan buku sambil terkantuk2. Tak lama kemudian penjabat baru yang dipanggil raja datang. Dengan segera P Im Hae mengambil bukunya dan berpura-pura membaca. 


Pura2 terkejut dengan kedatangan pejabat  yang tak lain adalah gurunya, P Im hAe langsung berlari menghampirinya. 

“Apa anda baik2 saja?” tanya guru.


“bagaimana bisa aku baik2 saja,” jawab P Im Hae dengan raut wajah yang dibuat sedih. “bagian barat  daya mengalami bencana banjir. Dan bagian timur laut sedang mengalami kekeringan. Jumlah orang yang kelaparan sudah tidak terhitung. Bukan hanya itu, para pejabat menggunakan kekuasaannya untuk korupsi, dan hal itu membuat rakyat hidup dengan kekurangan. Ketika aku memikirkan para kaum miskin, aku bahkan hampir tidak bisa menelan makananku.”

“kebaikan hatimu pada orang2 sudah diketahui oleh para dewa dan juga oleh rakyatmu.” Respon guru.

Namun P Im Hae menggeleng dan berkata, “aku tidak perlu dewa dan rakyat mengakui kebaikan hatiku ini. Aku hanya perlu guru yang mengetahuinya.” Jawab P Im Hae dengan menangis.


Guru jadi terbengong2 dengan sikap P Im Hae. Hanya untuk mendapat perhatiannya, P Im Hae mau melakukan semua itu. 


“Guru... tolong aku.. aku harus menjadi putra mahkota secepat mungkin. Semata2 untuk kerajaan ini, negara ini dan juga untuk rakyat. Aku bersedia untuk mengabdikan diriku. Bagaimana karakterku dan pendidikanku, tidak ada yang lebih tahu tentang aku dibandingkan anda, yang telah mengajariku selama ini. Tolong segera katakan pada Yang Mulia, bahkan tidak ada orang lain lagi yang bisa menjadi Putra Mahkota selain aku, P Im Hae.” Ucap P Im Hae akhirnya. Euuuuum.... ternyata dia melakukan semua itu untuk mendapat dukungan dari Guru. 

“Pemilihan Putra Mahkota tidak hanya diputuskan oleh Yang Mulia.”

“Guru...... guru....” teriak P Im Hae sambil menangis.

Melihat tingak P Im Hae, Guru menghela nafas. “Yang Mulia kendalikan dirimu. Aku akan menyampaikan kesetiaanmu itu pada Yang Mulia, tapi.... “ belum sempat Guru menyelesaikan kata2nya. 


P Im hae langsung memeluknya dan berkata terima kasih. “aku tahu kalau kau akan berada di pihakku, guru.”

Guru benar2 tidak nyaman dengan semua itu, dengan cepat dia langsung melepas pelukan P Im Hae dan berkata, “ Yang Mulia, kuatkan dirimu.”


Setelah Guru pergi, P Im hAe langsung menghapus air mata buayanya. Pada pengawalnya P Im hAe berkata kalau ketika dia memikirkan Joseon, dia tidak bisa berhenti menangis. 


Setelah dari tempat P Im Hae, Guru diundang juga ke tempat Ratu. Serupa dengan p Im Hae, Ratu juga sedang berusaha mendapatkan dukungan dari Guru. Tanpa basa basi guru memberikan sebuah tembikar cantik pada Guru. 

Guru terkejut melihatnya, “ apa ini?” tanyanya. 


Penasehat Yi yang juga ada di ruangan itu berkata kalau dia sudah memerintah orangnya untuk mengantarkan tembikar cantik itu ke rumah Guru. Ratu menambahkan kalau P Shin Song sudah meningkatkan pendidikannya dari hari demi hari. Karena itu dia meminta Guru untuk memperhatikan putra kesayangannya itu.

“Anggap saja ini adalah hadiah kecil sebagai tanda rasa terima kasihku pada Gurunya.” Ucap ratu.

Setelah menemui ratu dan P Im Hae, Guru menemui Raja. Raja sudah bisa menebak kalau semua orang pasti mulai mendekati Guru.  Guru pun menyampaikan semuanya pada Raja.
“P Im Hae prihatin pada masa depan dari negara ini. P Sin song mengabdikan dirinya pada pendidikan. Dan P Gwang Hae.... “ belum sempat Guru menyebutkan tentang P Gwang Hae, Raja langsung memotong.


“ bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak mempertimbangkan Gwang Hae, karena dia tidak bisa menjadi Putra Mahkota? Ketika kau melihat mereka semua, siapa yang menurutmu pantas menjadi Putra Mahkota?”

“Yang Mulia harus terus.... memperhatikan kesehatan Yang Mulia dan menjaga tahta. Itu adalah cara untuk menjaga negara ini.” Jawab Guru. 



“Menjaga kesehatanku untuk negara ini?” tanya Raja yang kemudian disusul dengan tawa yang keras. “Tidak ada pangeran yang cocok untuk duduk di tahta? Menjaga kesehatanku untuk negara ini?” Raja tertawa lagi. “jika memang itu yang kau lihat, maka memang benar seperti itu. penglihatanmu benar2 luar biasa! Kau benar2 hamba yang setia!” puji Raja.

Eummm.... kalo menurutku sih antara P Im hAe dan P Sin Song, jelas yang lebih cocok itu P Shin Song, asalkan... ibunya bukanlah Ratu In Bin. Hahahahha


Raja dan Raru berjalan2 bersama, mereka melewati tempat belajar P Shin Song. Mereka senang meihat anak mereka yang rajin belajar. Raja kemudian mendekati P Shin Song yang tengah asik membaca buku. 


Raja kemudian melihat buku yang P Shin Song sedang baca, Raja membuka buku itu dari lembar per lembar.  Betapa marahnya Raja saat melihat gambar wanita tanpa busana  di dalam buku P Sin Song. Bukan hanya raja yang kecewa pada p Shin Song, tapi ibunya juga kecewa berat.

Aku gak yakin kalau itu panya P Shin Song, dan keyakinanku terjawabkan saat melihat P im hAe tertawa dengan puas. 

P Gwang Hae yang juga tak tahu apa2, bingung dengan sikap kakaknya yang tiba2 tertawa begitu senang. P Im Hae hanya berkata kalau dia sudah melakukan kewajibannya.


“terkadang, ayah kita harus menyenangkan matanya.” Tambah P Im hae.


“apa yang sedang kau bicarakan?” tanya P Gwang Hae tak mengerti.

“kau akan sangat terluka jika mengetahuinya.” Jawab P Im hAe.  Dengan bangganya P Im Hae berkata kalau Guru sudah berada di pihaknya dan sekarang P Sin Song juga sudah tidak masuk hitungan. 


Orang yang dibicarakan P Im Hae, yang katanya sudah berada di pihaknya, sekarang menemui p Gwang  Hae dengan membawa tembikar yang diberikan oleh Ratu padanya. 

“Menurut  anda apa ini?” tanya guru pada P Gwang hAe.

“bukankah itu adalah Yeonjeok (tempat tinta air ) ?” jawab P Gwang Hae. 


“Ini adalah suap yang kuterima.” Balas Guru. Guru menambahkan kalau alasan kenapa dia membawa itu pada P Gwang Hae, karena dia merasa barang itu berasal dari Bun Won. 


P Gwang Hae kemudian membawa Yeonjeok itu pada Kakek Moon.euuuuum..... dari mana P Gwang Hae tahu kalau kakek Moon dikota. 

“aku dengan anda yang membuat tembikar milik raja selama 20 tahun. Bagaimana menurut anda? Apa anda bisa tahu dari mana barang ini berasal?” tanya P Gwang Hae. 

Kakek Moon memeriksa tembikar itu dengan teliti. Dari pengamatannya tembikar itu memiliki lekukan dan warna terbaik, jadi dia bisa pastikan kalau pembuat tembikar  itu adalah seorang pengrajin terbaik yang menggunakan bahan terbaik. 

“lalu... apa benar ini berasal dari Bun Won?” tanya P Gwang Hae lagi.

“tanpa bukti yang kuat, bagaimana aku bisa menarik kesimpulan?” ucap Kakek Moon.

P Gwang Hae hanya meminta kakek Moon memastikannya saja, jika tembikar itu benar2 berasal dari Bun Won. 


“Guru, aku menang. “ tiba2 terdengar suara Jung Yi dari luar. “aku menggunakan bubuk batu tembikar untuk.....” Jung Yi tidak menyelesaikan kata2 nya, setelah melihat kalau kakek Moon sedang punya tamu dan tamu itu adalah P Gwang Hae. 

Jung Yi dan p Gwang Hae sama2 terkejut. Jung Yi lalu menutup pintunya lagi  dan memilih menunggu di luar.


“anak nakal, kenapa kau tidak masuk?” tanya kakek Moon.

Jung Yi mengatur nafas nya terlebih dahulu sebelum dia membuka pintunya lagi dan masuk. Pada P Gwang Hae, Jung Yi berkata kalau dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, dan dia hanya keluar sebentar. 

Merasa pembicaraannya dengan kakek Moon sudah selesai, P Gwang Hae memilih untuk pergi terlebih dahulu. Jung Yi pun menawarkan diri untuk membawakan tembikar yang P Gwang hae bawa. 


“bukankah ini adalah tembikar yang berasal dari gudang penyimpanan? Aku akan membawakannya untukmu.”

Mendengar kata2 Jung Yi, P Gwang hae dan kakek Moon sama2 terkejut. kakek kemudian bertanya, apakah Jung Yi pernah melihat tembikar itu di Bun Won? 

“ya, Guru. Itu ada di Gudang penyimpanan Bun Won.” Jawab Jung Yi.

“Apa kau yakin?” tanya P Gwang Hae.


“Ya, Yang Mulia. Saat anda mengetes ketajaman mataku, aku pergi ke ruang penyimpanan kan? Aku dengan jelas melihatnya.”

“kau tidak berada disana dalam waktu yang lama. Bagaimana kau bisa yakin pernah melihatnya?”

“tidak tahu, aku hanya yakin kalau aku mengingatnya. Aku harus bagaimana lagi? tembikar ini, saat aku berada di depan pintu, berada di rak kedua, partisi ketiga.”

P Gwang Hae tambah terperangah mendengar penjelasan Jung Yi. Setelah mengatakann semua itu Jung Yi pergi duluan. P Gwang hAe masih tak percaya dengan kemampuan Jung Yi dalam mengingat, kakek Moon pun menambahkan kalau Jung Yi mengatakan pernah melihatnya maka tidak perlu diragukan lagi. 

“sejak dia masih kecil, jika berhubungan dengan tembikar, ingatannya dan ketajaman matanya luar biasa.”

“aku tahu jika dia mempunyai kemampuan yang hebat dalam memperbaiki tembikar yang pecah, tapi..”


“itu sama saja... harus mengingat bentuk aslinya terlebih dahulu agar dapat memperbaiki keramik pecah. Bahkan saat aku memecahkan 10 buah tembikat dan mencampur pecahan tersebut. dia bisa membagi2 pecahan tersebut dengan cepat.” Hahhahaha.... lebay ah kalo yang ini, aku gak percaya.

Tak mau gegabah percaya pada kata2 Jung Yi, P Gwang Hae pun mencoba mencaritahunya sendiri. Dia pergi ke gudang penyimpanan dan mencari nama Yeonjeok di catatan daftar tembikar. Namun dari data yang ada dan posisi tembikar, tidak ada satu tembikarpun yang hilang. Kemudian P gwang Hae teringat dengan kata2 Jung Yi yang berkata....

“aku berdiri di depan pintu, tembikar itu berada di rak kedua di petisi ketiga.”


P gwang Hae mempraktekkannya, setelah mendapat rak kedua yang dimaksud Jung Yi, P gwang Hae medekati rak tersebut, namun di petisi ketiga tidak ada tembikar yang berkurang. P Gwang hae melihatnya dengan seksama dan betapa terkejutnya dia saat melihat ada salah satu tembikar yang sepertinya sudah di ganti.


P Gwang Hae kembali keruangannya, dia terlihat marah karena selama ini dia sudah ditipu. Dia jadi bertanya2 tembikar jenis apa dan berapa banyak yang sudah hilang selama ini. Dia butuh bukti yang kuat untuk membuktikannya. P Gwang Hae teringat lagi dengan kemampuan Jung Yi dalam mengingat. Sepertinya P Gwang Hae ingin meminta bantuan Jung Yi untuk mencari tahu tembikar yang hilang. 


P gwang Hae keluar untuk mencari Jung Yi, dan sekarang Jung Yi sedang bersama 3 sekawan.

“kemarilah!” teriak P Gwang Hae. Salah satu 3 sekawan mendekati P Gwang Hae.


Karena yang di inginkan P Gwang Hae adalah memanggil Jung Yi, jadi P Gwang Hae berkata lagi, “kemarilah!” sisa dua dari 3 sekawan bersama2 mendekati P gwang Hae. 

Jung Yi yang mengira kalau P Gwnag Hae masih marah padanya dan tidak mau bicara padanya, lebih memilih meneruskan pekerjaannya dan tidak mendengarkan panggilan P Gwang Hae. Begitu juga dengan p Gwang Hae, yang sudah mengatakan tidak mau memanggilnya lagi, tak bisa secara langsung memanggil Jung Yi. 


Dari kejauhan P Im Hae melihat semua itu, dia dengan cepat bisa menebak kalau orang yang ingin dipanggil oleh P Gwang Hae adalah Jung Yi. 

Dengan sedikit kesal P Gwang Hae mencoba memanggil Jung Yi lagi, “kemarilah!” namun Jung Yi hanya menghentikan pekerjaannya dan tidak mendekat. 

Bak pahlawan kesiangan, P Im Hae muncul dan membantu P Gwang Hae memanggil Jung Yi, tapi tetap dengan caranya yang sok berkuasa.


“Hey kau yang disana! Kenapa kau tidak datang kesini?!” P Gwang Hae sedikit bingung dengan sikap kakaknya, Jung Yi yang merasa di panggil langsung bergegas mendekat.

“kau berani bertingkah seolah tidak mendengar Pangeran yang sedang memanggilmu?” ucap P Im Hae dengan keras.

“Bukan begitu yang mulia,” 

“hentikan.” Pinta P Gwang Hae pada kakaknya.


“Apa yang selama ini kau lakukan sampai pekerja rendahan bertingkah sangat arogan? Aku akan mengambil kesempatan ini untuk mengatur Bun Won!” ucap P Im Hae sok bener. Dia kemudian menyuruh P Gwang Hae dan Jung Yi mengikutinya. 


Sinopsis Goddess of Fire, Jung Yi Episode 14 Part 2
Enter your email address to get update from Kompi Ajaib.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

3 komentar

Penyampaian kata2 untuk sinopsisnya bagus mbak,, mudah d cerna. :)

lanjut terus ya jung yinya :) semangat..
Makasih mbak :D

Balas

Makasih mbak tetap semangat ya:-)

Balas

senangnya baca kelanjutannya'aku dah bolak balik liat. ntar malam aku tak lihat ya siapa tau jam 12 lebih dah ada kelanjutannya.ok thanks bgt
by debri

Balas

loading...
Copyright © 2013. Drama Populer - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger